Bagian Dua Puluh Lima

64.5K 5.3K 41
                                    

Sesuai perkataan Raven, Keana mulai menyiapkan air hangat untuk mengompres Virgo selagi kakaknya itu mengirim barang-barang yang diperlukan. Keana juga membantu Virgo melepas jaket yang dikenakannya, hingga menyisakan t-shirt putih saja.

"Kalo diliat-liat, nasib lo nggak lebih baik dari gue."

Benar. Virgo memang lahir sebagai orang kaya, namun tak ada hal istimewa yang bisa Virgo banggakan. Kedua orang tuanya memilih bercerai ketika Virgo masih lima tahun, dan semenjak itu Virgo dititipkan pada kakeknya, sementara kedua orang tuanya sibuk dengan keluarga masing-masing.

Sayangnya kakek Virgo harus menghadap sang kuasa tepat saat Virgo berusia 12 tahun. Berhubung tak ada yang bersedia menampung Virgo, akhirnya remaja itu memilih untuk tinggal di apartemen. Tentu saja dengan pengawasan para sahabat dan keluarga mereka. Tak ayal peristiwa panjang dengan berbagai penolakan itu berhasil membuat Virgo menjadi sosok dingin yang tak tersentuh, bahkan oleh orang tuanya sekalipun.

Keana masih ingat betul bagaimana Virgo menolak untuk menjenguk ibunya, yang kala itu baru saja melakukan operasi Caesar karena harus melahirkan anak kembar. Sifat keras kepala yang Virgo miliki juga membuatnya kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain, hingga pada akhirnya Virgo di cap sebagai lelaki angkuh yang enggan bergaul.

"Selama ini lo pasti ngerasa kesepian kan?"

Perlahan, Keana menyapukan jemarinya pada rambut Virgo yang sedikit basah karena keringat. Meski Virgo dingin, tapi Keana tau lelaki itu baik dan perhatian. Hanya saja Virgo tak tau bagaimana menunjukkan perasaan semacam itu.

Mendesah panjang, sekarang bukan saatnya merenungi masalah orang lain. Keana sengaja datang kesana untuk mencuri informasi dari komputer Virgo. Tapi berhubung ponsel lelaki itu tergelatak di atas nakas, jadi Keana akan mencuri informasi dari sana saja. Karena menurutnya tak ada barang elektronik yang lebih penting dari ponsel, terlebih benda pipih itu selalu berada dalam jangkauan Virgo.

Setelah menempelkan flashdisk-nya pada ponsel Virgo, Keana beralih pada lelaki yang tengah terbaring lemah di atas ranjang.

"Gue tau lo baik, tapi gue harus tau sebenarnya lo ada di pihak siapa. Kalo lo emang ada di pihak gue, kenapa lo harus ngambil cincin Morgan?"

"Sebenarnya apa tujuan lo, Bang?"

Merasa pertanyaannya tak akan terjawab. Keana memilih mengamankan ponsel Virgo ke nakas, sementara dirinya pergi ke dapur untuk membuat bubur. Sebenarnya Keana tak tau caranya memasak, tapi ia masih memiliki otak, ditambah teknologi sudah maju.

"Kita cari tutorial cara masak bubur yang baik dan benar deh, siapa tau abis makan bubur buatan gue, lo bakal sadar dan akhirnya mau berpihak sama gue."

Tepat setelah punggung Keana menghilang di balik pintu, barulah Virgo membuka kelopak matanya. Selama beberapa waktu maniknya hanya terpaku pada langit-langit, sebelum akhirnya Virgo menggeser bola matanya ke arah nakas. Tepat dimana ponselnya berada. Tanpa mengatakan apapun, Virgo kembali memejamkan matanya.

Sementara itu, dengan berbekal tutorial dengan view terbanyak, Keana mulai memanaskan nasi dengan beberapa gelas air. Selagi Keana hanyut dengan bubur buatannya, atensinya teralihkan saat bel pintu berbunyi.

"Jangan-jangan orang suruhan Bang Raven lagi!"

Keana berlari cepat. Tapi ia terpaksa membalik pergerakannya saat ingat kompor di dapur masih menyala.

"Nggak boleh teledor, kalo lo nggak mau mati terpanggang!"

Begitu api kompor sudah padam, Keana kembali berlari ke arah pintu dan mengecek tamu yang datang dari balik monitor. Saat dirasa aman, ia lekas membukakan pintu dan menerima bingkisan yang Raven kirimkan. Tak lupa Keana juga membungkuskan bubur buatannya untuk Raven, dan setelahnya barulah ia mengucapkan terima kasih.

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now