45 - Kenapa?

92 5 0
                                    

Happy Reading.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di sebuah parkiran apartemen. Seorang pria turun dari mobil tersebut, ia berjalan menuju lift lalu masuk ke dalam lift. Pria itu menekan tombol lift, kemudian lift bergerak menuju ke lantai yang di tuju.

Ting. Pintu lift terbuka, pria itu berjalan ke salah satu unit apartemen di lantai itu. Setelah berjalan beberapa langkah, pria tersebut berhenti di depan pintu salah satu unit apartemen dengan nomor unit 44.

Pria itu terlihat ragu untuk menekan bell apartemen. Setelah beberapa menit berdiri di depan pintu apartemen, akhirnya pria tersebut memutuskan untuk menekan bell. Tidak butuh waktu yang lama, seorang pria keluar dari unit apartemen miliknya.

"Eh? Hai? Ada apa datang kesini?" tanya Gelan heran.

"Siapa kau?"

"Hah?" Gelan mengernyitkan dahinya, "Kamu melupakanku heh?"

Pria itu terdiam sejenak sembari menatap mata Gelan dalam.

"Hei, kenapa?" tanya Gelan lagi.

Pria itu menghembuskan nafasnya kasar, "Aku ingin berbicara dengan kau."

.
.
.

Trianna hari ini di buat kesal oleh Bryan. Setelah dari restoran tiba-tiba Bryan di telepon oleh sekretarisnya untuk segera menghadiri meeting dengan klien. Mereka langsung pergi ke kantor. Setelah sampai Bryan bergegas pergi ke ruang meeting bersama dengan sekretarisnya yang bernama Rey dan Clarissa. Sementara Willy pergi entah kemana, meninggalkan Trianna sendiri di ruangan tempat Bryan bekerja.

Sudah 2 jam Trianna menunggu Bryan di dalam ruang kerja Bryan, tetapi sampai saat ini Bryan belum datang-datang juga. Trianna sudah bosan dan kesal menunggu Bryan, ingin rasanya ia memesan taksi lalu pulang ke mansion sendirian. Tetapi niat itu ia urungkan karena takut membuat Bryan khawatir saat dia tidak melihat Trianna di ruang kerja miliknya.

Pintu ruang kerja Bryan terbuka, Bryan berjalan masuk ke dalam dan menghampiri Trianna yang sedang duduk sembari melipat kedua tangannya di dada.

"Kenapa kau lama sekali?" tanya Trianna kesal.

"Maaf, tadi aku mengantarkan klien ke bawah dulu," jawab Bryan. Kemudian ia duduk di samping Trianna sambil memeluk Trianna dari samping.

"Bersama sekretarismu yang perempuan itu?" tanya Trianna.

"Clarissa maksudmu?"

"Iya," jawab Trianna.

"Oh, iya. Tapi tadi sama Rey juga, sayang." Bryan menggesekkan hidungnya yang mancung di leher Trianna.

"Ish! Geli, Bryan!" rengek Trianna.

"Hahaha, maafkan aku."

"Sekretarismu cantik," ucap Trianna tiba-tiba.

"Hm? Maksudmu?" tanya Bryan heran.

"Ya, sekretarismu itu cantik," jawab Trianna.

"Tidak, dia biasa saja. Kamu lebih cantik," ucap Bryan.

"Buaya!" Trianna memutar bola matanya malas.

"Kenapa? Kamu cemburu?" tanya Bryan dengan tatapan menggoda.

"Apa sih!" Trianna menatap Bryan sinis.

"Kamu cemburu."

"Tidak!"

"Cemburu."

"Tidak!"

"Cemburu."

"Iya! Kenapa?! Masalah?!" Trianna melotot menatap Bryan.

"Berarti kamu cinta sama aku," ucap Bryan tersenyum miring.

Trianna memutar bola matanya malas. Bryan mendekat lalu kembali memeluk Trianna erat.

"Kamu tidak usah cemburu dengan Clarissa, dia hanya sekretarisku saja, tidak lebih. Lagian dia juga sudah punya tunangan, dan tunangannya itu adalah Rey," ucap Bryan.

"Benarkah?"

"Iya, tapi kalau kamu masih merasa cemburu, aku bisa pecat Clarissa sekarang juga," balas Bryan.

Trianna menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak usah pecat dia, kasihan dia. Pasti masih ada keluarga yang harus dia nafkahi."

Bryan tersenyum lalu mengusap-usap rambut Trianna, "Aku akan mengantarkan dirimu pulang." Trianna mengangguk.

Bryan dan Trianna berdiri lalu berjalan keluar dari ruang kerja Bryan sambil bergandengan tangan. Setiap kali mereka berjalan melewati karyawan-karyawan di sana, karyawan-karyawan itu selalu menyapa dengan membungkukkan badan mereka.

Bryan menekan tombol lift, pintu lift terbuka. Mereka berdua masuk ke dalam lift, Bryan menekan tombol lift kembali menuju ke lobby perusahaan.

Tidak butuh waktu yang lama pintu lift terbuka, mereka berdua keluar dari lift di sambut oleh Rey dan Clarissa. Rey dan Clarissa menyapa Bryan dan Trianna dengan membungkukkan badan mereka.

"Mobil sudah siap, Tuan," ucap Rey.

"Dimana Willy?" tanya Bryan.

"Saya tidak tahu, Tuan, tapi sepertinya tadi dia pergi ke suatu tempat," jawab Rey.

"Baiklah."

Rey membukakan pintu untuk Bryan, sementara Clarissa membukakan pintu untuk Trianna. Bryan dan Trianna duduk di belakang, mobil dikemudikan oleh seorang supir. Setelah pintu mobil di tutup, mobil berjalan keluar dari area perusahaan menuju ke mansion Domien.

'Kemana dia?'

.
.
.

To be content.

Haaaaiiiii geengggsss, udah lama ya gak update hehehe. Maaf yaa gengs, aku agak bingung mau ngelanjutinnya gimana, dan juga pas kemarin-kemarin lagi sibuuk, jadi gak sempet buat lanjutin ceritanya hehe.

Kira-kira ada yang masih nungguin update-an cerita ini gak yaaa? Komen dong gengs.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu yaaaaa, terimakasih.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now