8) Pelabuhan Terakhir

13.2K 483 7
                                    

"Aku mau gombal boleh ga?" ucap Azizan.

Alzena baru menyadari kalau suaminya ini suka menggombal. "Apa?"

"Di jalan ada lampu," kata Azizan.

"Cakep," balas Alzena senyam-senyum.

"Di pesantren ada nahwu. Tapi di hati aku ada kamu. Istriku. Cintanya aku," ujar Azizan yang pada akhirnya malah salah tingkah sendiri padahal dia sendiri yang menggombal.

Alzena cekikikan. "Garing banget."

"Tapi lumayanlah sedikit tersentuh aku," lanjut Alzena.

Di samping lain Azizan senang gombalannya berhasil. "Yang bener?"

"Iya bener," balas Alzena.

"Kamu belanja bulanan mau kapan? umi udah belanja kemarin sama Alzam," tanya Azizan penasaran.

Alzena menimang-nimang. "Besok gimana?"

"Aku temenin ya," pinta Azizan.

Alzena setuju. Itulah yang Alzena inginkan. Jika bulan kemarin Alzena belanja bulanan sendirian kali ini ia dia ditemani suami.

"Tujuan kamu jadi dokter apa? Kalau boleh tau?" tanya Alzena.

"Ingin bermanfaat bagi orang lain untuk dunia sama akhirat," jawab Azizan.

Alzena mengulum senyum. "Bagus. Aku juga ingin bermanfaat bagi orang lain."

"Aamiin. Semoga aja." Sama-sama menginginkan hal yang seiringan. Azizan bahagia akan hal itu.

"Tapi, kalau misalnya suatu saat aku meninggal duluan gimana?" tanya Azizan.

"Aku susul kamu," jawab Alzena lantang.

"Enggak mau nikah lagi?" tanya Azizan.

Alzena menggeleng. "Kamu aja udah cukup."

"Kalau kamu mau nikah lagi nggak apa-apa. Aku ridha," tutur Azizan diluar

"Tapi aku nggak mau. Kalau kamu sendiri gimana? Misalnya aku meninggal duluan kamu bakalan nikah lagi?" Dalam waktu sekarang ini Alzena yang bertanya.

"Enggak. Aku pasti nunggu Allah buat jemput nyawa aku. Setelah itu ketemu sama kamu di surga yang Allah janjiin, insyaAllah." Senyum terbit dari wajah Azizan.

"Kenapa kamu yakin banget kalau pelabuhan terakhir kita di surga?"

"Karena kita sama-sama takut sama Allah. Sama-sama ingin taat, sama-sama berusaha melakukan hal yang Allah suka dan sama-sama berusaha tidak menyukai apa yang Allah tidak suka. Kita memiliki tujuan yang sama yaitu ridha Allah enggak ada yang enggak mungkin bagi Allah tugas kita hanya berusaha."

***

Kepalanya yang terasa sakit seakan mengingatinya akan kesalahan yang baru saja dilakukannya, Rayno merenung sendiri dan menghela napas dalam-dalam. Ia mencoba untuk menghapus rasa pait di mulutnya dengan mengunyah permen karet. Matahari kini berwarna oranye dan sebentar lagi akan terbenam di ufuk barat. Sinar matahari jingga berpadu dengan isyarat kegelapan yang membawa semangatnya memikirkan banyak hal.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang