Bagian Empat Belas

78.1K 6K 52
                                    

Alaric membulatkan mata. "Keana Made ... bentar, lo anggota Erector?!" Pekiknya, menggema.

Theodore turut membelalak, jauh berbeda dengan Evron yang senantiasa membisu. Tanpa di sadari orang-orang, Evron menatap ekspresi yang Keana gantung. Iris yang semula hangat mendadak dingin kala menyaksikan perdebatan Keana dengan kedua rekannya. Namun perasaan asing itu berhasil ia singkirkan, bersamaan dengan hembusan nafasnya.

Evron memutar wajah. "Dok, gimana kondisi Keana?"

"Harusnya sih Keana istirahat dulu, pasti kepalanya juga masih pusing."

"Kalo Keana istirahat di rumah aja, kira-kira boleh nggak?"

Alis Keana terpaut, begitu pula dengan Alaric dan Theodore. Aneh juga jika Evron meminta hal semacam itu, karena Keana sendiri merasa baik-baik saja dan tidak perlu sampai pulang ke rumah. Jika salah satu anggota keluarganya melihat tisu yang saat ini menyumpal lubang hidung Keana, bisa dipastikan dirinya dalam masalah.

Entah apa yang akan terjadi, apakah dia harus bed rest selama beberapa minggu atau justru dirinya harus home schooling selagi menunggu hasil medical check up-nya keluar. Meski ada kemungkinan Keana akan berjarak dari inti Erector, tapi tak menutup kemungkinan juga ada beberapa pihak yang bersikeras untuk bertemu. Terutama Morgan, mengingat laki-laki itu baru saja mengungkapkan perasaannya.

"Kalo Keana tetap di sekolah, pasti dia nggak bisa istirahat dengan nyaman. Jadi saran saya mending buat hari ini Keana istirahat di rumah,"

"Nggak usah repot-repot, gue nggak apa-apa kali. Lagian buat sekarang hidung gue cuma nyeri doang, belum patah juga." Timpal Keana, tenang.

Evron menjentikkan jarinya. "Nah itu masalahnya. Gue baru tau kalo lo anggota Erector, ditambah lo juga anak dari donatur terbesar di sini. Lo nggak luka aja sekolah ini udah mau bangkrut, apa lagi kalo keluarga lo tau hidung lo lecet. Bisa habis gue!" Keluhnya seraya menggaruk rambut belakangnya yang mendadak gatal.

Dokter Mark diam menimang. Memang dia juga baru mengetahui latar belakang Keana setelah merasa familiar dengan namanya, dan Dokter Mark juga mendapat informasi jika Keana adalah putri satu-satunya dari Kanaya dan Arlo. Jadi bisa dibayangkan seberapa besar kasih sayang yang Keana terima, juga konsekuensi atas luka yang gadis itu terima.

Mata Keana menyipit kesal. "Lebay amat, dipikir sebelum ini gue nggak pernah luka apa?!" Balasnya sengit.

"Saya pikir yang Evron bicarakan itu benar, gimana kalo kamu istirahat di rumah aja?"

Keana menoleh. "Tapi Dokter bilang saya nggak apa-apa," ujarnya penuh selidik.

Dokter Mark tersenyum canggung. "Saya kan cuma memeriksa tubuh bagian luar kamu aja. Jadi saran saya kamu pulang terus check di rumah sakit, takutnya ada luka dalam."

Mendesah berat. Meski enggan tapi Keana tetap mengangguk. Bersama Evron yang mengekori langkahnya, Keana kembali ke kelas setelah mendapat surat pernyataan kesehatannya dari Dokter Mark. Dan setibanya di kelas, Evron lebih dulu mengambil langkah dengan mengetuk pintu kelas yang terbuka.

Sontak saja keduanya langsung menjadi pusat perhatian. Bahkan tak sedikit bisikan tajam yang menusuk gendang telinga Keana, termasuk juga tatapan sinis. Mungkin karena Keana enggan melepas tisu yang menutup salah satu lubang hidungnya.

"Kamu kenapa Keana?"

Evron melangkah mendekat. "Maaf Pak, tapi saya mau meminta izin supaya Keana bisa pulang lebih awal." Tuturnya, menyerahkan selembar kertas dengan tanda tangan Dokter Mark di atasnya.

Dokter pria itu membaca dengan seksama, tanpa mengindahkan kebisingan yang di sebabkan oleh anak didiknya.

"Gila, bisa-bisanya dia sama cowok lain!"

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now