Bagian Dua Puluh

77.6K 5.3K 68
                                    

Di sebuah kamar dengan pencahayaan remang, seorang remaja laki-laki duduk di hadapan komputer yang bertuliskan You Lose. Sejak beberapa menit lalu tangannya sibuk memainkan sebuah cincin, dengan ukiran nama dari pasangan si empunya.

Sedangkan telinganya di bungkam sepasang headset hitam yang melantunkan musik dari game yang tengah di mainkannya. Sebelum ini remaja pemilik luka bakar di tangan kirinya itu tengah asik memainkan game online seorang diri, sampai balon obrolan memenuhi room chat-nya. Awalnya ia pikir obrolan yang mereka kirim tak lebih dari omong kosong, sama seperti biasanya.

Tapi rupanya salah. Obrolan yang diawali dari sang ketua berhasil mendatangkan banyak spekulasi. Terutama ketika salah seorang dari anggota mereka membenarkan, jika si ketua baru saja memutus ikatan pertunangannya.

Tak sedikit dari mereka yang menyayangkan keputusan sepihak dari gadis berambut cokelat kemerahan itu, meski jumlahnya jauh lebih sedikit dari para pihak yang mendukung kandasnya hubungan yang mereka anggap toxic.

"Kenapa mendadak kaya gini?"

Lelaki itu menyentuh bibir bawahnya yang bergerak lirih. "Gue yakin ada yang salah, makanya hubungan mereka bisa berakhir."

"Mustahil cewek yang obses bisa segampang itu berubah. Padahal dari dulu dia keras kepala banget, dan nggak mau berubah. Tapi kenapa sekarang kaya gini?"

"Sebenernya apa yang salah?" Monolognya kian dibuat pening.

Sementara itu. Setelah pertemuan panas dengan keluarga Morgan, Keana memilih untuk langsung masuk ke kamar. Dia juga membawa serta Agnes yang masih memiliki beberapa tugas di hari pertamanya.

"Nah sekarang lo udah berhasil melepaskan Morgan, tapi apa lo yakin mereka bakal melepaskan lo gitu aja?"

Keana menggeleng. "Mustahil sih, pasti mereka bakal tetep bikin gara-gara sama gue."

"Bentar. Lo kan pernah cerita, kalo kalian udah barengan sejak kecil. Apa lo bisa menebak alasan kenapa mereka bisa berubah drastis?"

"Menurut gue mustahil sih kalo mereka berubah cuma gara-gara cewek, apa lagi ceweknya yang berada di bawah lo." Komentar Agnes lagi, sedikit dongkol jika mengingat kejadian siang tadi.

Keana membisu. Mungkin dulu dia akan berpikir kolot dan mengira alasan kenapa Morgan melindungi Lavina karena menyukai gadis itu, tapi situasinya berbeda sekarang. Keana adalah perempuan 20 tahun yang terjebak dalam raga gadis 17 tahun. Keana juga sudah melewati titik terendah dalam hidupnya, yang pada akhirnya berhasil mengubah sudut pandang Keana.

"Seperti yang lo bilang, Lavina berada di bawah gue. Entah dari segi fisik maupun harta, tapi dia menang dari segi akademis. Dia bisa masuk Universe High School juga karena beasiswa,"

Agnes menoleh. "Jadi kesimpulannya?"

"Gue yakin ada yang mengendalikan Erector, supaya mereka melawan gue."

Alis Agnes mengeriting. "Kenapa lo bisa berspekulasi kaya gitu?" Herannya.

Keana menoleh sekilas, lalu beralih menatap dedaunan yang bergoyang. Saat ini keduanya tengah duduk di balkon kamar, dengan cangkir teh yang mengepulkan uap panas. Sejak masuk penjara Keana sering memimpikan hal semacam ini. Berdiskusi dengan seseorang yang ia percaya, bertukar cerita dan menikmati secangkir teh hangat. Dan momen yang Tuhan berikan tak akan dia sia-siakan.

"Dulu gue pernah nusuk Bang Bas!" Keada berujar dengan suaranya yang terdengar getir.

Agnes menoleh cepat. "Hah?!" Pekiknya, terkejut.

Keana kembali membisu. Ia tidak berbohong. Dulu Keana kecil pernah menusuk Sebastian dengan pisau dapur, meski kejadian itu tak ia sengaja. Awalnya Keana hanya berniat untuk bermain masak-masakan dengan boneka kelinci kesayangannya. Sayangnya Sebastian memergoki aksinya, dan memberi peringatan agar Keana mengamankan pisau itu.

SECOND CHANCE (END)Where stories live. Discover now