64) Tertata

811 61 1
                                    

"Bukan sebesar lautan, dunia dan seisinya, tapi, cinta aku ke kamu itu kebesaran Allah yang paling indah."
Azizan Arsala Sidik

***


Pagi-pagi buta, Hikam sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Namun, ada sedikit perbedaan pendapat saat Fira berbicara dengan Hikam.

"Aku cinta banget sama kamu loh! Kamu rasanya bisa bikin aku senyum sepanjang hari," ceplos Fira begitu jujur.

"Wah, sayangnya bukan komedian," aku Hikam dengan wajah datar.

"Iya sih tapi kamu bisa buat aku senyum dong dengan ketampanan kamu," timpal Fira kekeuh.

Setelah mereka berbincang-bincang sejenak, Fira tampak sedikit bergeser dari Hikam.

"Mukanya kenapa? Ada yang mau diobrolin?" tanya Hikam curiga.

"Aku enggak bisa sembunyiin ternyata," balas Fira mengedipkan sebelah mata.

"Baru tau aku kalau orang Arab suka sebut wanita itu harim," lanjutnya.

"Iya, soalnya sesuatu yang haram disentuh sama yang bukan halal baginya dan dilarang dekat-dekat," jelas Hikam sebelum memakan sarapannya.

Fira menatap Hikam dengan tatapan sedikit tidak nyaman, "Tapi aku,'kan bukan harim," ujarnya perlahan.

Hikam memandang Fira agak terkejut, lalu tersenyum, "Tentu aja bagi aku, kamu adalah istriku sayang."

Fira menghela nafas lega dan kembali tersenyum.

Namun, tiba-tiba Hikam mendesis, "Oh enggak, aku lupa kalau hari ini aku tidak pakai deodoran!"

Fira mengerutkan dahi, "Eww, serius?"

"Maaf, Beb," ucap Hikam memelas, "Kira-kira aku bisa minjam punya kamu enggak?"

Fira menggeleng, "Mau diambil dari mana lagi punya kita beda kamu pakai khusus pria aku pakai khusus wanita, aku udah bilang sama kamu kemarin kalau kamu harus beli stok cadangan."

Hikam menggaruk kepala. "Tahun depan aku harus ingat kalau deodoran jangan sampai kehabisan stok." Dan keduanya pun tertawa lepas, menandakan bahwa walaupun dalam situasi kurang enak, mereka masih tetap bisa bercanda.

Hikam melanjutkan, "Itu juga kalau umur aku masih ada."

***

Alzena terus menutupi perutnya ketika ia merasa sangat mual dan ingin muntah. Sedangkan di dapur, Tata sedang sibuk memasak. "Umi, ada yang bisa aku bantu?"

Tata menoleh dan memandang Alzena. "Enggak, Sayang. Kamu harus istirahat. Kamu mual dan hamil. Saat-saat kayak gini, kamu harus banyak rehat dan biarin orang lain bantu kamu."

"Maksud aku, aku enggak mau cuman duduk di sini dan enggak lakuin apa-apa. Lagipula aku mau bantu," balas Alzena dengan lembut.

Tata tersenyum dan berjalan mendekat ke arah Alzena. "Kalau gitu, umi buat sup ayam hari ini. Gimana kalau kamu bantu umi potong sayurannya?"

Alzena terlihat senang, bahkan ketika perutnya mual. Dia membalas senyum sang ibu mertua. Mereka berdua memutuskan untuk berdiri di sebelah meja dapur dan mulai memotong sayuran. Pisau yang tajam berkilau dan sayuran hijau, merah, dan kuning tersebar di sekitar Alzena dan Tata.

KEPASTIAN DENGAN GUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang