22) Kapal Tak Berlayar

4K 190 3
                                    

Makasih ya buat kalian yang bersedia baca dan meramaikan cerita ini dengan vote dan komentar hehe

Happy reading!
Ditunggu komentarnya!🤎

***

Beberapa hari terakhir Azizan sibuk sampai tidak pulang sama sekali operasinya begitu banyak. Komunikasi mereka semakin singkat. Azizan dan Alzena sekalinya bertemu hanya saling bersapa tidak biasanya Azizan juga mendiamkannya dan mereka belum menyelesaikan masalah tentang Alzena yang sempat meminta untuk pisah kamar.

Mula-mula Azizan mengajak istrinya berbincang. "Aku rasa kita perlu bicara soal masalah ini lebih serius. Kenapa kamu pilih buat pisah kamar padahal sebelumnya aku enggak setuju?"

"Maafin aku. Aku tahu kamu sibuk sama pekerjaan kamu dan aku enggak mau ganggu. Urusan ini sebenarnya lebih kaitannya sama diri aku sendiri. Aku rasa butuh waktu dan ruang untuk berpikir beberapa hal dalam hidup aku," jelas Alzena penuh sesal.

Penerimaan Azizan dengan mudah memahami. "Aku ngerti kalau kamu juga punya kebutuhan dan masalah pribadi. Tapi, penting bagi kita tetap komunikasi sama cari solusi bersama. Aku mau dengerin apa yang lagi kamu hadapi boleh?"

"Aku sempat minta pisah kamar soalnya aku kepikiran sama karyawan yang ngundurin diri. Aku bingung, harusnya aku kerja setiap hari atau mending cari karyawan yang baru? Tapi kalau aku kerja tiap hari, takut lalai jalanin peran aku sebagai seorang istri sama mahasiswa." Terus terang saja Alzena pusing dengan masalah seperti ini. Ia tidak mau jika satu kamar menyakiti perasaan suaminya karena emosi itu.

Senggut Azizan mendengarnya. "Situasi kamu menantang sekarang. Ini emang pertanyaan yang sulit dijawab, tapi yuk kita hadapi bersama. Pertama-tama, apa yang buat kamu perlu kerja tiap hari? Apa karyawan yang berhenti buat kamu terbebani atau kurang tenang?"

"Ya, sejak karyawan yang resign, aku terbebani dengan tugas-tugasnya yang belum tuntas. Aku takut kalau aku enggak ngambil alih, pekerjaan akan numpuk dan usaha kita terganggu. Tapi, dalam waktu yang sama, aku pengen bisa jalanin peran aku sebagai istri dengan baik," ungkap Alzena.

"Cari karyawan yang baru bisa jadi solusi jangka panjang buat ngurangin beban pekerjaan kamu. Tetapi, penting juga keseimbangan antara pekerjaan kamu dan peran kamu sebagai istri dan mahasiswa. Apa ada kemungkinan buat bagi tugas dengan karyawan lain sementara cari karyawan baru terus kasih mereka gaji lebih aja?" perintah Azizan menawarkan solusi.

"Hmm, sebenarnya aku belum mikirin itu. Aku bisa lakuin delegasi tugas sebagian sama karyawan yang ada sekarang. Ini mungkin bisa bantu untuk sementara waktu. Di sisi lain tetap aja, aku khawatir akan lalai lakuin tanggung jawab istri dan tugas kuliah." Bimbang Alzena rasakan.

"Kita bisa coba ngatur waktu dengan bijak. Mungkin, kamu bisa buat jadwal rutin buat jalanin tugas-tugas seputar pekerjaan kamu, dan kemudian sisain waktu supaya fokus sama peran kamu sebagai istri dan aku mau selalu bantu kamu sebagai seorang suami. Kalau gitu, kamu bisa tetap produktif dalam pekerjaan kamu dan juga punya waktu yang cukup untuk tugas-tugas rumah tangga dan kuliah," usul Azizan sangat membantu.

"Itu terdengar seperti rencana yang masuk akal. Aku mau coba praktek," timpal Alzena.

Seulas senyum Azizan tampilkan. "Aku siap dukung kamu dan jaga keseimbangan antara itu semua."

"Makasih, aku beruntung punya kamu di sisi aku." Apresiasi Alzena dengan kehadiran suami seperti Azizan.

Kesempatan ini Alzena yang bertanya, "Gimana sama kamu kenapa kamu diemin aku selama beberapa hari enggak kayak biasanya cuman nyapa aja? Aku rasa gagal jadi seorang istri karena kurang komunikasi."

KEPASTIAN DENGAN GUSWhere stories live. Discover now