Can You Love Me? .end

By novemburn

13.3K 7.8K 3.8K

Revisi. Bagi Derjov, pria dua-puluh tiga tahun yang masih remedial soal mencintai. Setelah menikah ia terikat... More

PROLOGUE
01. Come home late
02. Good morning
03. Zeon Guelzio
04. Why are you here?
05. Damn alcohol
07. I'm not your brother
08. Jevian Andrew
09. Don't set me up
10. Flashback one
11. Flashback, damaged
12. Flashback, broken
13. Flashback, Guel confess
14. Flashback, hateful gaze
15. Flashback, eavesdrop
16. Flashback, fever
17. Flashback, first love
18. Flashback, pregnant
19. Flashback, explain
20. Flashback, waiting baby
21. Flashback, sorry
21.22
22. He is so stupid
23. She is everything
24. Love is gone
25. Six member boygroup
26. Hope that never dies
27. Eighteen years passed
28. Arrive in London
29. Miss you Mommy
30. Selfishness and regret
31. Hard to persuade
32. Start planning
33. Finally we meet again
34. Please finish all this
35. Can you love me?
EPILOGUE

06. Attention and comfort

714 576 221
By novemburn

"Sepertinya Kirei tidak bisa datang hari ini Jessi, dia sedang sakit."

"Semoga dia cepat sembuh," balas Jessi dari seberang telepon.

"Iya, dan tolong jangan biarkan Guelzio datang ke sini."

Samar-samar Kirei mendengar percakapan Derjov. Seperti belum puas tidur, Kirei berusaha keras membujuk tubuhnya yang lemah agar bangun. Kepalanya saja terasa akan pecah. Sangat pusing.

"Sudah bangun Nyonya Khlenzio? Ingat apa yang kamu lakukan semalam?" Derjov menaruh ponselnya di atas nakas, lantas duduk di pinggir ranjang.

Kirei mengerjapkan mata seraya memegangi kepalanya. "Aku pusing sekali..."

"Ya bagaimana tidak pusing kalau kamu minum tujuh botol alkohol?"

Mata Kirei terbuka sempurna. "Aku nggak minum sebanyak itu!"

"Katamu kemarin minum tujuh," Derjov mendengus.

"Ah kepalaku sakit, aku nggak ingat apapun semalam." Mata Kirei kembali terpejam, berusaha membuat isi kepalanya membaik. Namun sia-sia, efek alkohol ini lebih kuat dari yang biasanya.

Sementara Derjov merasa kecewa. Kirei terlalu banyak meminum alkohol sampai lupa kejadian semalam, dan kemungkinan besar ungkapan cemburu Kirei padanya juga tidak berarti apa-apa.

Padahal Derjov sudah memiliki sedikit kepercayaan diri untuk menyatakan perasaannya yang sejak kapan telah tumbuh. Lebih dari itu dia juga masih khawatir melihat Kirei yang kesakitan.

Derjov mengusap kening Kirei, lantas mengecupnya cukup lama. "Ini masih jam enam pagi, minum obat dulu. Hari ini aku melarangmu menyusui Zavel," ucapnya setelah mengakhiri kecupan.

Kirei mengangguk lemah, berusaha membuka matanya yang kini terasa berat. Dia segera bangun dan menelan kapsul obatnya. Berharap rasa pusingnya lenyap.

"Sepertinya aku tidak mabuk karena alkohol, tapi sudah diberi obat lain kemarin." Kirei menunduk, menyesal pergi ke klub malam itu.

"Tidak mabuk karena alkohol?" Derjov mengernyit.

"Aku tidak pernah merasa sepusing ini setelah meminum dua botol alkohol, itu rekor terbanyak aku minum!" Cemberut, Kirei yakin sekali.

"Hanya dua Rei, mungkin kamu emang kebanyakan minum."

Derjov jelas tidak dapat mengabaikan hal ini, jika benar ada yang mencampur obat dalam minuman Kirei, maka tersangkanya pasti pemuda yang bersamanya malam itu. Kurang ajar!

"Kalo gitu kamu harus janji gak akan pergi ke sana lagi. Aku gak tahu apa jadinya kalo aku terlambat. Ck, bahkan disaat kayak gini cuma suamimu yang peduli, Guelzio gak akan buang-buang waktu buat nyari kamu."

"Kenapa kamu jadi berisik sekali Tuan?" Kirei kembali membaringkan tubuhnya. "Guelzio pasti sibuk sama jadwalnya."

"Jangan tidur lagi, ayo turun." Tanpa aba-aba Derjov langsung menggendong Kirei, membawanya ke ruang tengah. Tempat bersantai dan menonton televisi.

"Terserah." Kirei tidak memberontak seperti biasanya karena sedang tidak bersemangat sama sekali.

"Kamu sarapan sama bubur ya Rei." Derjov mendaratkan Kirei dengan mulus di atas karpet lembut di depan televisi.

Kirei duduk sambil meluruskan kakinya. Hanya diam menatap bubur yang sudah disiapkan tanpa minat. Sementara Derjov juga ikut duduk di sebelahnya, sibuk melahap sandwich ikan yang lezat. Televisi dinyalakan, menampilkan kartun di pagi hari.

Kirei hampir meneteskan liur melihat Derjov menyantap sarapannya. "Aku mau makan sandwich juga."

"No, makan buburnya Rei. Kamu lebih baik makan sesuatu yang hangat." Derjov menolak dengan halus.

"Kalo gitu mau ketemu Zavel, mana dia?"

"Belum bangun." Derjov masih fokus pada kartun di televisi. "Makan dulu Rei, telingaku sakit mendengar kamu mengeluh semalaman."

Dari tadi Kirei hanya cemberut, masih tidak ada niatan untuk menyentuh buburnya. "Aku gak enak badan Jov, aku mau tidur aja."

Derjov menoleh, mengambil mangkuk bubur itu. "Sini aku suapin," dia menyodorkan satu sendok berisi bubur di depan mulut Istrinya.

"Jov? Aku bukan bayi." Meski begitu Kirei melahap suapan Derjov. Bubur ini rupanya terasa manis.

"Aku tahu, isi kepalamu aja gak ada bayinya sama sekali."

Kirei melahap suapan demi suapan tanpa protes, ada rasa yang tidak bisa dijelaskan ketika Derjov yang menyuapinya dengan telaten dan hati-hati.

Derjov tertawa kecil ketika mangkuk buburnya sudah kosong. "Pintar, kamu habisin buburnya ya Rei."

Kirei tersenyum masam. "Apa Jessi tahu kalo aku lagi sakit? Aku harus menghubunginya karena hari ini ada jadwal pemotretan penting."

"Gak perlu, aku udah ngomong sama dia tadi."

"Baiklah."

Ruangan bercat putih susu itu terlihat lengang. Tidak biasanya mereka merasa canggung satu sama lain. Biasanya mereka akan bertengkar. Entah karena Derjov atau Kirei yang jadwalnya terlalu padat, atau karena masalah lain.

Pagi, siang, dan sore. Mereka terlalu sering bertengkar karena hal sepele. Bahkan saat bermain dengan putra mereka sendiri, kadang perlu ada perdebatan atau persaingan mendapatkan perhatian bayi mungil itu.

Begitulah keseharian mereka. Sama-sama memiliki ego yang tinggi. Namun Derjov saat ini berusaha untuk memahami Kirei.

"Apa kamu masih pusing?"

Kirei menggeleng, entah kenapa dia bosan. "Kamu gak ke kantor?" tanyanya.

"Enggak," Derjov menjawab singkat.

"Kenapa?"

"Karena istriku sakit."

Seketika sebuah kehangatan mengalir dalam hatinya. Kirei menunduk, menatap ujung bajunya yang kusut. Bertanya pada dirinya sendiri, kenapa Derjov harus peduli padanya sampai seperti ini? Peduli pada orang yang bahkan tidak pernah menghargainya. Dan kenapa jantungnya berdetak lebih cepat?

"Mau pergi ke mall?" Derjov kembali fokus pada layar televisi.

Kirei mengangguk, lantas duduk di pangkuan suaminya, memeluk Derjov dengan erat. Pelukan hangat tanpa paksaan. Ini adalah cara Kirei meluapkan apa yang dia rasakan pada Derjov saat ini, seperti rasa terimakasih yang manis. Entah apa artinya, atau mungkin tidak berarti apa-apa. Hanya ingin?

Derjov jadi heran. "Kenapa tiba-tiba jadi manja? Kamu pengen minta sesuatu? Apa efek alkoholnya masih belum hilang? Kamu lagi kerasukan?"

Kirei menggeleng. "Gapapa, aku lagi pengen sama kamu, aku mau jadi istrimu sebentar saja."

"Kamu memang istriku, Rei." Derjov menghela napas, kenapa harus ada kata sebentar padahal yang dia mau adalah selamanya. Derjov mengecup kening Kirei dengan lembut. "Mandi dulu, kamu bau alkohol."

Kirei mendongak, menatap netra suaminya. "Kenapa kamu baik sama aku hari ini setelah aku mengecewakanmu kemarin? Maaf, aku semalam tertekan sampai pergi ke tempat yang sudah kamu larang."

"Sebenarnya aku sangat marah. Apalagi kamu masih menyusui Zavel, jadi tidak boleh minum banyak alkohol." Derjov memeluk istrinya, "Tapi aku sadar selama ini aku juga gak pernah peduli sama keadaanmu. Aku nggak pernah nanya kamu ingin apa."

"Kamu sudah sering berbuat baik padaku, aku baik-baik saja Jov." Kirei mengalihkan pandangannya.

Derjov hanya mengatakan apa yang dia pikirkan setelah mendengar ucapan Kirei semalam. Entah ucapan itu benar atau tidak. Baginya sekarang, Kirei adalah yang paling penting dalam hidupnya. Dia harus mulai memperhatikan wanita itu.

"Maafkan aku."

Derjov mengusap rambut istrinya."Jadi jalan?"

"Tapi Zavel?"

"Kita kan punya baby sitter."

"Kenapa kita tidak pergi bersama?"

Derjov ganti mengusap pipi istrinya. "Sekali-kali Rei, kamu tidak pernah berkencan dengan suamimu kan?"

Kirei mengangguk, senyuman kecil terpatri di wajahnya yang cantik. "Berhenti menggodaku seperti itu."

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

846K 78.2K 25
Gadis bernama lengkap Alera Ananta harus menerima sebuah kenyataan aneh. Jiwanya yang berasal dari peradaban modern telah berpindah ke zaman peradaba...
785 101 11
Bukan tentang ahli agama yang di takdirkan dengan sesama ahli agama, hanya tentang Umaiza Sahla─ Gadis akhir zaman yang imannya mengikuti arus pergau...
3.7M 54.2K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
1K 136 13
Ini tentang Keira. Perempuan biasa yang dikhianati cintanya dan mencoba melawan stigma masyarakat tentang perempuan yang telah berpisah dengan suamin...