Bagian Enam Belas

73.3K 5.9K 106
                                    

"Keana!"

Keana yang semula tengah melakukan peregangan, dipaksa untuk mengedarkan pandangan saat seseorang memanggil namanya.

"Loh, Evron?" Heran Keana, alisnya terpaut.

"Kayanya udah lama banget kita nggak ketemu, lo apa kabar?"

Keana tak bergeming, lantaran matanya sibuk menelisik penampilan Evron. Meski laki-laki itu senantiasa memamerkan senyumnya, namun lebam pada wajah Evron belum sepenuhnya hilang.

"Gimana muka lo?"

Evron mengerjap pelan, lalu meraba wajahnya sendiri. "Ah ini. Kalo sekarang udah mendingan sih," balasnya, tersenyum lembut.

"Lo udah check ke dokter kan?"

"Udah dong. Tapi Dokter bilang butuh waktu supaya lebamnya bener-bener ilang,"

"Maaf."

Evron mengerjap mata. "Hm?"

"Gue minta maaf." Ulang Keana, lugas.

Hening. Evron menatap Keana lekat, sedangkan yang ditatap hanya diam. Aneh sekali saat mendengar kalimat ajaib seperti itu keluar dari mulut Keana, terlebih setelah Evron mengetahui gambaran besar dari kehidupan Keana. Evron juga berani menjamin jika tiga kata ajaib itu mustahil keluar dari mulut Keana, kecuali jika Keana tengah berhadapan dengan Morgan.

Evron terkekeh pelan. "Santai aja kali. Lagian kalo gue jadi Virgo, gue juga bakal ngelakuin hal yang sama."

"Ya tapikan nggak sampe separah ini juga. Kalo kaya gini kan gue jadi ngerasa bersalah sama lo," keluh Keana, menghembuskan nafas panjang.

"Keana juga ikutan lomba ya?"

Atensi Keana dan Evron teralihkan pada seorang gadis, juga dua lelaki yang membuntutinya. Bak seorang putri kerajaan. Gadis dengan rambut terikat tinggi itu terlihat menawan, sekalipun hanya mengenakan pakaian renang berwarna navy.

Evron sendiri sempat memperhatikan wajah cantik Lavina, begitu pula sebaliknya. Hanya dalam satu tarikan nafas, Evron beralih pada Sebastian yang sedari tadi mengawasinya.

"Gimana tangan lo?"

Lavina sempat terkejut, dengan kelopak mata yang melebar. Tak hanya mengambil satu langkah mundur, Lavina juga turut memeluk kedua tangannya.

Morgan menyentuh kedua bahu Lavina yang bergetar. "Lo nggak apa-apa?" Tanyanya risau.

Lavina mengangkat pandangan. "I ... itu,"

Keana tersenyum kaku karena Lavina bisa dengan mudah memperoleh perhatian dari Morgan dan Sebastian. Hal yang dulu Keana dambakan, di kehidupan kali ini pun Keana hanya bisa diam menyaksikan.

Mendesah berat. "Gue bisa bicara sebentar?" Pinta Keana, membuat Morgan dan Sebastian berubah dalam mode siaga.

Salah satu alis Evron menukik. "Mereka emang selalu gitu ya?" Bisiknya, tepat di atas telinga Keana.

"Biasanya lebih parah sih,"

"Serius?"

"Hm!"

"Padahal lo mantan anggota Erector, masa mereka ngelakuin ini sama lo sih. Aneh banget."

Selagi keduanya saling berbisik, diam-diam Morgan mulai mengepalkan tangannya. Tatapan Morgan kian menajam kala Evron menyuguhkan senyum misterius padanya dan Sebastian, sebelum kembali fokus pada Keana.

"Lo bisa nggak sih, sehari aja nggak bikin masalah?" Sebastian bertanya sinis, membuat Keana menganga.

"Loh, bukannya dari tadi gue diem ya?" Bingung Keana.

SECOND CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang