Bagian Enam

86.5K 7.1K 86
                                    

Kanaya menatap jam dinding dengan gelisah. Padahal hari mulai sore, ditambah hujan berkepanjangan yang tak kunjung usai, tapi putri bungsunya masih enggan menampakkan diri. Sontak saja isi kepala Kanaya berkecamuk hebat.

Ponsel Keana juga tidak bisa dihubungi, sementara Sebastian sibuk bercengkerama dengan rekan sejawatnya di depan tv. Ingin menghubungi Raven, tapi putra sulungnya pasti sedang sibuk, meski Raven pasti tidak merasa keberatan jika harus direpotkan oleh adik-adiknya.

Arlo juga belum kembali. Entah apa yang akan terjadi jika kedua pria dewasa itu pulang dan tidak mendapati Keana di rumah. Sudah pasti mereka sama khawatirnya seperti Kanaya.

Menggeleng pelan. "Nggak bisa gini, aku harus cari ... ,"

"Assalamualaikum,"

Pergerakan kaki Kanaya seketika terhenti, dengan cepat kepalanya menoleh ke depan.

"Suara Papa sama Raven, apa jangan-jangan Kea juga sama mereka?"

Dengan membawa serta senyum merekahnya, Kanaya berjalan cepat menuju pintu utama. Di sana ia mendapati Arlo dan Raven yang tengah menyalami teman-teman Sebastian. Tapi sayangnya Keana tak turut serta dalam rombongan itu. Entah berapa kali ia mengedarkan wajah, sosok Keana tetap tak terjangkau di matanya.

"Loh, Mama nyari siapa?"

Pertanyaan Arlo membuat Kanaya terkesiap. Belakangan ini keluarganya memang menjadi sedikit waspada terhadap Keana, takutnya anak gadisnya kembali terjerat masalah. Karena itu Kanaya meminta keluarganya untuk membantu pemulihan mental Keana, dan berkumpul seperti sekarang adalah salah satu dari agenda yang ia rencanakan.

"Ah, Mama nggak nyari siapa-siapa kok." Kanaya membalas, diikuti senyuman ringan di bibirnya.

"Tapi muka kamu kaya nggak tenang gitu loh Ma,"

Raven mengangguk setuju. "Nggak ada masalah kan, Ma?" Tanyanya, ikut dilanda kekhawatiran.

Dengan cepat Kanaya menggelengkan kepalanya. Arlo dan Raven baru saja kembali, sudah pasti keduanya lelah. Ditambah ada anak-anak Erector yang perlahan mulai memperlihatkan mereka, jadi tak etis rasanya jika Kanaya mengusik mereka. Biarlah untuk kali ini masalah Keana ia serahkan pada supir.

Kanaya mengukir senyum. "Mama nggak apa-apa, kalian nggak usah khawatir, ya?" Tuturnya senantiasa lemah lembut.

"Syukurlah kalo gitu," Arlo menimpali lega.

Raven sendiri mulai sibuk menelisik seisi rumah. Namun hingga detik berjalan ia tak mendapati keberadaan Keana. Padahal seharusnya Keana berteriak histeris saat melihat keberadaan Erector di sana, tapi dimana gerangan gadis itu sekarang? Rumah ini terlalu senyap.

"Kea mana Ma?"

Pertanyaan Raven menyadarkan semua orang, tak terkecuali dengan Morgan yang sedari tadi menguping interaksi hangat di depannya.

Kanaya tersenyum kikuk. "Kea ... ," Gumamnya, menggulir bola matanya ke sisi lain untuk sejenak.

"Kea nggak apa-apa kan, sayang?"

Perhatian Kanaya langsung tertuju pada wajah lelah suaminya. Meski ia khawatir, namun Kanaya tak bisa meminta keduanya untuk mencari Keana. Terlebih di luar sana hujan masih lebat.

"Ke ... Kea nggak apa-apa kok," balasnya dengan suara terbata.

"Terus Kea dimana sekarang?"

"Itu ... ,"

Kanaya menenggak ludahnya sendiri. Beberapa kali ia coba mengatur pergerakan nafasnya agar tidak terlalu panik, saat merasa sedikit lebih baik barulah ia berani memamerkan senyumnya.

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now