La Samba Primadona (Repost) |...

By IndahHanaco

391K 53.9K 2.9K

Ranking : #1 dari 15,1K Chicklit (12-13 Okt 2020) Catatan : ini adalah kisah nyata, ditulis dengan izin si p... More

Saujana Cinta [1]
Saujana Cinta [2]
Saujana Cinta [3]
Black Angel [1]
Black Angel [2]
Les Masques [1]
Les Masques [2]
Les Masques [3]
The Curse of Beauty [1]
The Curse of Beauty [2]
The Curse of Beauty [3]
Fixing a Broken Heart [2]
Run to You [1]
Run to You [2]
Run to You [3]
Everything for You [1]
Everything for You (2)
Everything for You (3)
Beautiful Temptation [1]
Beautiful Temptation [2]
Out of The Blue [1]
Out of The Blue [2]
Rainbow of You [1]
Rainbow of You [2]
Rainbow of You [3]
Cinta Sehangat Pagi [1]
Cinta Sehangat Pagi [2]
Cinta Sehangat Pagi [3]
Cinta Sehangat Pagi [4]
My Better Half [1]
My Better Half [2]
My Better Half [3]
My Better Half [4]
Cinta Tanpa Jeda [1]
Cinta Tanpa Jeda [2]
Cinta Tanpa Jeda [3]
Cinta Empat Sisi [1]
Cinta Empat Sisi [2]
Cinta Empat Sisi [3]
Cinta Empat Sisi [4]
Love Me Again [1]
Love Me Again [2]
Love Me Again [3]
Crazy Little Thing Called Love [1]
Crazy Little Thing Called Love [2]
Crazy Little Thing Called Love [3]
Crazy Little Thing Called Love [4]
Perfect Romance [1]

Fixing a Broken Heart [1]

7.4K 1K 10
By IndahHanaco

Aku membuka babak baru dalam hidupku. Bukan dalam arti yang positif. Melainkan dalam makna yang mengerikan. Aku melupakan siapa aku yang lama. Aku menciptakan Leala yang baru.

Semua kekecewaan bertaut jadi satu. Mirip benang halus yang dijahit di setiap pori-pori tubuhku. Ada terlalu banyak hal pahit yang mengejutkan terjadi. Sebelum ini, hidupku baik-baik saja. Lalu mendadak langkahku dihentikan oleh serentetan persoalan yang mengguncang dunia polosku. Hingga aku tahu bahwa Leala yang lama dipaksa mati oleh kenyataan yang membantaiku.

Salah satu kekecewaanku adalah karena kakak-kakakku pada akhirnya tidak berbuat apa-apa. Mas Troy memang pulang ke Bogor untuk bicara dengan kedua orangtua kami. Tapi ujung-ujungnya dia malah memintaku untuk ikhlas menerima keputusan Mama dan Papa untuk bercerai. Aku juga dilarang mengungkit-ungkit tentang aktivitas menjijikkan yang dilakukan oleh orangtuaku.

Mbak Ilsa hanya bisa menangis dan memaki tidak sopan di telepon. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk kembali ke Bogor meski cuma sebentar. Alhasil, aku si bungsu yang harus bersemuka dengan kerumitan keluargaku. Aku merasa sesak berada di rumahku sendiri.

Pada akhirnya, aku tak kuasa menahan diri lagi. Langkah paling drastis yang kupilih adalah keluar dari rumah. Aku lebih memilih indekos ketimbang serumah dengan Mama dan bersikap munafik sepanjang hari. Aku sudah tidak sanggup lagi melihat wajah orangtuaku tanpa rasa mual yang memilin perutku. Kali ini, aku tidak bisa menampik keinginan Kimi untuk menemaniku. Dia ikut indekos bersamaku!

"Aku nggak akan biarin kamu tinggal sendiri. Lagian, aku kurang bebas kalau tinggal di rumah. Aku dan Ravel agak sulit ketemuan kalau aku udah ada di rumah." Itu salah satu alasan Kimi.

Aku mengirim nomor rekening pada Papa dan Mama, meminta mereka mengirimkan biaya untukku. Mulai dari biaya kuliah, kos, hingga biaya hidup. Aku tidak mungkin membiayai semuanya sendiri karena aku belum bekerja.

"Kamu nggak boleh keluar dari rumah ini!" bentak Mama ketus saat aku memberi tahu niatku untuk indekos.

"Aku udah nggak mau tinggal di sini," akuku jujur.

"Kenapa kamu mau pindah dan malah memilih untuk kos?" Mama malah menatapku dengan keheranan yang membuatku terperangah.

Aku tidak ingin bersikap kasar, sayangnya Mama seakan tidak mengerti. "Aku muak, nggak sanggup lagi ngeliat Mama ataupun Papa tanpa merasa marah."

"Bukan Mama yang mulai! Papamu yang duluan gonta-ganti kekasih dan sama sekali nggak malu kalau pacarnya bahkan lebih muda dari anak sulungnya!"

Aku menatap Mama dengan tatapan nanar. Aku tidak tahu Mama bisa seperti ini. Di bawah wajah cantiknya, Mama ternyata perempuan egois yang tidak merasa pernah berbuat kesalahan.

"Ma, udah deh! Nggak ada gunanya cuma nyalahin Papa doang," balasku dengan suara lelah. "Menurutku, Papa dan Mama sama salahnya." Aku berusaha keras menelan kata-kata lanjutan yang nyaris terlontar. Kuhela napas panjang seraya berujar dengan nada final, "Aku merasa pindah dari sini jauh lebih sehat."

Mata Mama menyala. Pasti karena menganggap ucapanku luar biasa kurang ajar. Aku tidak peduli.

"Ini rumahmu, Lea! Kamu nggak boleh kos. Apa nanti kata orang?" Mama menahan emosinya.

Aku ingin tertawa. Kenapa sekarang harus meributkan pendapat orang? Apa yang ada di benak Mama ketika mulai menggandeng laki-laki yang usianya jauh lebih muda? Atau saat mengundang orang asing ke ranjangnya dan Papa? Bercinta beramai-ramai dan tukar pasangan?

"Ma, aku nggak mau ganggu Mama. Aku juga nggak mau selalu marah sama Mama. Aku punya banyak hal yang perlu kuurus. Aku nggak mau mati karena kesal," balasku.

"Mama tetap nggak akan ngasih ijin!"

Aku tertawa kecil. "Aku nggak minta ijin. Aku cuma ngasih tahu. Nggak ada yang bisa bikin aku membatalkan keputusanku," kataku sambil mendekat ke arah Mama. "Mama tau kan gimana aku?"

Dari luar, aku adalah anak penurut. Namun di setiap pembuluh nadiku, aku adalah anak pembangkang. Hanya saja selama ini sisi buruk itu tidak terlalu tampak. Aku hanya mengeluarkannya ketika menginginkan sesuatu dengan sangat besar.

"Leala..."

"Kalau kita jarang ketemu, Mama dan aku bisa sama-sama lebih bahagia."

Berselang sehari kemudian, Papa berusaha membatalkan keputusan putri bungsunya. Tebakanku, informasi dari Mama membuatnya buru-buru meneleponku.

"Pa, aku tetap nggak akan bisa dibujuk meski diiming-imingi apa pun! Aku mau kos, demi ketenanganku. Demi ketenangan keluarga kita. Aku nggak mau marah-marah terus." Itu jawabanku.

Akhirnya, aku berhasil pindah tanpa ada drama. Perubahan drastis lainnya adalah mencuatnya keinginan untuk bekerja! Ada bagian diriku yang menolak untuk terus bergantung secara finansial pada Mama dan Papa.

"Kim, gimana caranya nyari duit?"

Kimi menatapku dengan ekspresi tertarik. Ponsel yang sejak tadi dimainkannya, kini diletakkan begitu saja. Gadis itu bangkit dari ranjang dan berdiri di belakangku. Aku sedang menyisir rambutku sambil duduk di depan meja rias. Aku memandang sahabatku lewat cermin.

"Jangan ngomong sesuatu yang bikin aku kesal," ancamku.

Kiki terkekeh bahkan hingga nyaris terbatuk-batuk. "Kenapa tiba-tiba mau nyari duit?" matanya mengerjap jail.

"Oke, aku udah pernah nolak tawaran kerjaan darimu. Tapi sekarang aku berubah pikiran. Aku cuma mau lebih mandiri. Aku nggak mau bergantung sama siapa pun. Kamu lihat sendiri apa yang kualami, kan? Aku pengin kayak kamu, Kim..." cetusku. Lalu aku ingat sesuatu, "Maksudku, pengin mandiri kayak kamu," imbuhku dengan buru-buru. Kulihat Kimi mengangguk.

"Aku tau maksudmu. Aku nggak akan bikin kamu kayak aku."

Aku membalikkan tubuh. Khawatir Kimi menjadi tersinggung. "Maaf Kim, bukan maksudku...."

Kimi tersenyum tipis. Tangan kanannya memegang bahu kananku dengan lembut. "Jangan minta maaf! Aku ngerti maksudmu, kok. Kerjaan yang mudah didapat dengan waktu yang fleksibel ya jadi SPG. Kalau kamu memang mau, mungkin beberapa hari lagi udah bisa mulai."

Aku terperangah. "Secepat itu?" Tangan kananku mengusap leher.

Kimi mengangguk pasti. "Ya, karena selalu ada lowongan untuk SPG. Apalagi sekarang ini lagi ada banyak pameran."

Aku mendesah pelan. "Hmm... kalau lowongan untuk jadi asisten Mbak Zoe?"

Kimi menggeleng lamban. "Sayangnya, udah terisi, Lea."

Tadinya aku berharap bisa mengisi posisi yang pernah disodorkan Kimi padaku sekian minggu silam. "Kukira, posisi itu masih kosong," kataku tak bersemangat.

"Banyak banget yang minat pas tau Mbak Zoe buka lowongan. Jadi, nggak lama setelah aku tawarin ke kamu, udah ada yang jadi asisten baru."

Setengah tak berdaya karena harapanku punah, aku akhirnya berujar, "Berarti, bisanya cuma jadi SPG, ya? Hmmm, susah nggak sih kerjaannya, Kim?"

Sahabatku dengan sabar mengulangi semua promosinya tentang nikmatnya menjadi SPG yang sebenarnya sudah kuhafal. Kali ini, aku mendengarkan uraian Kimi dengan sungguh-sungguh.

"Gimana? Mau jadi SPG? Atau mau nunggu beres kuliah dan jadi pengacara aja?" goda Kimi di akhir penjelasannya.

Aku tercenung sesaat. Menjadi SPG bukanlah karir yang kudambakan, bahkan dalam mimpi terburukku. Namun aku butuh menyibukkan diri dan membunuh waktu. Sekaligus belajar mencari penghasilan sendiri. Jika hanya kuliah, sebagian besar waktuku tidak diisi kegiatan berarti. Akibatnya lagi, aku punya kesempatan untuk memikirkan kerusakan yang sudah terjadi dalam hidupku.

"Okelah, aku nyoba dulu," pungkasku dengan suara kurang meyakinkan. Tampaknya Kimi bisa merasakan kegamanganku.

"Serius, nih?" dia menegaskan.

Aku mengangguk. "Ya. Aku berubah pikiran. Maksudku, sekarang aku tertarik untuk nyoba kerja. Aku butuh hal-hal baru untuk bikin hidupku berbeda, salah satunya soal kerjaan. Aku butuh kesibukan baru di luar jadwal perkuliahan supaya bisa tetap waras."

Kimi tersenyum lembut. Matanya dipenuhi oleh sorot prihatin. "Aku akan selalu mendukungmu. Apa pun keputusanmu, Lea," janjinya.

Aku menatap Kimi dengan haru. Selama ini aku tidak pernah menilai terlalu serius hubungan kami. Tidak pernah memasukkan Kimi dalam daftar "orang paling penting dalam hidupku". Namun, masalah yang kuhadapi telah membuka mataku. Kimi menunjukkan kualitasnya sebagai seorang sahabat.

"Makasih ya Kim. Belakangan ini aku bikin kamu ikutan repot."

Kimi memeluk bahuku. "Itulah gunanya sahabat. Kamu itu orang terdekat dan terpenting di luar keluargaku, Lea."

Kali ini aku tidak bisa membendung air mataku yang melimpah. Menangisi duniaku yang kelam lebam oleh kejutan.

Lagu : Fixing a Broken Heart (Indecent Obsession ft Mari Hamada)

Continue Reading

You'll Also Like

1M 112K 28
Menceritakan tentang seorang gadis bar bar yang mati karena tersedak mie. Namun bukan ke surga. melainkan masuk ke dalam sebuah novel. Kajadian ini...
118K 25.3K 52
Behind The Salim Series Book #4 Memiliki wajah yang mirip dengan masa lalu buruk keluarga Salim, membuat Sandara harus menerima kenyataan pahit bahwa...
362K 5.7K 6
[Private - hanya dapat dibaca oleh followers] Axela Devaza, gadis penuh rahasia yang kembali datang dengan wujud dan pribadi yang berbeda untuk seb...
20.2K 1K 15
Kini impiannya memiliki toko roti menjadi kenyataan dan perkembangan Moema Bakery benar-benar menjadi kebahagian Alma yang sempat merasa kehilangan g...