30 - Pernikahan.

332 23 0
                                    

Hai hai gengs! Gengs, aku rencananya abis part ini, aku mau ganti judul cerita ini. Jadi nanti kalau cerita ini update, kalian jangan kaget atau bingung yaa hehe.

Happy Reading.

Trianna menatap pantulan dirinya di depan kaca, ia terlihat sangat cantik memakai gaun pengantin yang sudah Trianna coba saat di butik kemarin. Make up yang tidak terlalu tebal membuat Trianna terlihat semakin cantik. Mata indahnya yang berwarna hazel menambah kecantikan Trianna.

Para Make up Artist dan pelayan yang membantu Trianna untuk memakai gaun tersenyum puas dan terkagum-kagum dengan kecantikan Trianna. Mereka sudah berada di sana sejak jam 5 pagi untuk mendandani Trianna.

Tidak terasa sekarang sudah pukul 06.30, 30 menit lagi Trianna akan resmi menjadi istri Bryan. Entah perasaan apa yang Trianna rasakan, tetapi yang pasti saat ini ia sedang bahagia menatap pantulan dirinya di depan kaca.

Cklek. Suara pintu terbuka.

Trianna menoleh ke arah pintu, terlihat Beatrice yang sudah rapih memakai gaun berwarna merah maroon dan make up yang membuatnya terlihat sangat cantik dan elegant. Beatrice berjalan mendekati Trianna dengan senyuman yang mengembang.

"Kau terlihat sangat cantik, Trianna," puji Beatrice memandang kagum ke arah Trianna.

Trianna tersenyum, "Mamah juga terlihat sangat cantik."

Beatrice terkekeh kecil, tangannya memegang pundak Trianna.

"Bagaimana perasaan dirimu?" tanya Beatrice menatap pantulan dirinya dan Trianna di depan kaca besar yang ada di hadapannya.

"Aku merasa ... senang," ungkap Trianna tersenyum.

Beatrice tersenyum lebar mendengar perkataan Trianna, "Sebentar lagi kau akan resmi menjadi menantuku sekaligus anakku."

Trianna tersenyum dan pipinya mendadak terasa panas, bisa ia lihat sendiri di kaca kalau pipinya memerah. Beatrice terkekeh pelan melihat wajah Trianna yang memerah, sementara Trianna tersenyum malu.

Tok, tok, tok.

Beatrice dan Trianna menoleh ke arah pintu, "Masuk," ucap Beatrice. Pintu terbuka, terlihat Willy yang sudah rapih memakai jasnya berjalan mendekati Trianna dan Beatrice.

Willy membungkukkan badannya, setelah itu ia berdiri tegak kembali. "Nyonya Beatrice di panggil oleh tuan Baslano di luar," kata Willy.

Beatrice mengernyitkan alisnya, "Kenapa?"

"Tuan Baslano ingin meminta bantuan nyonya Beatrice untuk memakaikan dasinya," jawab Willy.

"Hah, dasar si tua itu, pakai dasi saja harus minta di pakaikan." Beatrice mendengus kesal, "Trianna, mamah pergi dulu ya sebentar. Setelah itu mamah akan kembali lagi kesini," ucap Beatrice kepada Trianna. Trianna menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

Beatrice berjalan meninggalkan ruangan itu menuju ke tempat suaminya berada. Willy melirik sejenak ke arah Trianna, Trianna yang menyadari lirikan itu tersenyum kepada Willy. Willy yang melihat Trianna tersenyum membungkukkan badannya lalu pergi meninggalkan ruangan.

Trianna mengernyitkan alisnya bingung, 'Willy ini sifatnya dingin dan datar ya?' batin Trianna. Trianna mengangkat bahunya tidak mau ambil pusing.

Kemudian Trianna kembali menatap pantulan dirinya di depan kaca sembari memuji dirinya sendiri. Kalau di saat-saat seperti ini, jiwa narsis Trianna akan muncul.

Cklek.

Pintu terbuka, Trianna sontak menoleh ke arah pintu, "Mamah cepat---" Ucapan Trianna terputus ketika melihat siapa yang masuk ke dalam kamar.

IMAGINATIONWhere stories live. Discover now