Bagian Tiga Puluh Dua

57.5K 4.8K 108
                                    

Sesuai rencana, Arlo dan Kanaya memamerkan cintanya pada ketiga anak mereka. Bahkan Arlo memberikan lebih banyak perhatian pada Keana. Selain ingin menunjukkan taring dari musuh putrinya, tujuan lain atas tindakan Arlo yaitu sebagai bentuk kasih sayang terhadap sang anak. Tak hanya merangkul bahu putrinya dengan posesif, Arlo juga turut mengusap puncak kepala Keana, mencium kening, bercengkerama dan tertawa bersama.

Seorang gadis yang berdiri di tengah kerumunan tampak mengepalkan kedua tangannya. "Dasar jalang sialan, berani-beraninya dia merebut bokap gue!" Gumamnya marah.

"Perhatian semuanya!" Ucap Arlo, mengetuk pelan permukaan gelas dengan sendok.

Suara denting itulah yang membuat riuh tamu undangan mendadak senyap, bahkan tak segan untuk memutar wajah ke arahnya.

"Malam ini, putri semata wayang saya, Keana Madeline genap berusia 18 tahun. Sebagai seorang Ayah, saya merasa sangat bangga karena memiliki putri setangguh dan sebaik Keana."

Sejenak Arlo sengaja menjeda kalimatnya, guna meraup banyak oksigen dengan harapan sesak yang mendera dadanya bisa sedikit berkurang. Setelah merasa lebih baik barulah Arlo memamerkan senyum yang senada dengan para anggota keluarganya.

"Sebagai seorang Ayah, saya sadar jika saya masih kurang dalam segala hal, terutama waktu. Terlalu banyak momen yang sama lewatkan demi pekerjaan, karena hal itu saya tidak bisa selalu ada untuk anak-anak saya. Dan pada kesempatan kali ini, saya ingin memberikan hadiah spesial sebagai bentuk permintaan maaf."

Arlo dan Keana saling bersitatap dengan seulas senyum lembut, Arlo juga sengaja mengedipkan salah satu matanya yang tak terjangkau oleh para tamu undangan.

Kita lihat, sejauh mana lo bisa bertahan!. Keana menyeringai tajam.

Arlo berdeham sesaat. "Malam ini saya akan mengumumkan jika saya, Arlo Maximilian, akan menyerahkan seluruh saham dari Max Company pada putri semata wayang saya, Keana Madeline!"

Senyap. Semua mata tampak melebar karena pernyataan Arlo, bahkan tak sedikit dari mereka yang menganga sakit terkejutnya. Siapa yang tidak tau Max Company. Perusahaan raksasa yang bergerak pada sektor makanan ringan, bahkan turut merambah ke bidang furniture dan pariwisata. Posisi Max Company juga tak perlu diragukan, terlebih karena Arlo gemar menanam saham untuk mengembangkan bisnisnya.

Kenapa harus dia? Kenapa selalu dia?!.

Rahang gadis itu kian menegas, sorot matanya juga bertambah tajam saat menyaksikan bagaimana bibir Keana mengurva tanpa beban.

Padahal gue juga anak Ayah, gue juga nggak pernah dapet perhatian maupun waktu dari Ayah. Tapi kenapa cuma Keana yang dapet semua ini? Kenapa bukan gue?!.

Menggeleng kecil. Tidak. Sejak bayi ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, bahkan ibunya sibuk dengan pekerjaan hingga jarang ada untuknya. Jika dia tetap diam, bisa dipastikan jika sang ayah tak akan tau dia adalah putrinya. Dan dalam hal ini sama saja seperti pasrah akan garis kemiskinan yang menjeratnya selama belasan tahun.

Nggak bisa, Keana nggak boleh lebih bahagia daripada gue!. Batinnya final.

"Selain itu saya juga ingin memberikan satu hadiah kecil ... ,"

"Berhenti!"

Semua mata tertuju pada gadis berambut tergerai yang baru saja menyalurkan suaranya. Tak sedikit dari tamu undangan yang menatap bingung gadis dengan wajah dingin itu, namun sebagian yang lain mencibir aksinya yang dianggap tak sopan. Tak hanya menyela perkataan Arlo yang notabenenya orang yang lebih tua, namun gadis itu turut menaikkan nada suaranya. Sangat berbeda dengan Keana yang diam-diam sudah terkikik dalam hati.

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now