36 - Hiro Yamada.

189 10 0
                                    

Happy Reading.

Mereka semua berjabat tangan dengan Hiro saat Hiro menyapa mereka di koridor pengadilan.

"Maafkan saya karena tadi sedikit terlambat datang," ucap Hiro meminta maaf.

"Tidak apa-apa. Yang penting kau datang," balas Baslano yang di angguki oleh Bryan.

"Terimakasih sudah mau menjadi pengacara kami," ucap Bryan datar.

"Ah, seharusnya aku yang berterimakasih. Suatu kehormatan bisa menjadi pengacara untuk keluarga Domien," ucap Hiro tersenyum.

Setelah itu Bryan dan Baslano berbincang-bincang bertiga dengan Hiro. Trianna dan Beatrice merasa menjadi nyamuk di antara ketiga orang yang sedang mengobrol itu.

Gelan mendekat ke arah Trianna lalu berdiri di sampingnya, Trianna mengangkat satu alisnya.

"Kenapa?" tanya Trianna pelan. Mata Trianna melihat ke arah Bryan memastikan Bryan masih sibuk mengobrol dengan Hiro.

"Sampai kapan mereka akan mengobrol? Aku sudah capek berdiri," tanya Gelan berbisik dengan Trianna.

"Entahlah, tapi aku juga sudah merasa lapar," jawab Trianna berbisik.

Bryan menatap sekilas ke arah Trianna, kemudian kembali berkata kepada Baslano. Setelah itu Bryan berjalan mendekat ke arah Trianna, saat sudah berdiri tepat di samping Trianna, Bryan menatap datar sekilas ke arah Gelan yang juga berdiri di samping Trianna.

Bryan menatap ke arah Trianna, "Kamu lapar?" tanya Bryan.

Trianna sedikit terkejut saat di tanya oleh Bryan, Bryan ini seperti sudah tau saja apa yang di rasakan oleh Trianna. Jangan-jangan Bryan ini cenayang, pikir Trianna.

Trianna menganggukkan kepalanya, "Iya, aku lapar."

Beatrice berjalan mendekati Bryan dan Trianna, "Bagaimana kalau kita makan siang bersama? Bersama Hiro juga. Gelan dan Willy kalau mau ikut juga boleh kok," ucap Beatrice.

"Wahh, aku sih, kalau di ajak dan di traktir tidak akan menolak tante!" seru Gelan. Trianna dan Bryan kompak memutar bola matanya malas, sementara Beatrice terkekeh pelan.

"Boleh, nanti tante traktir," ucap Beatrice membuat Gelan tersenyum lebar dan mata Gelan membentuk bulan sabit.

Baslano dan Hiro mendekat untuk ikut nimbrung.

"Gimana pah? Setuju tidak?" tanya Beatrice

"Papah setuju-setuju saja, kalau Hiro bagaimana?" Baslano menatap ke arah Hiro.

"Kebetulan setelah ini jadwal saya kosong sampai sore. Jadi dengan hormat saya setuju untuk ikut makan siang bersama keluarga Domien," ucap Hiro tersenyum.

Willy menatap ke arah semua orang, "Maaf, sepertinya saya tidak bisa ikut. Masih ada pekerjaan yang harus saya urus." Bryan sontak menatap ke arah Willy dan terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya.

"Ah, sayang sekali. Tapi baiklah tidak apa-apa kalau kau tidak bisa ikut," balas Beatrice. Willy tersenyum tipis ke arahnya.

"Ayo kita pergi," ajak Baslano.

Mereka semua mengangguk dan berjalan menuju area parkiran. Setelah sampai di area parkiran, mereka masuk ke dalam mobil masing-masing. Willy berdiri menunggu mereka semua sudah masuk ke dalam mobil.

Mobil milik Baslano yang di kemudikan oleh supir berjalan lebih dulu untuk memimpin jalan, lalu mobil Bryan mengikuti di belakang mobil Baslano, mobil Gelan mengikuti di belakang mobil Bryan, dan mobil Hiro berada paling belakang. Mereka semua berjalan keluar dari area parkiran pengadilan menuju ke sebuah restoran Prancis.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now