26) Penghujung Minggu

2.7K 157 4
                                    

Fira yang sedang duduk di sofa sambil memegang perutnya. Mertua Fira⎯ Renata Ghea duduk di sebelahnya.

"Ibu, maaf jika buat ibu khawatir. Tapi, aku rasa benar-benar enggak enak badan akhir-akhir ini," keluh Fira tidak enak.

"Hah, kamu selalu aja dengan keluhan kamu. Ini hanya karena kehamilan, enggak perlu diperbesar," ucap Rena tanpa pengertian.

"Tapi, Bu, ini bukan sekadar keluhan biasa. Dokter bilang ada beberapa yang perlu diperhatiin. Aku mau jaga kesehatan aku dan bayi ini dengan baik," balas Fira.

Rena menatap Fira dengan sinis. "Ah, dokter-dokter itu, terlalu protektif. Kamu yang belum pernah hamil ini tiba-tiba jadi pintar ya?"

Pada dasarnya Fira memang pintar dia selalu menjadi juara pertama dari awal sekolah sampai akhir kelulusan.

Fira tersenyum pahit. "Bu, aku hanya minta dukungan dan pengertian dari keluarga. Kehamilan ini bukan hal yang mudah bagi aku."

"Kalau gitu, kamu seharusnya enggak mutusin untuk hamil buru-buru. Kalau kamu enggak bisa hadapi dengan baik, jangan mengada-ada."

10 tahun penantian disebut buru-buru? Ada-ada aja ibu ini.

"Aku dan suami sudah merencanakan kehamilan ini dengan baik, Bu."

***

Ketika Alzam sedang berjalan di sekolah ketika tiba-tiba ada pensil yang jatuh dari sakunya. Tanpa berpikir panjang, Alzam langsung mengikuti pensil tersebut yang terus bergulir ke bawah tangga.

Alzam berlari-lari kecil mengikuti pensil.

Siswa lain tertawa melihat Alzam.

Alzam tersenyum lebar dan mengangkat pensil yang berhasil ia tangkap.

"Selamat pagi, siswa-siswa! Apa yang sedang terjadi di sini?"

"Alzam mengikuti pensil yang jatuh, Bu!"

Guru berjilbab merah itu tertawa.
"Hahaha, itu lucu banget! Tapi, jangan sampai kamu terlalu terobsesi dengan barang yang jatuh ya, Alzam. Sekarang, mari kita mulai dengan materi pelajaran kita hari ini."

"Iyaa Bu tadi ngikutinnya berchandya berchandya," balas Alzam prik.

***

Di penghujung Minggu, Alzena terlihat anggun dengan balutan inner hitam, jaket lepis biru muda yang melindungi tubuhnya, pashmina hitam yang menutup dada, hand sock, dan kaos kaki berwarna biru melengkapi penampilannya yang sopan dan elegan. Sementara itu, Azizan mengenakan celana bahan hitam dipadukan dengan kaos hitam yang menegaskan kehangatan jiwa. Jaket lepis biru mudanya melindungi tubuhnya dari angin yang bertiup sepoi-sepoi.

Azizan berdiri tegak dengan tatapan mata yang teduh lalu melihat ke arah Alzena. Dia sedikit menundukkan kepalanya saat berbicara, hanya untuk memastikan bahwa Alzena mendengar setiap kata yang ia ucapkan.

"Udah tilawah hari ini?" ucap Azizan memastikan.

"Belum," balas Alzena.

"Sampai di rumah bunda nanti kita tilawah bareng ya?" ajak Azizan dengan semangat menggebu-gebu.

"InsyaAllah. Makasih udah ngingetin dan ngajarin aku terus menerus tanpa rasa bosan." Mata Alzena berbinar betapa beruntungnya Alzena memiliki suami yang suka mengingatkan Alzena pada Al-Quran.

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now