Can You Love Me? .end

By novemburn

14.2K 7.8K 3.8K

Revisi. Bagi Derjov, pria dua-puluh tiga tahun yang masih remedial soal mencintai. Setelah menikah ia terikat... More

PROLOGUE
01. Come home late
02. Good morning
03. Zeon Guelzio
04. Why are you here?
05. Damn alcohol
06. Attention and comfort
07. I'm not your brother
08. Jevian Andrew
09. Don't set me up
10. Flashback one
11. Flashback, damaged
12. Flashback, broken
13. Flashback, Guel confess
14. Flashback, hateful gaze
15. Flashback, eavesdrop
16. Flashback, fever
17. Flashback, first love
18. Flashback, pregnant
19. Flashback, explain
20. Flashback, waiting baby
21. Flashback, sorry
21.22
23. She is everything
24. Love is gone
25. Six member boygroup
26. Hope that never dies
27. Eighteen years passed
28. Arrive in London
29. Miss you Mommy
30. Selfishness and regret
31. Hard to persuade
32. Start planning
33. Finally we meet again
34. Please finish all this
35. Can you love me?
EPILOGUE

22. He is so stupid

136 6 0
By novemburn

Derjov menggendong istrinya ke dalam kamar, membaringkannya di atas ranjang. "Rei, jangan melakukan sesuatu sendiri. Aku sudah kembali mempekerjakan maid, jadi kalau butuh sesuatu, panggil saja mereka."

"Aku tidak sakit. Tangan dan kakiku juga masih lengkap. Sesuai perintahmu juga aku libur dari pekerjaanku. Sekarang aku bosan, Jov."

"Itu bukan perintah, itu kecemasan seorang suami pada istrinya yang tengah hamil besar." Derjov mengelus rambut Kirei. "Berjalan saja susah, sok-sokan mau menyiram tanaman. Aku langsung panik saat melihatmu hampir terpeleset."

"Ck, berlebihan sekali, sudah kubilang, aku yang akan merawat rumah ini sendiri seperti aku merawat rumahku."

"Tidak, 'Mansion' ini tidak sama dengan rumahmu, beberapa maid akan tetap bekerja. Jangan menyia-nyiakan waktu luangmu untuk membersihkan lantai." Derjov mengelus perut besar istrinya. "Duduk diam saja di rumah seperti seorang Ratu."

Kirei cemberut.

Derjov duduk di tepi ranjang. "Lagian penyanyi mana yang mau membersihkan panci di rumahnya?"

"Aku suka melakukan pekerjaan rumah, meski memang melelahkan." Kirei bangun, duduk bersandar di kepala ranjang.

"Ah yang benar saja, kau sering mengeluh karena itu." Derjov mendengus.

"Tidak, aku hanya kelelahan saat itu."

"Makanya jangan sok tegar dan dengarkan aku." Derjov mencium perut istrinya. "Aku tidak ingin ada masalah saat bayi kita lahir."

"Kau benar-benar menunggu kehadirannya ya."

"Tentu saja, aku tidak pernah se-excited ini. Aku tidak sabar menjadi seorang Ayah."

"Meski anakmu lahir dari wanita sepertiku?"

Derjov terdiam sejenak. "Apa maksudmu?"

"Aku, wanita yang terus mencoba menjauhkan anak dari Ayahnya."

"Rei?"

"Kamu adalah orang yang baik, tapi hatiku masih saja tertuju pada Guelzio sampai sekarang. Aku melihatnya sebagai orang yang aku cintai, dan aku melihatmu sebagai orang yang merawatku."

Derjov berdiri, dia menghela napas. "Kenapa kamu terus terang sekali?" Beberapa kali saat dia mendengar Kirei mengatakan sesuatu tentang Guelzio, itu menyesakkan untuknya. Namun lama-kelamaan dia jadi terbiasa. "Kamu merindukannya? Aku akan menghubunginya untukmu."

Kirei menahan lengan Derjov yang hendak pergi. "Dia sedang sibuk dengan konser. Aku tidak merindukannya, aku hanya ingin bersamamu sekarang."

Derjov mengelus punggung tangan istrinya. "Istirahatlah, aku ada urusan."

"Tidak Jov, aku mohon jangan pergi."

Derjov tersenyum, lantas kembali duduk dan menempelkan pipinya di perut Kirei. "Dia menendang!"

***

Kembali ke masa sekarang, matahari sudah hampir terbenam. Hezie sudah mendengar semua yang Derjov ceritakan. Champagne yang mereka nikmati juga sudah habis dari tadi.

"Kamu punya segalanya, Jov. Jika pria lain yang ada di posisimu, mereka pasti sudah menyerah pada Adikku." Hezie tersenyum seraya mengusap rambut Derjov.

Pria itu mengernyit, kemudian mencengkram tangan Hezie. "Aku bukan anak kecil, Kak. Jangan mengusap rambutku seperti ini. Dan ya, aku tidak menyerah karena ada alasannya, ini menyangkut Zavelios, anakku. Kecelakaan satu malam itu tidak akan pernah bisa aku lupakan seumur hidupku, meski aku melepaskan Kirei dan menikah dengan wanita yang mencintaiku... aku juga tidak akan tenang atau menikmatinya, aku akan selalu memikirkan tentang malam itu. Jika saja Kirei tidak hamil, aku pasti juga akan menyerah."

Awalnya Hezie memandang Derjov sebagai pria yang bodoh, keras kepala, dan buta cinta. Derjov memang kaya raya namun uangnya tidak dia gunakan untuk membeli kebahagiaan. Semua kekacauan dalam hidupnya ini adalah pilihannya sendiri.

"Dasar bodoh." Namun kini Hezie mulai memahami Derjov, pria itu sebenarnya sudah mendapatkan kebahagiaannya. Istri dan anaknya adalah segalanya baginya, dunianya, tidak peduli seperti apa mereka membalas semua kemurahan hatinya.

"Apa dia bisa mencintaiku suatu saat nanti Kak?"

"Tentu saja. Aku yakin suatu hari nanti, kalian akan saling mencintai."

"Aku tidak akan pernah menceraikannya, meski dia marah dan memaksaku."

"Itu bagus, apa yang kamu lakukan memang benar. Setidaknya Zavel harus memiliki orang tua yang lengkap, dan mendapatkan kasih sayang dari kalian berdua."

Derjov menghela napas. "Tentang kasih sayang itu... aku sebenarnya ragu. Pertengkaran kami bisa berdampak pada Zavel saat dia sudah agak lebih besar nanti. Banyak anak-anak yang depresi karena keluarga yang tidak harmonis. Aku dan Kirei tidak bisa menghabiskan hidup dengan bertengkar."

Hezie menepuk bahu Derjov. "Makanya, jangan menyerah untuk membuatnya jatuh cinta padamu. Meski kamu sudah beruban nanti."

***

"Aku tidak mencintainya," gumam Kirei sambil mengusap air matanya. Dia tengah berjalan di trotoar. Jalanan terlihat sepi, dan hari mulai gelap. Entah bagaimana dia bisa sampai ke sana. Dari tadi Kirei hanya melangkahkan kaki menjauh dari mansion.

"Sudahlah jangan menangisi pria tua itu." Jevian yang dari tadi menemaninya, tiba-tiba memeluknya dari belakang, membuat wanita itu jadi membeku. "Kamu tidak ingin menceritakan sesuatu padaku?"

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku." Kirei hendak melepaskan pelukan Jevian, namun pemuda itu justru semakin mengeratkan pelukannya.

"Oh ayolah Rei, aku hanya ingin menenangkanmu dengan pelukan ini, apa itu masalah? Orang yang sedih biasanya butuh pelukan." Jevian tersenyum santai.

Kirei berhenti memberontak, dia menelan ludah dengan tatapan lurus ke depan. "Tentu saja ini masalah jika Derjov melihat kita, dia akan membunuhmu. Dan aku tidak butuh pelukan pria lain, kecuali itu Guelzio."

Jevian terkekeh. "Kau lucu, sangat lucu. Inilah kenapa aku sangat menyukaimu Rei."

"Tidak ada gunanya bercerita padamu, karena kau sendiri adalah penyebab semua ini kan?" tanya Kirei sebelum akhirnya berhasil melepaskan diri dari pelukan Jevian. "Kenapa kau mencariku setelah sekian lama?" Kirei mengalihkan pandangannya.

Jevian menarik tangannya, memutar tubuh Kirei hingga berhadapan dengannya. "Apa menurutmu aku ingin membuatmu sakit hati lagi?" Dia tersenyum, "Aku ingin memastikan dulu bahwa sebenarnya kau tahu kenapa Derjov tidak suka dengan kehadiranku kan?"

Kirei meremat lengan Jevian yang merangkul pinggangnya dengan erat. "Iya, dia tahu kita berada di klub malam saat itu."

"Lalu kenapa kau tidak mengakuinya? Patuhi suamimu dan usir saja aku saat itu juga."

"Justru itu akan menjadi masalah besar, dia akan menuduhku yang macam-macam. Padahal aku bertemu denganmu di klub malam dengan tidak sengaja, dan kau!" Kirei menunjuk Jevian tepat di depan wajahnya. "Kau telah memberi sesuatu pada minumanku agar aku tidak sadarkan diri, Derjov sudah menyadari hal itu. Kau sangat nekat, aku kira kau sudah berubah."

"Intinya, kau tidak ingin Derjov salah paham dan kecewa kan? Kau mulai menghargai Derjov, tapi Guelzio tidak bisa kau singkirkan dari hatimu, jadi kau menyimpan perasaan pada dua orang sekaligus."

"Apa?" Kirei mengerutkan alis, dia berusaha melepaskan rangkulan Jevian namun pemuda itu sangat kuat. "Kau pikir aku ini wanita seperti apa Jev? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Aku berdebat dengan Derjov demi pria kurang ajar sepertimu? Tidak mungkin."

Jevian tidak menghiraukan ucapan Kirei. "Akhirnya kau menyadari sebaik apa Derjov itu kan? Dan sebodoh apa dia hingga memilih wanita sepertimu untuk menemani sisa hidupnya."

"Tutup mulutmu Jev!" Kirei berusaha memberontak. "Apa yang ingin kau katakan? Jangan macam-macam padaku."

"Mana mungkin aku macam-macam padamu." Jevian melepaskan pelukannya, Kirei jadi lega mendengarnya. "Sebenarnya aku kabur dari rumah karena Ayah berniat menjodohkanku."

Kirei berusaha menenangkan hatinya. "Aku kira kau sudah benar-benar gila." Buru-buru dia menyingkirkan pikiran buruk tentang Jevian. Pemuda itu terkadang memang suka begitu. Bagaimana pun juga, Jevian adalah temannya.

Juga, dia adalah mantannya.

Mantan yang mencampakkannya malam itu saat pertama kali dia bertemu dengan Derjov.

"Tapi aku masih mencintaimu, pertemuan kita saat itu membuatku kembali menyukaimu, sangat menyukaimu, dan apa pun akan aku lakukan untuk mendapatkanmu."

Kirei terkejut. "Kau benar-benar gila?!" teriaknya.

Jevian langsung menutup mulut Kirei dengan tangannya. "Sst.. jangan berteriak, atau suamimu akan mendengarnya nanti. Kau tidak ingin dituduh yang macam-macam kan?" Pria itu tersenyum. "Aku bukan orang jahat."

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

45K 2.1K 63
[Spin-off "ECCEDENTESIAST"] SILVERYEN #1 - BISA DIBACA TERPISAH! - Three years after "ECCEDENTESIAST"~ "Geino Lexander Hector Silveryen" adalah seora...
7.3K 480 32
Bagaimana jadinya jika seorang gadis berusia 17 tahun memiliki jodoh yang umurnya terpaut sangat jauh. Bukan 6 atau 15 tahun, melainkan 1500 tahun. A...
3.3M 238K 29
Rajen dan Abel bersepakat untuk merahasiakan status pernikahan dari semua orang. *** Selama dua bulan menikah, Rajen dan Abel berhasil mengelabui sem...
39.6K 1.1K 8
Bagaimana rasanya jatuh cinta kepada Bos sendiri, bagaimana rasanya bekerja ditemani rasa gembira ? Ini adalah cerita tentang Sekertaris Min , yang...