22 - Berencana Untuk Kabur.

404 21 0
                                    

Gengs, maaf kalo makin ke sini makin sksksjsjsj ya ceritanya😭. Jujur bingung juga mau bawa alurnya kemana😭, tapi semoga aku bisa bikin cerita ini sampe ending hehehehe😭.

Tandai kalo ada typo yaa gengs.

Happy Reading.

"Bryan! Buka pintunya!" teriak Trianna sembari menggedor-gedor pintu.

Sebelum Trianna dikunci oleh Bryan di dalam kamar ini, Trianna protes kepada Bryan. Tetapi Bryan mengabaikan protes dari Trianna dan Bryan langsung menarik tangan Trianna. Bryan mengurung Trianna di kamar atas rumah itu, dan pintu kamar itu dikunci oleh Bryan dari luar. Trianna sedari tadi berusaha untuk berteriak memanggil nama Bryan, namun tidak ada satupun jawaban dari luar.

Trianna menendang pintu kamar itu kesal, matanya melihat sekeliling kamar itu mencari jalan untuk keluar dari kamar itu. Namun nihil, di dalam kamar itu hanya ada jendela kecil berbentuk bulat yang mungkin hanya muat dua tangan Trianna saja.

Kamar itu cukup luas dan tidak terlalu sempit. Ada kasur kecil yang hanya cukup untuk satu orang dan lemari kayu yang terkunci, ukuran dari lemari itu lumayan besar. Trianna duduk di atas kasur kecil itu sembari memikirkan rencana untuk kabur dari kamar ini.

Mata Trianna melirik ke arah meja di samping tempat tidur, ia berjalan mendekati meja itu. Trianna membuka setiap laci meja mencari sesuatu yang bisa membuatnya keluar dari kamar itu.

Saat Trianna membuka laci terakhir yang terletak paling bawah meja itu, Trianna menemukan sebuah kunci. Trianna memperhatikan kunci yang ditemukan olehnya, "Ini kunci apa ya? Apa kunci dari pintu itu? Atau kunci dari lemari itu? Aku akan mencoba dua-duanya."

Trianna berjalan mendekati pintu, ia memasuki kunci itu dalam lubang knop pintu. Kunci itu ternyata tidak cocok dengan knop pintu.

"Bukan kunci pintu," ucap Trianna lalu berbalik berjalan ke arah lemari kayu yang ada di kamar itu. Kunci yang ada di tangan Trianna dimasukkan ke lubang kunci dan Trianna memutar kunci itu.

Cklek.

Lemari itu terbuka, Trianna segera menarik pintu lemari itu.

Bruk!

Sebuah mayat dengan kepala yang sudah terpisah jatuh dari dalam lemari. Tubuh mayat itu berlumuran darah dan kepala dari mayat itu menggelinding ke arah Trianna.

Trianna yang melihat itu terkejut dan ketakutan, "AAAAAAAA!" teriak Trianna setelah itu jatuh pingsan.

Pintu kamar itu terbuka, Bryan berjalan santai dengan muka datarnya seperti sudah menduga hal ini akan terjadi. Bryan berjongkok di dekat tubuh Trianna, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Trianna.

"Gadis nakal." Bryan tersenyum miring lalu mengangkat tubuh Trianna ala bridal style dan berjalan keluar dari kamar itu.

.
.
.

Tubuh Trianna menggeliat, matanya terbuka secara perlahan. Saat mata Trianna sudah terbuka sempurna, Trianna melihat ruangan bernuansa putih. Mata Trianna melihat sekeliling sampai tatapan matanya jatuh kepada Bryan yang sedang duduk di kursi samping Trianna.

Bryan terlihat fokus pada iPad yang ada di tangannya. Bryan tiba-tiba saja menatap ke arah Trianna saat Trianna sedang memperhatikan Bryan.

"Sudah sadar?" tanya Bryan.

"Belum," jawab Trianna dengan nada ketus.

Bryan mengangkat satu alisnya, kemudian ia berdiri mendekati Trianna. Bryan berdiri di samping Trianna sembari menatap mata Trianna lekat.

"Bagaimana? Sudah merasa kapok?" tanya Bryan sembari tersenyum miring. Trianna yang melihat senyum itu seketika merasa merinding.

"Maksudmu? Hey! Jangan katakan kalau mayat itu sengaja kau simpan di sana untuk menakut-nakuti diriku?!" tanya Trianna dengan mata melotot. Bryan hanya diam tidak menjawab, membuat Trianna menatapnya kesal.

"Aku ingin pulang!" pinta Trianna.

"Besok. Besok aku akan menjemput dirimu dan kita akan pergi ke butik untuk fitting baju. Dan untuk malam ini kau akan menginap di sini sendirian," ucap Bryan.

"Sendirian?! Kau akan meninggalkan diriku sendirian di sini bersama dengan mayat kepala buntung itu?!"

"Mayat itu sudah aku pindahkan ke tempat yang lain, kau tidak perlu merasa takut." Bryan tersenyum tipis.

"Aku tidak mau sendirian di sini!"

"Sayangnya, aku tidak bisa menemani dirimu. Tapi kalau kau mau, aku bisa membawa kembali mayat itu ke sini untuk menemani dirimu."

"Tidak mau!" teriak Trianna. Melihat mayat itu saja sudah membuat Trianna pingsan, tidak terbayang jika mayat itu semalaman berada di sampingnya.

Mendengar teriakan Trianna membuat Bryan tertawa. Trianna menatap Bryan kesal. Jujur saja, saat Bryan tertawa Bryan terlihat sangat tampan, tetapi sifat Bryan sangat menyebalkan membuat Trianna kesal!

"Kalau begitu, sampai jumpa besok." Bryan berjalan keluar dari kamar, Trianna ingin mengejar Bryan tapi ia urungkan setelah mendengar pintu terkunci dari luar.

'Sialan!' umpat Trianna dalam hati, kemudian ia melirik takut ke sekelilingnya.

.
.
.

To be content.

Haii gengs, jangan lupa vote, komen dan follow akun akuu yaa. Terimakasihh.

Gengs, mau double up lagi gak? Kalo mau komen di sini yaa.

Bye bye!

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now