Bagian Dua Puluh Empat

63K 4.9K 41
                                    

Malam harinya, Keana berniat untuk pergi ke apartemen Virgo setelah memastikan Sebastian sudah meninggalkan rumah. Sepertinya malam ini Virgo juga akan pergi ke arena balapan, jadi kesempatan langka ini tak bisa Keana sia-siakan.

"Kak, gue pergi dulu ya."

Agnes yang semula tengah berkutat dengan layar komputer, dipaksa untuk menoleh.

"Lo mau kemana?"

"Gue mau ke apart Bang Virgo,"

"Kalo gitu tunggu sebentar."

Agnes hendak bangkit, namun Keana lebih dulu menahan bahunya. Alhasil mau tak mau Agnes harus menjatuhkan pantatnya kembali.

"Lo disini aja, sekalian jagain Mama."

"Terus lo gimana?"

Keana nyengir kuda. "Lo tenang aja, gue kan punya sabuk hitam. Jadi gue bisa jaga diri kok," hiburnya dengan jempol mengacung tinggi.

"Lo yakin?"

Jujur Agnes agak was-was. Terlebih saat Keana menceritakan kejadian di toilet siang tadi, karena baginya bukan hal mustahil jika keempat gadis yang Keana beri pelajaran itu balas menyerangnya. Entah dengan tangan mereka sendiri, maupun dengan kekayaan yang mereka miliki.

"Gue cuma bentar kok. Lagian kalo kak Agnes ikut, nanti Mama sendirian dong?"

Pagi ini Arlo memang berpamitan untuk pergi dinas keluar kota, tepat setelah menghadiahkan seperangkat komputer keluarkan terbaru pada Keana. Sementara Raven sendiri sibuk di rumah sakit, dan Sebastian sibuk dengan dunianya. Jadi Keana tak ingin jika Kanaya harus tinggal seorang diri, terlebih ketika musuh Keana kian bertambah.

Agnes menghela nafas. "Ya udah deh, tapi lo hati-hati ya."

"Kalo gitu gue pergi sekarang."

"Kalo ada apa-apa langsung telepon gue!"

"Iya, iya."

Setelah menyambar jaket dari walk in closet serta kunci yang tergeletak di atas meja belajar, Keana bergerak cepat menaiki motor sportnya yang tengah terparkir di garasi. Sebelum pergi Keana juga menyempatkan diri untuk berpamitan, agar nantinya Kanaya tak panik. Setidaknya Keana memerlukan waktu setengah jam untuk membelah keramaian kota Bogor.

Begitu tiba di kawasan apartemen elit tempat Virgo hidup, Keana lekas memasukkan dirinya ke dalam lift. Selagi menunggu kotak kubus itu merangkak menuju lantai 20, Keana memilih untuk mengisi keheningan di sekitarnya dengan bermain ponsel.

"Pintu akan terbuka."

Suara lift, diikuti terbukanya pintu membuat perhatian Keana teralihkan. Setelah mengantongi kembali ponselnya, Keana mulai melangkah menuju unit milik Virgo.

"Gue harap, Bang Virgo udah berangkat."

Belum juga Keana menekan password pada layar, pintu di depannya sudah lebih dulu terbuka. Sontak saja Keana hanya bisa membelalak mata, begitu juga Virgo yang beberapa saat lalu berniat untuk pergi.

"Loh, Kea?" Ucap Virgo dengan suaranya yang terdengar parau.

Keana tersenyum kaku. "Bang Virgo," gumamnya, tanpa sadar mulai mengambil jarak.

"Lo mau kemana?"

Masih dengan senyum kaku yang mengisi bibirnya. Keana dibuat menahan nafas saat Virgo justru melangkah kian dekat ke arahnya. Bahkan laki-laki pemilik lesung pipi itu tak segan memamerkan senyum indahnya, seolah pertemuan mereka sudah lama ia nantikan.

"Itu ... tadinya gue mau main," cicit Keana, tersirat keraguan dalam nada bicaranya.

"Lo mau mabar?"

Keana mengangguk patah-patah. "I ... iya,"

SECOND CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang