capitulate.

By dashapoetry

8.4K 982 253

[ lengkap, segera terbit ] ft. 마크 리; mark lee ❩❩ jikalau yang akrab engkau sebut masa depan itu adalah kebera... More

Halo, ini Dasha Liú
01; Intro, Dasha's Diary
02; Prologue, Still
03; Mark's Diary
1. She's Confused
2. A Long Night
3. Find
4. Happy as a Clam
5. Cafe and Little Fingers
6. Cornering Questions
7. How Cloud?
8. A Lie
10. Small Talk
11. New Fam!
12. Weird
13. Never Lost
14. Rain in Seoul
15. Still 127
16. Dear, Dasha
17. Here
18. Sacrifice
19. Bye-Bye My Blue
20. Jisung's Letter
21. Breakup
22. Farewell
23. Will Last Forever
24. Problem Seed
25. 12:12
26. Don't Leave Me Alone
27. Blue
28. Outro; Across the Universe
Extra Pages; Mark's Letter

9. Unexpected

244 16 2
By dashapoetry

"Yakin, kau akan baik-baik saja di sana?"

Dasha mengangguk mantap. Pagi-pagi sekali, seisi dorm heboh gara-gara keputusan mendesak sang maknae. Bahkan, tanpa sepengetahuan mereka, semuanya sudah siap. Dasha sudah mengemas semua barangnya.

"Sudah sembuh, kan? jangan sakit lagi," Seulgi menepuk pundak adiknya lembut. Sebenarnya, sih, anak itu bisa sembuh dengan istirahat yang cukup, mau apapun itu penyakitnya. Jadi tidak mengherankan, bukan?

"Mau menginap dimana?" cegah Joyie sebelum Dasha meraih kenop pintu. "Aku sempat menyewa apartemen dulu, jadi sayang kalau tidak ditinggali." Jawabnya seadanya.

Bohong kalau Joy tidak tahu. Itu hanyalah basa-basi klasik untuk mencegah Dasha keluar lebih cepat sebenarnya. Maklum.

Omong-omong, soal pindahnya Dasha, memang mendadak. Rasanya ingin tinggal sendiri, lalu bertindak sesukanya di sana nanti. Apalagi akan sangat jarang libur seperti ini. Keinginannya juga meningkat saat mengingat lingkungan di sana sepi orang, dan memang sangat asri.

Setidaknya paparazi bisa sedikit diatasi.

***

"Oh, kau mau kemana dengan pakaian seperti itu?" Chenle mengintip dari luar. Melihat Mark yang berdiri menyisir rambutnya di depan cermin dengan kaos putih longgar, dan cardigan kotak-kotak membuatnya heran sejenak.

Mark tidak pernah mengenakan pakaian se-informal itu. "Rahasiaaaa, aku tidak akan memberitahumu," sahut Mark sambil menjulurkan lidah ke Chenle, lalu meraih topinya.

"Eh, aku serius! Nanti kalau Hyung pulang malam, siapa yang menemani Renjun Hyung memasak? apa yang akan kami makan? nanti siapa yang membetulkan wastafel yang bocor saat tengah malam? siapa yang memadamkan api kalau Haechan Hyung bermain kompor? siapa yang akan—"

Ucapan panjang lebar kali tinggi yang Chenle lontarkan terpotong, saat Mark membekapnya dengan roti tawar yang ada di nakas. Masih untung, Haechan tidak menyahut saat namanya disebutkan dengan setengah berteriak oleh Chenle lagi. Nanti bisa-bisa dorm benar-benar kebakaran.  "Aku hanya pergi ke supermarket sebentar," Kata Mark.

Chenle memicingkan matanya yang sipit, "Masa?"

Mark merotasikan bola matanya, "Menyebalkan sekali kau ini. Dibilang aku hanya ke supermarket sebentar,"

Chenle tertawa terbahak-bahak, Mark tambah bingung. "Kau sakit jiwa?" ejek Mark dengan senyum miris melihat adiknya yang tertawa seperti tahanan rumah sakit jiwa.

"Tadi Jaemin hyung dan Jeno hyung juga pergi untuk alasan yang sama. Kau mau berbual dengan Liu Chenle? HOHO, TIDAK BISAA!" Cibir bocah Cina itu sambil menggerakkan jari telunjuknya ke kanan-kiri di depan muka Mark.

Bukan Mark namanya kalau kalah debat dengan bocah. "Kau harusnya percaya padaku, jangan pada mereka. Jeno dan Jaemin pergi ke supermarket, apakah menurutmu mungkin? mereka berkencan, tahu. Sudah minggir, nanti jalanan ramai, aku yang susah." Mark berusaha melewati tubuh Chenle di ambang pintu.

Chenle berteriak, "IKUT!"

Mark makin berdebar. Diberi alasan apalagi, biar bocah ini tidak curiga, sih? Mark berhenti lalu menatap bocah itu dalam-dalam, "Chenle sayang, Hyung jalan kaki. Kalau begitu nanti bantu Hyung mengangkat semua belanjaan, ya?" bujuknya dengan nada ala ajuma ajuma.

Bujukan yang mengharap tolakan. Hanya Mark Lee. Tapi untungnya dengan begitu, Chenle langsung balik badan tanpa sepatah kata.

Mark terkekeh, "Dasar orang kaya, aneh-aneh."

***

Saat pintu terbuka, bau debu dimana-mana. Salahnya sendiri tidak sempat menyewa orang untuk membereskan semua kekacauan ini. Ia menghela nafas sambil berkacak pinggang.

Bisa, tidak ya membersihkan ini semua sendirian? pikirnya dalam hati. Sedetik kemudian, Dasha menggeleng, "Pasti bisa!"

Dimulai dari menyedot debu, menarik seprei dan karpet yang berantakan, membuka jendela, mengelap meja, menguras bak mandi, semuanya ia lakukan sendiri.

Cukup melelahkan memang.

Tidak ada yang tahu siapa atau 'apa' yang menyebabkan kekacauan ini semua. Tidak mungkin apartemennya dimasuki binatang buas, bukan?

Dasha mendesah panjang. "Baru setengah, ya? sebenarnya ini apartemen atau apa, sih?" keluhnya sembari mengusap peluh. Ia menjatuhkan diri di sofa dengan baju yang penuh debu. "Aahhh, aku lelah."

"Jisung sibuk, tidak ya?"

Dan dari situlah, Dasha berniat untuk memintai tolong untuk bersih-bersih. Jisung anaknya telaten, dan mudah dibujuk. Diiming-imingi jeli dan dan es krim vanilla saja, tidak ada tiga menit ia langsung menelepon Dasha. Katanya, "Nuna, keluarlah!"

Sebenarnya tidak heran kalau Jisung datang secepat itu. Toh, apa, sih yang biasanya dilakukan bocah 19 tahun pagi-pagi seperti ini di hari libur? "ahh, ku kira dia akan sibuk. Baguslah." Lirihnya sambil berjalan menuju pintu.

"Halo!" Sapa Jisung sambil menundukkan badannya. Dasha agak tercengang, padahal Jisung yang sebelumnya tidak seperti ini ... ah, terserahlah.

"Aku masuk, ya?" tanya Jisung sambil menunjuk dalam ruangan dengan jempolnya. Dasha terkekeh samar, betapa lucunya anak itu. "Masuklah," jawabnya ramah.

Jisung melepas sepatunya sembari melangkah masuk, kepalanya menyusuri ruangan, "Wah, gila. Ini bahkan lebih besar dari dorm Dreamies. Tapi ini ... ko—tor," laki-laki itu meringis saat menginjak bungkus plastik yang berserakan di lantai.

Dasha tersenyum kecil, Jisung memasang wajah bego tapi malas, "Iya, aku tahu apa alasan Nuna menyuruhku ke sini," Jisung memutar bola mata. "Bersih-bersih, kan?" lanjutnya. Dasha mengangguk, "Tolong, yaaaa heheheh. Ayo,"

Akhirnya Dasha bergerak lagi. Untuk bagian atap dan lampu-lampu, tentu saja yang lebih tinggi yang maju. Karena Dasha sudah membersihkan lebih dari 80% bagian di sini, jadi ia hanya akan mengepel saja.

Sembari mengisi bak pel dengan air mengalir, Dasha berteriak dari arah kamar mandi, "JISUNG, HATI-HATI, YA. AKU AKAN MEMBUAT LANTAINYA LICIN SEBENTAR LAGI!"

"HOOH!" Sahut Jisung yang sibuk membetulkan lampu.

Sebenarnya Dasha dan Jisung sudah dekat sejak masa-masa comeback, lebih sering bertemu, bahkan daripada Mark yang notabenenya adalah teman baik Dasha sendiri.

Ya, menurutnya Jisung itu orangnya asyik. Mereka sama-sama pecandu buku, sama-sama suka anjing, dan—yaaa, karena Jisung sendiri lebih muda tiga tahun darinya, jadi tidak ada rasa canggung. Itu menurut Dasha.

Tapi mereka bertemu hanya saat di studio saja, belum pernah bertemu di luar keperluan pekerjaan. Okay, kembali pada keadaan apartemen yang kotor.

"Jisung, kau jangan jalan-jalan dulu, aku tahu kakimu kotor." Tegur Dasha, Jisung terdiam sejenak, "Aku pakai kaos kaki,"

"LOH, LEPAS SAJA! SIAPA YANG MENYURUHMU BERSIH-BERSIH SAMBIL MENGENAKAN KAOS KAKI? ADUHHH WARNANYA PUTIHHH!"

Dasha jadi heboh sendiri. Ia merasa ngilu waktu melihat kaos kaki putih Jisung warnanya jadi menghitam gara-gara kebanyakan menginjak debu.

"Santai saja, sekali pakai—"

"SIAPA MENYURUHMU SEPERTI ITU?! HARUSNYA KAU HEMAT. BAYANGKAN BERAPA ORANG YANG TIDAK BISA MEMBELI KAOS KAK—"

Jisung memperhatikan Dasha yang terus mengomel di bawahnya. Ia berkacak pinggang menyaksikan bagaimana lucunya Kakak seniornya itu. Dasha melotot, "—APA-APAAN TATAPAN ITU?! CEPAT LEPAS KAOS KAKIMU!" Bentaknya sambil menunjuk kaos kaki kotor Jisung dengan pel-pelan.

Jisung mendesah pelan, lalu perlahan turun dari tangga. "Mau ku taruh mana ini, Nunaaaa?"

Dasha menunjuk mesin cuci, "Sana, akan ku cuci."

Jisung jelas menolak mentah-mentah, "EH, TIDAK USAH! Beri aku kantong, nanti akan ku laundry saja." Jisung menggaruk kepalanya sembari menoleh kesana-kemari, mencari kantong yang bisa ia pakai.

"Astaga, santai sajaa. Atau nanti biar kau yang mencuci nya, pakai mesin cuciku dulu," Dasha memeras pel. Jisung berdecak, "Oke, tapi biarkan aku mencuci," ucapnya lalu berjalan ke arah mesin cuci.

Kembalinya Jisung ke ruang tengah untuk melipat tangga, mengingatkannya kalau ia belum cuci kaki! Astaga!

"JISUNG, LANTAINYA JADI KOTOR!" Teriak Dasha brutal, Jisung memundurkan dirinya sambil cengengesan tidak jelas, "Heheheh, aku lupa Nuna. Maaf, yaaa ... "

Dasha menghela nafas kasar sambil menarik tangan Jisung guna menuntunnya untuk tetap diam di sofa. Namun, sebelum mereka sempat meninggalkan hallway, pintu masuk sudah terbuka lebih dulu.

"Dashaaa, aku dat—"

Sontak, Dasha dan Jisung menoleh ke arah sang tamu dengan tatapan yang—ew, tidak bisa diartikan.

"—tang ... "















Continue Reading

You'll Also Like

BLUE✓ By m o n

Fanfiction

858 178 4
[Kim Namjoon B'day Project | Blue - End] Kim Namjoon bersumpah tidak akan pernah menyetir lagi.
109K 13.3K 19
[sequel of Nebula] Aiko dan Felix bertemu lagi sepuluh tahun kemudian setelah pertemuan terakhir mereka di kolam. Takdir mempertemukan mereka kembali...
673K 48.6K 43
[Brothership] [Not bl] Tentang Rafa, hidup bersama kedua orang tuanya yang memiliki hidup pas-pasan. Rafa tidak mengeluh akan hidupnya. Bahkan ia de...
452K 30.3K 33
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...