capitulate.

By dashapoetry

8.4K 982 253

[ lengkap, segera terbit ] ft. 마크 리; mark lee ❩❩ jikalau yang akrab engkau sebut masa depan itu adalah kebera... More

Halo, ini Dasha Liú
02; Prologue, Still
03; Mark's Diary
1. She's Confused
2. A Long Night
3. Find
4. Happy as a Clam
5. Cafe and Little Fingers
6. Cornering Questions
7. How Cloud?
8. A Lie
9. Unexpected
10. Small Talk
11. New Fam!
12. Weird
13. Never Lost
14. Rain in Seoul
15. Still 127
16. Dear, Dasha
17. Here
18. Sacrifice
19. Bye-Bye My Blue
20. Jisung's Letter
21. Breakup
22. Farewell
23. Will Last Forever
24. Problem Seed
25. 12:12
26. Don't Leave Me Alone
27. Blue
28. Outro; Across the Universe
Extra Pages; Mark's Letter

01; Intro, Dasha's Diary

786 70 19
By dashapoetry

8 Maret, 2011.

Aku Dasha, dia Mark. Kami sama sama berumur 12 tahun, sama sama tumbuh dan lahir di Kanada, sama sama tinggal di Toronto.

Kami punya kelamin dan mimpi yang berbeda. Maksudku aku perempuan dan dia laki-laki, sudah bisa ditebak, bukan dari namanya?

Dia ingin jadi penulis sejak dulu. Di senggol sedikit tentang cita-cita, penulis selalu jadi jawabannya.

Sejauh ini, kulihat puisi-puisi singkat yang ia buat indah sekali. Aku hanya terkejut bocah ingusan macamnya bisa puitis seperti itu.

Sedangkan aku, aku sejak dulu ingin jadi idol yang tak jauh-jauh seperti Yoona dan teman-temannya. Aku tahu itu cukup jauh dan mustahil bagi anak seumuranku. Tapi aku sendiri, sih, belum pernah bilang pada orang tua ku soal ini.

Aku sekarang sedang sibuk memperhatikan formulir pendaftaran audisi di komputer milik Ayahku. Bagaimana, ya ... aku sudah lebih dari dua jam memperhatikan layar monitor tanpa melakukan apapun.

Sebenarnya-

"DASHAAA!"

Aku berjingkat sampai kursi beroda milik Ayah mundur beberapa meter. Anak kurang ajar. Ya, siapa lagi kalau bukan Mark?

Aku malah makin malas mendengar teriakkan penuh semangatnya. Aku kesal, pokoknya aku malas!

Dan seperti dugaanku, Ibu langsung masuk untuk menenemuiku.

"Dasha, ada Mark di bawah. Sana,"

Aku merotasikan bola mata sambil menguap lebar yang dibuat-buat. Lalu mengerang kecil, "Eunghh, aku mengantuk,"

"DASHAAAA!"

Ibu berdecak, "Lihat, apa kau tidak kasihan padanya?"

Dalam hati aku berteriak keras, TIDAK!

"Tapi kenapa aku harus kasihan?" aku menidurkan kepalaku di meja kerja Ayah. Ibuku berkacak pinggang sambil menatap layar monitor, melihat apa yang membuatku betah berlama-lama di sini sambil menggelengkan kepala beliau.

"Ohh, kau ingin jadi idol?"

Mendengarnya, semangat ku kembali naik. "YA!'

Ibu mengelus pucuk kepalaku sejenak lalu menutup komputer di depanku. "Tunjukkan pada Ibu kemampuanmu nanti malam. Tapi, temui Mark dan jangan bermain komputer atau menonton TV lagi hari ini." Tegur Ibu halus, hatiku berbunga-bunga.

"Baiklah, ratuu~~~" senandungku sambil berjalan keluar dari sana.

Aku menuruni tangga rumah dengan perasaan senang, tidak sabar menunggu malam tiba, meskipun pertama-tama aku harus menemui si dekil itu.

Dasar Mark. Lihat, dia sudah duduk di kursi sofa, berduaan dengan nenekku sambil menonton TV.

"Mark!" Panggil ku, Mark memekik kaget. "Oh, hai," ucapnya santai sambil berjalan mendekat. "Nenek mu tidur, jangan berisik," bisiknya.

Aku mendesah pasrah lalu mengintip sedikit. Benar saja, nenek sudah memejamkan mata dengan kepalanya yang oleng ke kanan.

Oke.

Kami berdua lalu berjalan menuju teras rumahku, lalu aku bisa melihat tas sepatu roda Mark bersandar di tangga. Tapi tiba-tiba perasaanku berkata lain.

"Jangan bilang kau mau mengajakku bermain ini?" tanyaku to the point. Fyi, aku benci yang namanya sepatu roda. Tanya kejadian mengerikan tahun lalu jika kalian ingin tahu alasannya.

Giliran Mark yang menarik bibir sambil menaik-turunkan alisnya. Ewh. "Ayo,"

Aku langsung merentangkan telapak tangan sambil mundur beberapa langkah, "Not today."

Tapi siapa anak di depanku ini? Mark Lee. Dia tetap kekeuh mengajakku berolahraga setengah simulasi bunuh diri itu.

Dengan semangat, ia memakaikan sepatu biru itu di kedua kaki ku. Nck ini mengerikan.

Setelahnya, anak itu juga memakai untuk dirinya sendiri.

Dengan enteng Mark kecil berdiri sambil menggunakan helm nya, "Aaayoooo~"

Aku dengan perasaan tak enak ikut memakai helm yang aromanya sampo yang Mark pakai. Menyengat sekali, aroma stroberi.

Entahlah apa keuntungannya membeli dua pasang sepatu roda padahal ia hanya punya satu pasang kaki. Ya, kecuali kalau dia siluman gurita juga. Batinku.

"Mark," rengekku. Aku tidak mau terjatuh sampai rahangku hampir miring ke kiri lagi, ya!

"Berdiri, Dasha. Kau akan baik-baik saja. Sudah ku bilang, trust me." Jawabnya sambil berkacak pinggang.

Demu Tuhan, jantungku saat itu berdetak seribu kali lebih cepat dari biasanya. Hanya karena sebuah sepatu! Oh, ayolah.

"Ingat ini, kalau aku sampai masuk rumah sakit lagi, kau akan ku suruh mengerjakan pekerjaan rumahku selama lima bulan penuh," ancamku sadis, tapi ia malah mengangguk sambil tersenyum, "pasti!"

Aku pegang janjimu, Mark.

"Kau ku suruh membersihkan halaman rumahku, membenahi atap bocor dan wastafel jika sewaktu-waktu itu akan bocor, kau-"

"Kau kira aku bapak bapak tukang ledeng?"

Benar juga. Mana bisa bocah seperti dia melakukan hal semacam itu ...

"Pokoknya aku bakal tanggung jawab, kalau-kalau terjadi apa-apa padamu."

Itu terdengar meyakinkan, aku akan perlahan bangkit.

Kalau aku selamat sampai sepasang sepatu terkutuk ini lepas dari kaki ku, ya semoga

Kalau tidak, aku benar-benar menagih tanggung jawabnya.

"Pelan-pelan," katanya santai sambil berjalan mundur dan maju di jalanan.

Ya, dia mendahuluiku.

Dan demi segala ketidakpekaan seorang Mark Lee ini, kenapa dia tidak berinisiatif membantu ku?

Set!

YEAH! AKU BISA BERDIRI!

"Benar, kan, kau bisa. Sekarang ayo berjalan, aku ingin mengajakmu keliling sebentar. Kemarilah!"

Aku menghamlirinya perlahan-lahan sambil menggigit bibir, aku gugup. Sangat.

Baru saja aku ingin menyebrang jalan, satu bocah berambut pirang menaikki sepeda dengan bar-bar yang bahkan yang lebih tinggi dari ukuran tubuhnya melesat membakar jalanan.

"HEY, AWASS!"

"AKU TIDAK BISA BERGER-"

"DASHAA!"



































Ku harap kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya padaku, Mark, dan bocah pirang itu.

Aku terduduk sambil terdiam menahan tangis.

Mark ikut terdiam, bengong, tapi berkeringat dingin.

Bocah pirang yang terlihat kebingungan itu juga tengah memperbaiki rantai sepedanya yang putus.

Dengan segala air mata yang hampir meleleh, aku berteriak, "MARK LEEE! HUAAAAAAAA!"

Continue Reading

You'll Also Like

115K 19.7K 38
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
35K 1.9K 5
Mereka bilang, cinta itu sederhana. Hanya saat cinta itu datang dan membawa hatimu pergi, biarkan berjalan sesuai semestinya. Biarkan semesta menuntu...
153K 13.3K 77
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
20.5K 1.1K 10
Teori ini berasal dari mendapatku sendiri. Klo ada yg punya pendapat lain bisa komen. Theory by @yoonfir_ Please vote and comment ✨