44) Perjuangan Kesetaraan

1.1K 61 4
                                    

Fira menarik napas dalam-dalam, menunjukkan bahwa dia memiliki berita menarik. "Gue punya berita menakjubkan buat lo!"

"Apa Kak?" tanya Alzena penuh tanda tanya di otaknya.

"Azizan udah ngasih tau belum?" Fira melanjutkan ucapannya dengan berbisik.

"Belum." Alzena tampak kecewa karena mengetahui dari Fira.

"Dia itu ya kenapa sih hidupnya kaya penuh misteri gitu kak? Jadi, kesel banget!" lanjut Alzena merasa geram.

"Mungkin dia mau ngasih kejutan atau lupa gitu? Soalnya Azizan juga manusia tempatnya salah bukan malaikat yang sempurna. Manusia enggak ada yang sempurna, tapi bedanya kita sama setan itu." Fira menghentikan ucapannya. Lagi pula manusia pasti pernah salah. Baik disengaja atau tidak.

"Apa?"

"Kita punya akal buat taubat sama perbaiki diri. Bisa bedain juga mana yang bener dan yang salah."

"Iya juga, ya?"

"Ya. Soal peretas gimana? Udah ada informasi lain?"

***

Entahlah Rayno bingung sendiri kenapa ia sekarang ada di depan rumah Alzena.

Bohong rasanya kalau Rayno sudah benar-benar ikhlas perasaan itu masih ada walaupun tinggal secuil mungkin.

Apakah Rayno harus mengakui kesalahannya pada Alzena sekarang? Tapi, pasti Alzena marah?

"Ini rumah Tante Alzena,'kan?" tanya Gan membuyarkan lamunan Rayno.

"Iya, Nak. Mau masuk?" Rayno balik bertanya.

"Emang Ayah udah izin buat ke sini?" Benar juga. Jangankan izin bertukar pesan dengan Alzena saja sudah tidak pernah.

Bola mata Gan redup karena tidak mendapat jawaban dari ayahnya. "Pasti belum,'kan? Kita pulang aja, Ayah."

"Emang Gan enggak kangen?" ujar Rayno menatap Galang dengan penuh kasih sayang.

"Kangen, tapi Gan yakin Tante Alzena pasti bahagia sama suaminya," tutur Gan sungguh-sungguh.

"Lain kali aja mainnya," lanjut anak itu.

***


"Sayang, kok diem?" tanya Azizan diliputi kebingungan.

"Kamu itu kenapa? Marah ya, sama aku? Gara-gara aku ngasih taunya dadakan?" tutur Azizan yang tak kunjung dibalas oleh Alzena.

"Hooh," balas Alzena singkat dan padat.

"Maaf ya, janji enggak bakal diulangi?" Azizan menyodorkan jari kelingkingnya agar Alzena mengaitkan jari kelingkingnya sambil mengikrarkan sebuah janji.

"Mana aku taunya dari Kak Fira itu juga dia sambil bisik-bisik," omel Alzena masih penuh amarah.

"Maaf  ya, aku lupa," balas Azizan tidak enak hati.

Alzena segera mengaitkan jari kelingkingnya.

Seterusnya Azizan tersenyum senang. "Aku janji, insyaAllah."

" nafsu thîbî billiqô, 'ainu qorrî a'yunâ. Hâdzâ jamâlul Mushthofâ, Anwâruhu hat lanâ." Iringan sholawat merdu memenuhi La Tahzan Kafe. Suara Azizan dan Hikam memenuhi ruangan. Mereka melantukan sholawat di depan umum ditonton oleh banyak pelanggan.

KEPASTIAN DENGAN GUSKde žijí příběhy. Začni objevovat