45) Tanda Istiqomah

1K 63 5
                                    

Alzena baru saja selesai dari pertemuan rumitnya. Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya, dan dia merasa lelah. Dia memutuskan untuk berjalan kaki pulang, menikmati udara segar dan suasana sore yang tenang di kota. Rumahnya tidak terlalu jauh, hanya beberapa blok dari tempat pertemuan.

Namun, seiring dengan langkahnya yang semakin mendekati rumah, dia merasa ada yang tidak beres. Badannya mulai lemas, seolah-olah semua energinya telah terkuras. Dia mencoba mengabaikan rasa itu, berpikir mungkin dia hanya kelelahan.

Tapi kemudian, denyut di kepalanya mulai terasa. Pusing yang semula ringan, perlahan menjadi semakin kuat. Dia berhenti sejenak, mencoba menenangkan diri dan mengatur napasnya. Dia berharap ini hanya kelelahan dan bukan sesuatu yang lebih serius.

Namun, rasa lemas dan pusing itu tidak kunjung hilang. Alzena merasa khawatir, tapi dia berusaha tetap tenang dan berpikir positif. Dia berharap bisa segera sampai di rumah dan beristirahat.

Alzena juga merasa mual.

Sampai akhirnya tubuh Alzena terjatuh namun Alzena berusaha bangkit.

Alzena berdiri dengan sekuat tenaga. Tapi, malah terjatuh lagi. Jalan itu tampak sepi tidak ada orang yang lewat.

Di saat yang bersamaan Rayno tanpa sengaja melihat Alzena.

"Zen, Zena, kenapa?" Raut Rayno begitu khawatir.

"Enggak apa-apa," balas Alzena memaksakan untuk jalan. Tangannya menepis Rayno agar tidak menyentuhnya.

"Masuk dulu ke mobil gue." Sebenarnya Rayno tidak enak memapah tubuh Alzena. Tapi, mau bagaimana lagi keadaan Alzena seolah tidak memungkinkan. Jika tanpa bantuannya.

Dan Alzena tidak bisa menolak lagi karena kehabisan tenaga.

Rayno dengan hati-hati membantu Alzena masuk ke mobil. Dia melihat wajah Alzena yang pucat dan merasa gelisah. "Tahan sebentar, Zen," katanya lembut, menyalakan mesin mobil dan segera menuju rumah Alzena.

Sehingga Alzena menutup mata.

***

"Kalian enak kajian bareng sama istri kita berdua gimana?" protes Jaya tidak terima.

"Jomblo yang sabar ya," ledek Hikam dengan candaannya.

"Udah kasian jangan diledekin gitu. Kalian masa sendiri itu nikmatin dengan baik mendekat sama Allah," timpal Azizan dengan menenangkan.

Ekram mengangguk. "Setuju. Mungkin jodoh yang belum ketemu sekarang dia lagi berusaha memperbaiki akhlaknya makanya belum ketemu sama kita, Jay. Begitu juga sama kita harus berusaha perbaiki diri."

***

Selama perjalanan Rayno curi-curi pandang. Berharap Alzena baik-baik aja. Hanya membutuhkan waktu 5 menit akhirnya Alzena sadar.

Beruntungnya Rayno membawa teh hangat. Ia memberikan pada Alzena.

"Lambung lo kambuh?" ujar Rayno berusaha fokus mengemudi.

"Lo pasti belum makan?" tebak Rayno tepat sasaran.

"Kita ke rumah sakit aja," putus Rayno.

"Iya, makasih udah nolongin. Enggak usah dibawa ke rumah sakit. Bentar lagi nyampe ini. Langsung ke rumah aja, entar juga mendingan," pinta Alzena.

"Azizan tau lo punya penyakit lambung?" ujar Rayno pelan.

Alzena menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak."

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang