29 - Persiapan.

248 12 0
                                    

Happy Reading.

30 menit yang lalu mereka berempat sudah sampai di Los Angeles. Sekarang mereka sedang berada di gedung hotel milik keluarga Domien, mereka datang ke sana langsung dari bandara menuju gedung hotel untuk melihat tempat resepsi pernikahan Bryan dan Trianna nanti besok. Semua orang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing.

Undangan mereka sudah di sebar, tidak terlalu banyak yang mereka undang. Hanya kerabat dekat Bryan dan Trianna, lalu kolega-kolega bisnis Baslano dan Bryan. Tidak lupa Beatrice juga mengundang teman-teman arisannya.

Trianna hanya duduk terdiam di kursi, tadi ia ingin membantu tetapi di larang oleh Beatrice. Trianna menatap bosan kesekelilingnya, ia melihat ke arah jam tangan miliknya, sudah pukul 3 siang. Trianna merasa lapar, tadi mereka tidak sempat mampir ke restoran, mereka langsung pergi ke gedung hotel ini.

Bryan melihat ke arah Trianna dan menghampirinya, "Lapar?" tanya Bryan.

Trianna sedikit terkejut saat di tanya oleh Bryan, setelah tersadar dari keterkejutannya, Trianna menganggukkan kepala.

"Sebentar." Bryan pergi menghampiri Beatrice yang sedang berbicara dengan seorang pelayan. Bryan membisikkan sesuatu kepada Beatrice, setelah itu Beatrice berjalan ke arah Baslano dan menarik tangan Baslano untuk ikut dengan dirinya.

Bryan menghampiri Willy dan membisikkan sesuatu kepada Willy, Willy menganggukkan kepalanya. Setelah itu Bryan kembali menghampiri Trianna dan menyuruhnya untuk berdiri. Bryan menggandeng tangan Trianna dan membawa Trianna keluar dari gedung.

Di luar gedung terlihat sebuah mobil mewah berwarna hitam yang terparkir di sana, Beatrice dan Baslano sudah menunggu Bryan dan Trianna di sana.

"Ayo," ajak Bryan. Dua pelayan membukakan pintu untuk Beatrice dan Baslano, lalu pasangan suami istri itu masuk ke dalam mobil. Mereka berdua duduk di kursi belakang.

Bryan membukakan pintu mobil untuk Trianna, Trianna masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi depan. Setelah menutup pintu mobil, Bryan memutari bagian depan mobil dan masuk ke dalam mobil.

Bryan menyalakan mobil lalu mobil berjalan keluar dari area gedung hotel itu menuju restoran. Di dalam hotel itu sebenarnya ada restoran, tetapi Beatrice mengajak untuk makan di luar saja.

"Kita ingin makan di mana?" tanya Bryan, matanya fokus melihat ke depan.

"Restoran Chinese sepertinya enak," jawab Beatrice. Trianna mengangguk setuju.

"Baiklah." Bryan menjalankan mobilnya menuju ke restoran Chinese.

.
.
.

Pesanan mereka datang, Trianna dan Beatrice memesan ayam Kungpao. Sementara Bryan memesan Mapo Tofu dan Baslano memesan capcai.

Mereka memakan makanan mereka dengan khidmat, menikmati setiap suapan yang masuk ke dalam mulut mereka. Tidak butuh waktu yang lama, makanan mereka sudah habis, mereka memang sudah sangat lapar karena belum makan siang. Di pesawat mereka hanya memakan sedikit dan saat tiba di Los Angeles mereka langsung pergi ke gedung hotel untuk mengecheck semua keperluan acara resepsi pernikahan.

"Habis ini kita langsung pulang ke rumahku. Untuk persiapan acara pernikahan, Willy yang akan urus semuanya," ucap Bryan. Sebenarnya persiapan cara resepsi pernikahan Bryan dan Trianna sudah selesai semua, mereka tinggal menunggu hari esok untuk melaksanakan pernikahan. Tetapi mereka tetap mengecheck untuk memastikan semuanya aman.

"Tunggu, bukankah di rumahmu itu hanya ada satu kamar? Nanti mamah dan papah akan tidur di mana?" tanya Trianna kepada Bryan. Beatrice dan Baslano menatap ke arah putra semata wayangnya heran.

Bryan terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Trianna.

"Ah, hanya ada satu kamar yaa." Beatrice melirik putranya sembari tersenyum miring, "Kalau begitu mamah dan papah akan tidur di hotel saja. Iya 'kan pah?" Beatrice menatap ke arah Baslano, Baslano hanya terdiam sedang mencerna keadaan. Setelah di beri kode oleh Beatrice, Baslano menganggukkan kepalanya.

Trianna yang melihat itu bingung, 'Apa ada yang salah?' batinnya.

Bryan menatap ke arah kedua orangtuanya lalu berdehem untuk menetralkan detak jantungnya, "Nanti aku akan menyuruh orang untuk menjemput kalian." Beatrice dan Baslano membalasnya dengan menganggukkan kepala mereka.

Mereka berempat berdiri, Bryan berjalan ke arah kasir untuk membayar seluruh makanan yang mereka pesan. Setelah itu Bryan menelpon seseorang untuk menjemput Beatrice dan Baslano.

Tidak butuh waktu yang lama, sebuah mobil berwarna silver memasuki area parkiran dan berhenti di depan mereka. Orang itu turun dan membungkukkan badannya kepada mereka berempat, lalu ia membukakan pintu mobil untuk Baslano dan Beatrice.

Baslano masuk lebih dulu ke dalam mobil, Beatrice menghampiri Trianna lalu memeluknya.

"Sampai jumpa besok ya, Trianna." Trianna menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Beatrice masuk ke dalam mobil. Setelah itu mobil berjalan meninggalkan area parkiran.

Bryan menggenggam tangan Trianna, "Ayo."

Trianna hanya mengangguk kaku, setiap Bryan menggenggam tangannya, itu membuat detak jantung Trianna berdetak kencang. Sepertinya Trianna harus terbiasa dengan perlakuan Bryan yang selalu tiba-tiba menggenggam tangannya.

Trianna sempat merasa heran, kata Gelan Bryan itu orangnya dingin, kejam dan tidak punya perasaan. Tapi menurut Trianna Bryan itu orangnya hangat, tidak dingin atau irit bicara, tidak kejam, bahkan Bryan itu menyebalkan. Ah, sepertinya Trianna kurang percaya kalau Bryan itu memiliki kepribadian ganda.

Mereka berdua berjalan menuju mobil yang terparkir di parkiran, Bryan membukakan pintu mobil untuk Trianna. Trianna masuk ke dalam mobil, lalu Bryan menutup pintu mobil. Bryan memutari bagian depan mobil lalu masuk ke dalam mobil.

Mobil berjalan meninggalkan area parkiran restoran menuju ke mansion Bryan.

.
.
.

To be content.

Gengs, maaf kalo ceritanya bertele-tele ya gengs, hehe.

Gengs yang sabar ya karena ini masih permulaan, nanti setelah part selanjutnya masuk ke konflik awal, terus ke konflik ... gak tau deh. Tungguin aja ya gengs hehehehehehe😁

Jangan lupa vote, komen dan follow akun wp akuu yaaa gengs, terimakasihhh.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now