12) Mencintai Manusia

7.9K 352 2
                                    


"Jangan mencintai manusia berlebihan soalnya manusia itu sumbernya kecewa. Cinta kamu yang berlebihan buat Allah aja agar kamu bisa bahagia dunia dan akhirat."

Azizan Arsala Sidik

***

"Menurut agama menikah itu apa selain menuntaskan hawa nafsu?" tanya Alzena menatap Azizan dengan pandangan yang serius.

"Ibadah yang bisa dilakuin bersama yang berhadiah pahala," jawab Azizan dengan nada yang serius.

"Selain itu?" Alzena masih penasaran.

"Jadi, giniloh sayang orang itu diuji sesuai kemampuannya masuk ke dunia rumah tangga jadi kita kayak naik tangga ke kehidupan yang lebih berat di sana ada hadiah yang lebih besar untuk mereka yang lolos dari ujian yang berat," jelas Azizan membuka botol minumnya yang Alzena bawa.

Sepanjang jalan mereka berpegangan tangan. Mengelilingi jalanan di pagi hari setelah Azizan selesai bermain basket.

Alzena tersentak saat Azizan tiba-tiba menarik punggungnya.

"Kaget ya hmm?" tanya Azizan.

"Iya," jawab Alzena.

Rasa bersalah memenuhi pikiran Azizan. "Maaf ya, ngagetin."

"Enggak apa-apa. Kamu ada pesan buat aku agar selalu aku ingat terus?" tanya Alzena.

Jawaban Azizan berpikir keras. "Ada."

"Apa?" Alzena bertanya.

"Tetap jadi pemalu. Malu lihatin rambut, wajah, lekuk tubuh karena perempuan zaman sekarang banyak yang enggak berakal demi mencapai kesuksesan dunia enggak usah malu kalau di depan aku. Kita udah halal zaujati berpegangan tangan aja dan bersitatap saja udah hasilin pahala," jelas Azizan meregangkan otot-ototnya.

Alzena meminum susu kotak rasa strawberry. "InsyaAllah, makasih ya udah ngasih tau aku."

"Sama-sama. Layaknya dalam hadist riwayat muslim. Rasulullah ﷺ bersabda, malu itu sebagian dari iman."

Selesai berjalan-jalan Azizan dan Alzena memasuki kawasan rumahnya.

Tanpa mereka sadari seseorang mengikuti mereka berdua dari arah belakang.

***

Hikam pergi ke dapur, membuka lemari es, dan berusaha mengolah semua bahan yang ada di dalamnya. Dia melihat mentega, keju, tomat, dan sayuran segar yang menunggu untuk diolah menjadi hidangan lezat. Dan kemudian, dia melihat adonan pizza, thermometer, serta penggiling tepung di sudut dapur. Ide pun memuncak dalam pikirannya, dan dia memutuskan untuk memasak pizza.

Hikam mulai bekerja dengan penuh semangat dan hati-hati menyiapkan segala sesuatu yang akan dia butuhkan untuk membuat pizza berbentuk hati. Dia meracik adonan dengan cermat dan memasukkan semua bahan makanan kesukaan Fira ke dalam saus tomat. Dia juga mengukur suhu oven dengan rapi hingga mendapatkan suhu yang sempurna untuk pemanggangan. Dia benar-benar memperhatikan setiap detail dari resep yang pernah dia temukan di majalah kuliner.

Dan pada akhirnya, setelah kurang dari satu jam yang penuh perjuangan, pizza berbentuk hati itu keluar dari oven, dengan keju meleleh dan warna kulitnya kecoklatan yang sempurna. Hikam merasakan kebahagiaan yang tak terhingga saat melihat pizza indah itu, dan dia pun dengan senang hati membawanya menuju Fira.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang