42 - Pemakaman.

167 13 0
                                    

Happy Reading.

Trianna terduduk di atas tanah kuburan sambil menangis menatap empat makam yang baru saja selesai di makamkan. Beatrice ikut terduduk di samping Trianna, tangan Beatrice bergerak mengusap-usap punggung Trianna.

Di sana ada Reynand yang sedang terduduk di samping makam Raden dengan kepala yang menunduk. Gelan berjalan menghampiri Reynand lalu ikut mendudukan dirinya di samping Reynand.

"Aku turut berduka cita atas kematian keluargamu, Rey," ucap Gelan.

Reynand hanya terdiam kemudian, "Terimakasih," ucapnya dengan suara yang kecil.

Gelan melirik Reynand merasa tidak tega, sejujurnya ia merasa sedikit kasihan kepada Reynand. Tetapi rasanya ia sudah sangat malas untuk memberi rasa kasihan itu kepada Reynand, mengingat perbuatan Reynand di masa lalu. Walaupun Reynand belum pernah menyakiti Trianna secara fisik atau verbal, tindakan yang di lakukan oleh Reynand juga salah.

Reynand tidak ada sedikitpun niatan untuk membela atau menolong Trianna. Jangankan membela Trianna, bahkan saat Trianna sedang di siksa oleh keluarganya, Reynand lebih memilih untuk diam dan hanya melihat sekilas kepada Trianna tanpa menolongnya. Seakan-akan ia buta dan tuli tidak melihat kejadian penyiksaan itu. Hal itu menjadi salah satu alasan Gelan merasa tidak suka kepadanya.

Tatapan mata Gelan melihat ke arah makam-makam yang berada di samping makamnya Raden. Makam-makam ini masih basah karena baru saja di makamkan tadi siang. Gelan memiringkan kepalanya saat menyadari ada sesuatu yang aneh.

Di empat batu nisan yang tertancap itu mempunyai simbol kecil yang sama, yaitu terompet, bulan sabit, dan bunga mawar. Simbol-simbol itu membentuk segitiga, simbol bulan sabit berada di atas, simbol terompet dan simbol bunga mawar berada di bawah sejajar. Dan di bawah ketiga simbol itu terdapat tulisan rumus matematika yaitu A = √5² - 4².

Gelan mengernyit heran, 'Apa maksudnya?' Lalu matanya melihat-lihat ke batu nisan yang ada di sekeliling makam itu.

Tidak ada simbol yang sama dengan simbol yang ada di empat batu nisan itu. Gelan terdiam sejenak, 'Mungkin Reynand yang meminta untuk di bikinkan simbol terompet, bulan sabit, dan bunga mawar dalam batu nisan keluarganya. Mungkin juga dia iseng menambahkan rumus matematika di bawah simbol-simbol itu.'

Gelan melihat ke arah Trianna yang sedang bersandar di dada bidang Bryan, di samping Trianna masih ada Beatrice yang setia mengusap-usap punggung Trianna untuk menenangkan Trianna. Kemudian Gelan kembali melirik ke arah Reynand.

"Perampok yang merampok rumahmu pasti seorang psikopat," celetuk Gelan.

Reynand mengangkat kepalanya untuk menatap mata Gelan, "Tidak, mereka bukan psikopat."

Gelan sedikit terkejut saat mendengar balasan dari mulut Reynand, "Lalu?"

"Mereka hanya ingin mendapatkan kebahagian dengan membunuh keluargaku," jawab Reynand menatap Gelan tajam.

Gelan terkejut merasa tidak percaya saat mendengar ucapan Reynand, mulut Gelan sedikit terbuka dan matanya melotot kaget.

'Ini orang maksudnya itu apa sih?' batin Gelan.

Reynand kembali menatap lurus melihat ke arah makam-makam keluarganya, lalu ia berdiri dan berjalan meninggalkan Gelan di sana. Gelan terdiam memperhatikan Reynand yang berjalan pergi dari pemakaman.

"Dia sungguh aneh. Aku jadi curiga kalau dia yang sudah membunuh keluarganya sendiri," monolog Gelan dengan suara yang pelan dan kecil.

Tatapan Gelan jatuh ke arah perban yang melilit di tangan kiri Reynand, lalu ia menggelengkan kepalanya.

"Tidak mungkin," gumam Gelan. Kemudian matanya kembali menatap punggung Reynand yang perlahan menghilang dari pandangannya.

.
.
.

Trianna saat ini sedang bersandar di kursi mobil, matanya terlihat merah dan bengkak akibat menangis. Trianna melihat ke arah luar jendela mobil untuk melihat gedung-gedung tinggi yang ada di kota itu.

Tadi Trianna dan Bryan berpisah dengan Beatrice dan Baslano saat akan pulang dari makam. Beatrice pamit pulang ke hotel karena ingin membereskan barang-barang miliknya di sana. Besok kedua orangtua Bryan itu akan pulang ke London.

Sementara Gelan, ia tadi sempat ingin ikut ke mansion Bryan untuk sekedar main dan berkunjung. Tetapi Bryan tidak mengizinkan Gelan untuk berkunjung, jadi dengan terpaksa Gelan menerima kalau ia tidak boleh berkunjung ke mansion Bryan.

Tangan kanan Bryan menggenggam tangan Trianna, membuat Trianna menatap ke arah Bryan.

"Jangan terlalu merasa sedih, biarkan mereka tenang di sana." Bryan menatap Trianna sekilas lalu kembali menatap ke depan.

Trianna tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya. Bryan yang melihat Trianna mengangguk dan tersenyum, jadi ikut tersenyum.

.
.
.

To be content.

Avv, Bryan itu keliatannya sweet banget ya gengs, greenflag abiss.

Gengs, maaf ya kalau agak prik😭🙏🏻 jujur gak tau kenapa tiba-tiba kepikiran buat tulis rumus matematika juga di sini huehue. Btw gengs, itu akarnya sampe ke 4² jugaa ya gengs, hehe. Siapa tau kalian gabut buat ngitung-ngitung yakann.

Jangan lupa vote, komen, dan follow akun akuuu buat dapet notifikasi update atau info-info gengsss. Terimakasihhh

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now