31) Separuh Jiwa

2.2K 113 5
                                    

"Gus Azizan itu dingin orangnya, kalau ke orang yang suka sama dia aja enggak peduli apa lagi sama lo!"

Ucapan seseorang yang tidak lain adalah Elisa yang kembali hadir di hadapan Alzena. Ia baru saja pulang dari Jakarta.

Enggan Alzena menanggapinya memilih untuk berlalu pergi.

Di depan mimbar berdiri. Memberikan ceramah. Ia diamanahi mengisi pengajian akbar di sebuah masjid. "Mau cari jodoh yang kayak gimana teteh-teteh yang ada di sini?"

*Teteh-teteh adalah kakak-kakak perempuan dalam bahasa Sunda.

"Oh mau yang putih, tinggi dan hafidz quran? Bangun teh bangun alhamdullillahilladzi ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur."

*Segala puji bagi Allah, Tuhan yang menghidupkan kami setelah ia mematikan kami.

Orang-orang di sana pada tertawa karena ceramah yang dibawakan oleh Alzam cukup santai.

Setelah satu jam lebih akhirnya selesai Alzam menghampiri Azizan yang selesai mengajar di pesantren.

"Gimana tadi rasanya?" tanya Azizan yang terlihat perhatian pada adiknya.

"Lumayan tapi alhamdulillah bisa lancar rasanya gimana gitu kayak ada yang manis-manisnya," balas Alzam seperti biasa dengan senyuman.

"Nanti juga terbiasa, banyakin ngomong aja di depan kaca buat latih bicara di depan umum," ungkap Azizan sembari melahap es krimnya di ndalem.

***

"Sayang banget," gumamnya, "Aku harus ninggalin kamu." Hikam tampak kecewa karena harus kembali mengajar sebab Fira sudah cukup pulih. Padahal ia ingin sekali bermanja-manja.

Hikam dan Fira duduk di ruang tamu, suasana yang terasa sepi dan cemas. Mereka saling menatap, merasakan hampa yang mendalam dalam hati mereka.

"Maafin aku," bisik Hikam dengan suara parau. "Aku enggak bisa nunda kewajiban aku sebagai seorang dosen. Tapi percaya aja, di hati aku selalu ada kamu."

Fira menggenggam erat tangan Hikam, mencoba memberikan kekuatan kepada pasangannya. "Aku ngerti."

Hikam menatap Fira dengan penuh kasih, menyadari betapa besar rindu mereka berdua padahal masih bisa bertemu setiap hari. "Kita adalah pasangan. Apapun yang terjadi, kita harus tetap saling dukung. Meski jarak memisahkan kita sementara, cinta kita enggak akan pernah pudar."

***

Kini, Azizan dan Alzena berdiri di tengah rumah mereka yang sedang berantakan. Mereka memutuskan untuk membersihkan rumah bersama, sambil berbincang-bincang tentang pemahaman agama.

Sambil lap kaca Alzena melihat ke arah Azizan dan bertanya, "Menurut kamu faham agama itu seperti apa?"

Azizan menyapu dengan hati-hati, lalu menjawab, "Aku pernah dengar dari beberapa guru, faham agama bukan hanya tentang pengetahuan yang kita miliki, tetapi lebih pada bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari."

"Ada juga hadist-nya dalam riwayat Bukhari dan Muslim. Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya faham tentang agamanya," lanjut Azizan.

"Faham agama sejati tercermin dalam perilaku baik kita terhadap sesama makhluk dan Allah bukan yang hanya kelihatan taat aslinya enggak kebanyakan orang bilangnya faham agama tapi pacaran, padahal yang namanya faham enggak akan pacaran pasti berusaha jauh dari dosa," terang Azizan masih memegang gagang sapu.

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now