Bagian Dua Puluh Delapan

63.4K 4.7K 63
                                    

Belum juga Keana menikmati masa tenangnya, empat sekawan yang kemarin sempat baku hantam dengannya kembali datang. Sayangnya Keana memilih tak ambil pusing dan fokus pada bakso yang terasa nikmat saat menyentuh lidahnya.

Sabar Keana, kalo lo ngamuk sekarang, bisa-bisa lo masuk penjara lagi. Inget makan enak Kea, inget kasur empuk, inget bokap nyokap lo juga!.

Keana kembali menyendok kuah bakso berwarna merah pekat dari dalam mangkuk, kemudian menyeruputnya dengan khidmat.

Vivian terperangah. "Gila, ternyata anak donatur disini bisu!" Ejeknya, namun tetap tak mampu mengusik Keana.

Keempatnya dibuat mengetatkan rahang, bahkan Pevita sampai harus memukul meja yang Keana singgahi. Namun sekali lagi Keana terlihat sengaja mengabaikan keberadaan mereka.

"Lo denger nggak sih?!"

Cassandra berdecak. "Modal cantik aja belagu!"

"Mending dong, berarti Keana udah punya pegangan. Udah cantik, anak donatur lagi!"

Kedatangan Evron dan kedua rekannya tak hanya membungkam empat sekawan di depannya, namun turut membuat Keana mengangkat wajah. Untuk sejenak Evron melirik ke arah Keana, kemudian mengerlingkan matanya yang sukses membuat kening gadis itu berkerut dangkal.

"Pergi!" Evron berucap tajam.

Bibir Cassandra mengatup rapat. "Ugh,"

"Kita pergi!" Anak Jessie, diikuti ketiga rekannya.

Setelah ketiganya hengkang, Evron, Theodore dan Alaric langsung mengambil alih meja Keana.

"Halo Keana, apa kabar nih?"

"Lo bisa nggak sih sekali-kali jangan konyol gitu?!" Theodore berucap sengit.

Alaric mengerjap polos. "Lah salah gue apa? Gue kan cuma nanya kabar doang."

"Kalo dia masih nafas, berarti baik-baik aja!"

"Loh?"

"Berarti kalo orang stroke, terus koma, itu artinya baik-baik aja selagi mereka masih nafas. Gitu?" Alaric menambahkan, tak lupa dengan tampang polos yang kian mendatangkan amarah Theodore.

"Bisa mati muda gue, cuma gara-gara nih bocah!" Keluhnya, persis seperti gumaman.

Evron pun terkekeh. "Ati-ati loh, bisa jadi visi misi Al masuk Vechter biar bisa bikin lo mati muda. Saran gue mending lo bikin surat wasiat mulai dari sekarang, takutnya kan besok udah stroke aja."

"Sialan lo!"

Theodore mengambil tisu berukuran mungil yang tergeletak di atas meja, kemudian melemparkannya pada Evron. Beruntungnya Evron berhasil menghindar, hingga tisu yang Theodore lempar mengenai punggung siswa lain.

"Tisu gue anjir!" Keana memekik kesal.

"Loh itu tisu lo?"

"Nggak usah sok polos, jelas-jelas tuh tisu ada disini, berarti punya gue. Nggak usah diperjelas pun harusnya lo tau!"

Theodore mundur teratur, ketika Keana menodongkan garpunya. Bahkan Evron dan Alaric memilih untuk menikmati pemandangan ini dengan khidmat, lantaran jarang sekali seorang Theodore Skylar berhadapan dengan amarah seorang gadis. Ditambah lagi Theodore sangat menghormati perempuan, dan tidak akan sudi mengangkat tangannya untuk alasan apapun.

Theodore mengangkat kedua tangannya di depan dada. "Santai Kea, santai. Nanti gue ganti."

"Awas lo ya, tisu gue harus balik sebelum istirahat kedua!"

"Tenang, lo lagi ngomong sama panglima Vechter. Gue nggak bakal melanggar janji, lo tenang aja!"

"Awas aja lo kalo bohong!"

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now