51) Saksi Bisu

937 60 1
                                    

"Bunuh diri itu awal dari ngundangnya murka Allah."
Jaya Althaf

***


Dalam kesunyian ruangan, Azizan yang sedang bermain ponsel memalingkan pandangannya ke arah pintu kamar mandi, merasa tertarik untuk memastikan bahwa Alzena sungguh-sungguh mengikuti sunnah dalam setiap aspek kehidupan sehari-harinya, termasuk saat keluar dari kamar mandi. Menurut ajaran sunnah, seseorang seharusnya melangkah keluar dengan kaki kanan terlebih dahulu. Azizan mengetahui hal ini, dan ia ingin memastikan bahwa Alzena juga mengerti dan melaksanakan perintah rasulullah ﷺ.

Tiba-tiba, Alzena muncul dari balik pintu kamar mandi, dengan handuk yang tergantung di sepanjang bahunya, dan rambutnya yang masih basah menambah pesonanya. Dengan mata yang penuh perhatian, Azizan mengamati setiap gerakan langkah kakinya. Dan dengan kebahagiaan yang tak terhingga, ia melihat bahwa Alzena sungguh-sungguh mengikuti Sunnah. Ia melangkah keluar dengan langkah pertama dengan kaki kanannya yang penuh kepatuhan dan mengucapkan, "Ghufronaka."

*Artinya, Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu.

Azizan merasakan kebanggaan dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya.  Ia sungguh-sungguh menjalankan ajaran agama dalam setiap aspek kehidupannya, bahkan dalam hal-hal sepele seperti cara keluar dari kamar mandi.

Azizan berdiri. Ia melangkah mendekati Alzena dengan penuh kasih sayang, lalu memeluknya erat. "Alhamdulillah," ucap Azizan. "Kamu sungguh-sungguh jadi seorang wanita yang teguh dalam keyakinan."

Senyum terpancar di wajah Alzena, dan ia membalas pelukan Azizan dengan penuh cinta. "Aamiin makasih," bisik Alzena. "Aku berusaha sebaik mungkin buat jalanin sunnah dalam setiap aspek kehidupan agar mendapatkan syafaat rasulullah ﷺ."

***

"Abang-abang aku mau nanya," celotehnya dengan sedikit kekehan.

"Naon?" sahut Hikam tatapannya tajam seolah menembus pandangan Alzam.

"Kalian pernah kepikiran buat bunuh diri enggak?" Alzam yang meracau langsung merapatkan bibirnya.

Hikam, Ekram, Jaya dan Azizan menatap Alzam dengan pandangan yang menusuk. Maksudnya apa coba tanya begitu?

"Bunuh diri itu awal dari ngundangnya murka Allah," timpal Jaya.

"Bukan akhir dari segalanya. Kenapa nanya begitu?" Azizan menatap adiknya dengan tatapan yang tajam.

"Cuman nanya doang," balas Alzam lelet seolah ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.

"Yang ada kalau lakuin itu nambah dosa," timpal Hikam.

"Kalau ada apa-apa bilang aja, ada kita." Itu bunyi suara yang berasal dari Ekram.

"Serius abang enggak ada apa-apa. Baru inget juga sama surat An-Nisa ayat 29, wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu, soalnya aku lihat di tiktok ada anak SD yang bunuh diri gara-gara tontonan hpnya itu bahaya bener, audzubillah. Anehnya juga malah kayak di apresiasi di komentarnya itu. Pentingnya buka sesi curhat sih kalau cewek sama cewek begitu juga cowok sama cowok lagi jaga-jaga enggak kaya gitu." Alzam menjelaskan pada akhirnya.

***

Namun, satu hal yang terus mengganggu pikiran Rezki adalah perasaannya terhadap Alzena, adik tirinya yang sudah bersuami. Rezki merasa bersalah, namun tak bisa menolak perasaannya yang semakin besar dari hari ke hari. Dia tahu itu salah, tetapi tak bisa menahannya.

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now