Love Syndrome

By iciarik

4.3K 1.5K 144

UNTUK DI BACA BUKAN DI TULIS ULANG! Beberapa chapter di privat, follow untuk membaca seluruh chapter 🀍 Sudah... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

23

82 29 0
By iciarik


Happy reading and sorry for typo

Budayakan vote sebelum membaca ya sayangku 🤍

(⁠♡⁠ω⁠♡⁠ ⁠)⁠ ⁠~⁠♪
(⁠♡⁠ω⁠♡⁠ ⁠)⁠ ⁠~⁠♪
(⁠♡⁠ω⁠♡⁠ ⁠)⁠ ⁠~⁠♪

Setelah kejadian di hari ulang tahunnya, Ersya memutuskan untuk tinggal di rumah Keano untuk sementara. Dia masih marah dengan Alvaro, Ersya tidak akan pulang sebelum Alvaro putus dengan Amira.

Mengenai kejadian itu, Ersya tidak menyalahkan Keano sama sekali. Mungkin ini adalah akhir dari kisah cintanya. Sesuatu yang di paksakan kadang tidak berbuah manis.

Pagi ini, seperti biasa Ersya berangkat ke sekolah bersama Keano. Saat sampai di parkiran pandangan Ersya jatuh pada sosok Ergha yang sudah lebih dahulu sampai bersama Melody.

"Keano, gue masih ada urusan."

"Sama Ergha?"

Ersya mengangguk.

"Gue bakal urus Melody."Keano menepuk pundak Ersya.

"Ergha." Ersya memanggil Ergha. Tidak ada sahutan, melainkan Ergha terus melangkahkan kakinya menuju koridor sekolah. Ersya mengejar Ergha sementara Melody tetap berdiri disana menatap Keano yang juga menatapnya.

Berjalan mendekati Melody, Keano ingin menjelaskan semuanya pada Melody. "Bisa bicara sebentar?" Tanya Keano.

Melody mengangguk. Dia tidak seperti Ergha yang tidak mau mendengarkan siapapun karena kekerasan kepalanya. Melody akan memberikan Keano kesempatan, untuk apa juga dia lari karena kemana pun Melody menghindar dia akan selalu bertemu Keano. Terlebih lagi jauh di dalam lubuknya dia masih mencintai Keano.

"Memang benar, kalau awalnya aku deketin kamu karena permintaan Ersya, aku sayang sama dia. Tapi dia enggak pernah peka sama perasaanku. Jadi aku setuju buat deketin kamu dan selama aku sama kamu aku benar-benar nyaman, Mel." Keano menjeda ceritanya, memegang kedua tangan Melody menatapnya dengan penuh kehangatan.

Siswa yang baru datang berkumpul di parkiran, menyaksikan drama percintaan yang ada di depan mata mereka.

"Awalnya aku bingung sama perasaanku. Sampai akhirnya aku sadar kalau aku sayang samu, aku nyaman sama kamu. Meskipun mungkin perasaan aku belum sebesar kamu, tapi tolong kasih aku kesempatan lagi."Keano menatapnya dalam.

Melody memanyunkan bibirnya."Jangan bohong lagi."

"Aku enggak bohong, Mel,"jawab Keano tegas. Keano menggenggam tangan Melody.

Baiklah. Umpat saja Keano sesuka kalian, karena Keano memang tidak bisa kehilangan Melody. Keano nyaman bersama Melody, dia senang saat menghabiskan waktu dengan Melody. Perasaannya pada Ersya memang belum sepenuhnya hilang, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba menyukai Melody bukan?

"Aku percaya sama kamu," ucap Melody pelan. Mungkin saja Melody saat ini sudah naik pangkat menjadi bucin seperti Ersya.

"Jadi kamu maafin aku?"

Melody mengangguk.

Keano menarik Melody ke dalam pelukannya, meskipun belum seratus persen yakin dengan perasaannya. Tapi Keano merasa nyaman bersama Melody dan takut kehilangan Melody. Bukankah itu semua cukup untuk membuktikan kalau Keano menyukai Melody?

Dan untuk Melody, ini pertama kalinya dia mencintai dan berpacaran. Mungkin orang-orang akan menganggapnya bodoh, Melody tidak akan marah.

Jika memang dengan kebodohan dia bisa bahagia, kenapa tidak? Porsi kebahagiaan setiap orang berbeda 'kan?

Sementara, di lain tempat Ersya dan Ergha berdiri saling berhadapan di koridor sekolah. Ergha enggan menatap Ersya dia menatap ke arah lain asalkan tidak ke arahnya, membuat Ersya semakin yakin dengan keputusannya.

"Sebegitu bencinya kamu sampai enggak mau natap aku?" Ersya tersenyum kecut. Tidak ada harapan lagi di dalam kisah mereka saat ini.

"Lo mau apa?" Tanya Ergha to the point.

"Aku cuma mau bilang, aku nyerah. Aku enggak akan ngedeketin kamu lagi, kamu bebas sekarang Gha,"ujar Ersya dengan satu tarikan napas.

Seharusnya Ergha senang 'kan mendengar penuturan Ersya? Tapi kenapa malah ada rasa tidak rela di lubuk hatinya. Kalimat ini adalah kalimat yang selalu Ergha tunggu, lalu kenapa sekarang Ergha merasa tidak ingin mendengarnya?

Ada apa dengannya.

Air mata sudah menggunung di pelupuk mata Ersya. Dalam satu kedipan pipinya basah membuat Ergha merasa sesak melihatnya.

"Aku pengen terus perjuangin kamu, tapi kamu seolah terus nyuruh aku buat pergi. Aku enggak pernah merasa terbeban sama perasaan aku ke kamu, Gha, tapi kalau kamu terus-terusan nolak aku, untuk apa aku tetap bertahan pada orang yang selalu menganggap aku sampah, murahan, dan tidak punya harga diri?" Ersya tersenyum kecut

Hari ini Ersya akan mengeluarkan semua unek-unek di dalam hatinya. Setiap hinaan Ergha sungguh melukai hatinya.  Selama ini dia bersikap seolah-olah kata-kata hinaan Ergha tidak akan melukainya, tapi nyatanya dia tetap terluka. Setiap hinaan yang Ergha lontarkan masih membekas dalam hatinya.

"Kamu pikir hati aku enggak sakit dengar hal itu dari kamu Gha?"Ersya menangis terisak.

Ergha diam seribu bahasa, mendadak lidahnya kelu.

"Sakit banget Gha, tapi aku berusaha untuk enggak kecewa. Pada akhirnya, kamu membuktikan aku memang enggak pantas buat kamu." Ersya mengusap air matanya.

Ergha diam tidak tau harus berkata apa, egonya terlalu tinggi untuk membuka mulutnya.

"Sekarang kamu bebas Gha. Kalau emang kehadiran aku buat kamu terbeban, maka aku pergi. Aku janji enggak akan dekatin kamu lagi. Aku akan menjauh. Aku sayang sama kamu, Gha."Ersya menatap Ersya dengan matanya yang memerah."Tapi aku enggak bisa maksain perasaan aku ke kamu. Pintu hati kamu terlalu rapat untuk aku buka, hati kamu terlalu beku untuk aku lelehkan, dan rasa sayang kamu terlalu mahal untuk didapatkan oleh perempuan murahan seperti aku."

"Bagus, akhirnya lo sadar." Ergha mengatakannya tanpa ragu.

Ersya meremas roknya erat."Terakhir kali aku mau nanya. Kamu benar-benar enggak ada perasaan sama aku? Meskipun hanya sedikit aja?"

Kenapa Ersya masih berharap?!

"Gue udah bilang dari pertama kali. Kalau gue enggak akan balas perasaan lo. Gue enggak punya perasaan apapun sama lo Sya," jawab Ergha.

Ersya mengangguk."Iya, mungkin aku yang terlalu berharap sama kamu. Kamu emang enggak pernah ngasih aku harapan, aku berharap dan berjuang sendirian selama ini. Aku sakit karena harapan aku sendiri. Kamu enggak salah."

Ergha hanya diam. Hatinya juga sesak. Tapi dia juga tidak ingin membebani Ersya lagi. Karena Ergha tidak ingin Ersya terus-menerus menyakiti dirinya dengan cara mencintainya.

"Sya, gue-

Ersya menyeka air matanya. Berlari secepat mungkin meninggalkan Ergha, sebelum Ergha menyelesaikan ucapannya. Mungkin ini adalah akhir dari kisah cintanya.

Ersya membuat keputusan yang benar. Pergi adalah keputusan yang benar, daripada bertahan dengan orang yang sama sekali tidak menganggapnya ada. Berjuang sendirian tanpa di pedulikan.

Bertahan dan berjuang sendiri tidak mudah. Ersya harus mengorbankan ego dan harga dirinya untuk itu, tapi Ergha tidak pernah membuka hatinya.

Ergha menatap kepergian Ersya, kedua tangannya mengepal keras, Ergha membenci dirinya sendiri.

"Kenapa rasanya sesak sekali?" Ergha mengepalkan tangannya.

ᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]

"Udahlah Sya, keputusan lo itu udah benar. Daripada lo menderita terus." Zeta mengelus puncak kepala Ersya yang sedang menangis di pelukannya.

Untung saja hari ini ada pelajaran olahraga, dan Ersya meminta ijin untuk pergi ke UKS bersama Zeta. Tidak mungkin Ersya menangis di hadapan teman-temannya, yang ada Ersya akan jadi bahan lawakan.

"Gue sayang sama Ergha Ta. Gue sayang banget,"isak Ersya sesegukan.

"Gue izin nonjok si Ergha ya?!" Zeta bangkit dari brankar UKS. Ersya langsung menahan pergelangan tangan Zeta dan menggelengkan kepalanya.

"Enggak usah Ta,"larang Ersya.

Zeta kembali duduk di sebelah Ersya.

"Yaudah gue disini, puas lo?"

Ersya mengangguk.

"Gue mau ke toilet," pamit Ersya.

"Mau gue temenin?" Tawar Zeta.

"Dihh, enggak lo disini aja," Tolak Ersya. Dia tidak sesakit itu sampai harus di temani ke tolilet.

Ersya melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari UKS menuju toilet. Suasana koridor sekolah tampak sepi karena saat ini adalah jam pelajaran.

Ersya berhenti sejenak ketika pandangan matanya bertemu dengan Ergha. Kenapa disaat ingin menghindari Ergha malah dia terus bertemu Ergha. Ersya berusaha tampak santai, berjalan melewati Ergha begitu saja, berbeda dengan sebelumnya jika bertemu Ergha Ersya pasti menempel di lengannya.

Ergha menoleh kebelakang."Dia enggak nyapa gue?" Pikir Ergha. Ergha berusaha bodo amat dan kembali melanjutkan perjalanannya ke perpustakaan untuk mengembalikan buku.

Ersya berdiri di cermin besar di depan wastafel, jantungnya masih berdebar-debar saat melihat Ergha.

"Zoya?" Ersya tersenyum pada Zoya yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Zoya menatapnya tajam dan penuh kemarahan. Rupanya Zoya masih marah padanya, tanpa membalas senyuman Ersya Zoya lansung keluar dari toilet.

Ersya menghela napas, beberapa menit kemudian Ersya hendak keluar dari toilet tapi pintu toilet terkunci.

Ersya menggedor pintu toilet."Woi buka!" Teriak Ersya.

Ersya menendang pintu sialan itu.

Prang!

"Aww!" Pekik Ersya. Pelipisnya terasa sakit akibat di hantam sebuah kertas yang Ersya pikir di dalamnya berisi batu, atau semacamnya.

Ersya melirik kaca jendela di sebelahnya yang sudah pecah. Harusnya Ersya tidak berdiri di depan pintu akibatnya lemparan itu tepat mengenai pelipisnya.

Ersya mengusap pelipisnya yang terasa perih. Tangannya gemetar ketika melihat darah di jari-jarinya. Pelipisnya berdarah.

Sialan!

Ersya menetralkan rasa takutnya pada darah. Ersya membersihkan darah yang menempel di tangannya dengan mengusapkan telapak tangannya di seragam sekolahnya.

Diliriknya bungkusan kertas yang ada di kakinya. Ersya menunduk untuk mengambil bungkusan kertas tersebut. Dan benar saja, saat membuka bungkusan kertas tersebut berisi batu. Pantas saja pelipisnya sampai berdarah.

Alis Ersya saling bertautan ketika sadar kalau ada beberapa untaian kalimat tertulis di kertas tersebut. Ersya meremas kertas tersebut setelah membaca isi pesan di kertas itu.

Cewek murahan kayak lo, nggak pantas buat bahagia.

"Dia pikir gue bakal takut sama ancaman rendahan kayak gini? Cih!" Ersya berdecih. Mungkin orang yang mengirimkan pesan ini tidak tau sisi buruk Ersya yang sudah lama Ersya lupakan karena ingin menjadi tipe gadis Ergha.

Siapa yang mengirimkan pesan padanya? Apa yang membuat dia begitu ingin membuat Ersya celaka? Itulah yang ada di dalam pikiran Ersya.

Sementara di lain tempat, Zeta menyusuri koridor mencari keberadaan Ersya yang katanya ngaku ke toilet tapi ga balik-balik ke UKS.

Zeta curiga kalau gadis itu memohon-mohon lagi pada Ergha. Jika itu sampai terjadi Zeta bersumpah akan menampar gadis itu. Saat melewati perpustakaan, Zeta berpapasan dengan Ergha. Itu artinya, Ersya tidak bersama Ergha. Syukurlah.

"Ersya nemuin lo?" Tanya Zeta.

Karena ada kemungkinan 'kan Ersya kembali mendekati Ergha. Ersya kan bucinnya sampek ke urat kaki.

"Enggak,"jawabnya datar.

Zeta mendengus. Kadang dia berpikir, apa spesialnya dari mahluk hidup yang bernama Ergha ini?

Zeta akui wajahnya tampan tapi sifatnya?

Minus!

Zeta membenci cowok yang sok cool dan bersikap dingin.

"Dimana sih, ngaku ke toilet tapi enggak balik-balik." Zeta ngedumel di depan Ergha yang menatapnya bingung.

"Gue khawatir, dia nekat nyakitin dirinya sendiri gara-gara patah hati." Mendengar perkataan Zeta Ergha langsung pergi meninggalkannya. Dia teringat bagaimana kakaknya menggantung dirinya akibat patah hati.

Ergha tidak ingin itu terjadi pada Ersya.

Ergha tidak akan rela.

Ergha pergi ke toilet yang berada di dekat kelas Bahasa. Karena terakhir kali Ergha melihat Ersya disana.

Sementara Zeta malah mencari Ersya di toilet dekat kelas IPA. Ersya pernah bilang tidak menyukai toilet yang ada di dekat kelas bahasa karena seram.

"Ehh lo mau kemana?" Zeta berhenti berjalan ketika mendengar suara Artha.

"Toilet, nyari Ersya." Jawabnya langsung melengos begitu saja meninggalkan Artha.

"Cewek sama cowoknya sama saja, suka ninggalin gue." Artha mulai mendrama.

Back to Ergha.

Ergha mendengar suara seseorang menendang-nendang pintu toilet yang tampak terkunci dari luar. Ergha yakin orang itu adalah Ersya.

Ergha segera membukakan pintu. Terkejut melihat pelipis Ersya yang berdarah, dan juga seragamnya yang berisi noda darah.

"Lo gapapa?" Ergha langsung masuk ke dalam toilet.

"Gapapa, makasih."Ersya hendak keluar, tapi tangannya langsung di tarik oleh Ergha. Tanpa meminta persetujuannya Ergha langsung menggendongnya ala bridal style membuat jantung Ersya berdebar-debar.

Ersya menatap Ergha, tidak mengerti dengan sikap Ergha.

Sampai di UKS, Ergha membaringkan Ersya di atas brankar.

"Ersya kenapa, Gha?" Tanya Amira yang kebetulan ada di UKS.

"Lo masih bisa lihat 'kan?" jawabnya dingin.

"Aku ambilin seragam buat kamu ya. Seragam kamu kotor."

"Enggak usah sok perhatian," tolak Ersya malas berurusan dengan Amira.

"Aku ambilin." Amira segera keluar dari UKS. Padahal sudah jelas-jelas Ersya menolaknya, tapi Amira tidak marah dan malah tetap bersikeras meminjamkan seragam untuknya.

Ergha duduk di sebelahnya membawa kotak obat.

"Gue bisa sendiri." Ersya mengambil alih salep yang ada di tangan Ergha. Ergha malah menjauhkan tangannya.

"Bisa diem?" Ergha mengoleskan salep di pelipis Ersya dengan hati-hati. Sesekali Ergha meniup-niup luka Ersya agar tidak perih membuat Ersya jadi baper.

Bohong jika Ersya tidak baper mendapat perhatian dari Ergha. Tapi yang membuat Ersya kesal kenapa di saat Ersya memutuskan untuk menjauh dari Ergha, Ergha malah memberikan perhatian padanya seolah-olah tadi tidak terjadi apa apa?!

Jantan memang meresahkan!

Setelah selesai mengoleskan salep, kini Ergha menempelkan hansaplash untuk menutupi luka di pelipis Ersya.

"Kenapa?" Tanya Ersya.

"Kenapa apa?"

"Saat aku nyerah, kamu malah bikin aku berharap lagi?"

Ergha diam. Dia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya. Yang dia tau, saat melihat Ersya terluka dia merasa tidak tega dan khawatir.

"Aku tau. Kamu pasti cuma enggak tega." Ersya tersenyum kaku.

"Istirahat." Ergha menepuk pundak Ersya kemudian keluar dari UKS, meninggalkan Ersya yang masih bingung.

"Sebenarnya perasaan kamu ke aku itu apa, Gha?"

ᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]

To be continued 🤍

Semoga kalian suka.

Di part berikunya bakal keliatan gimana perasaan Ergha yang sebenarnya sama Ersya

Ada yang mau disampaikan sama Ergha?

/Menghindar dari cacian pembaca

Continue Reading

You'll Also Like

288 99 14
Cerita yang mengisahkan seorang anak perempuan tunarungu bernama Seo Eunseo. Anak itu sering menjadi korban pembully an siswa TK hingga akhirnya seor...
AGZHEVA By wildadesniva

General Fiction

1.1K 551 41
Pembuktian seorang RAUL DEAN ANGGARA & FAJRI BINTANG ALASKA untuk seorang gadis yang sama-sama mereka jaga ALLETHA KHENZURA AILEEN
739K 40.6K 38
[SEBAGIAN PART PRIVAT, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] SEQUEL MAYRA XS-01 Rey dan Kiara selalu bertolak belakang. Terpisah selama belasan tahun, tidak...
905K 88.9K 49
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...