Okay guys yang minta next author usahain, ok!jangan lupa vote
Comment yah readers biar author seneng!wkwkwkkwk
.
.
.
Tok.... Tok.... Tok
Sebuah ketukan pintu nyaris terdengar di telinga gadis yang tengah terduduk lemas di kursinya, akhirnya ia melangkah ke arah pintu dan membukanya, ia terkejut karena mendapatkan Via.
"Kenapa?" tanya Lesya.
"Les, Gina pergi." ujar Via yang memasuki ruang tamu karena Lesya mempersilahkan Via untuk duduk terlebih dahulu.
"Karena gue?" tanya Lesya yang dibalas gelengan kepala oleh Via.
"Gue udah coba untuk nasehatin dia Les buat gak bersikap kayak gitu ke lo, tapi dia gak terima dan kabur dari rumah." seru Via yang menceritakan kronologinya.
Sedangkan Lesya hanya mengangguk mengerti. "Ini emang salah gue Via, gue pantes kok dapetin ini semua." sahut Lesya menatap ke arah lain, ia tak sanggup jika menatap manik mata Via.
"Gue yakin bukan lo yang nusuk Aldino kan?" ulang Via yang masih tidak percaya dengan opini semua orang.
"Gue yang nusuk Aldino." seruLesya.
"Bilang ke gue kalo bukan lo Les, ngomong ke gue." cecar Via yang suaranya mulai terdengar bergetar.
"Gue kenal lo banget Les, lo gak mungkin banget mau bunuh pacar sahabat lo sendiri, walau dia punya salah sama lo." lanjut Via yang masih setia menatap manik milik Lesya yang berlinang dengan air mata.
"Benar kata orang, gue emang pembawa sial, hahaha..." ucap Lesya dengan tawanya, namun air matanya yang mulai mengalir dari mata dan membasahi kedua pipinya yang sudah jelas bahwa tawanya berusaha untuk menutupi kesedihannya.
"Kenapa lo gak percaya kayak yang orang lain?"
Balasan Via terus menggelengkan kepalanya cepat. "Gue kenal lo banget Les." ujar Via.
"Tepat dua hari lagi Vi," ucap Lesya yang tersenyum hangat.
Via bingung dengan penuturan Lesya, apa maksudnya yang dibicarakan oleh Lesya. Itu seperti kode namun Via tidak mempercayainya.
"Gue akan ngewujudin mimpi semua orang, gue akan pergi." ujar Lesya yang kini menatap manik hitam milik Via, air matanya tidak kuasa dan akhirnya meluncur.
"Lo ngomong apa sih Les," seru Via yang mulai bergetar.
"Dua hari lagi Vi." tukas Lesya yang tersenyum tulus pada Via.
"Please jangan buat gue kayak orang bego, maksud dari omongan lo yang berusan itu apa?" tanya Via yang masih loading.
"Plaese tinggalin gue sendiri!" pintah Lesya.
"Les...."
"Gue mau sendiri." ujar Lesya yang diangguki oleh Via.
Via yakin sekarang Lesya hancur dimana ia selalu dicaci maki dan dihina oleh semua orang dan itu yang membuatnya lemah. Via akhirnya mengalah dan kembali kerumah, di sepanjang jalan Via selalu berdoa untuk Lesya.
Lesya menangis, semuanya sudah ia rasakan dari kepahitan hidup dan kerasnya dunia, rasanya Lesya ingin sekali cepat pergi untuk selamanya, tidak ada yang dipertahankan lagi karena semuanya telah pergi dan menjadi kenangan.
Tes.... Tes.... Tes
Cairan merah lekat mengenai kedua tangan Lesya, dengan sigap ia mengambil tissue dan membersihkan darah yang mengalir dari hidungnya namun darah terus mengalir dari hidungnya. Pikirannya Lesya melayang, itulah Lesya jika penyakitnya kambuh akan berfikir bahwa dirinya akan berdekatan dengan ajal kematian.
~ ~ ~
Kring.... Kring.... Kring
Jam alarm terus berbunyi membuat Lesya bising untuk mendengarkannya, Lesya matikan jam alarm miliknya dan memilih untuk tertidur kembali. Setelah beberapa menit Lesya mengerjapkan matanya dan mulai ambil posisi duduk dan melentangkan wajahnya sambil menguap, ia masih mengumpulkan nyawa untuk menjalani kehidupan dihari ini, setelah full sadar ia mendongak ke arah jam alarm dengan gerakan cepat ia menerobos kamar mandi karena dia baru sadar jika 20 menit lagi gerbang sekolahnya akan tertutup rapat dengan gesit Lesya bersiap-siap dan langsung keluar dari rumahnya. Dengan kecepatan tinggi, mobil sport miliknya membelah perjalanan kota yang mulai ramai, dengan cekatan ia andil dalam menyetir karena Lesya adalah pembalap motor dan mobil. Lesya memakirkan mobilnya tepat disebelah motor milik Rayhan dan segera keluar dari mobilnya, ia mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki area sekolah, dengan langkah biasa dan ekpresi wajah yang terlihat cuek mampu membuat siswa/i memandangnya sok.
"Lesya,"
Lesya membalikkan badannya ketika seseorang memanggilnya.
"Sekarang full latian yah, gue tunggu dikelas dan sekolah udah buat surat dispen buat hari ini, lo lupa besok kita ada pensi sekolah?" tanya Yuda yang terus mengembangkan senyumannya.
"Iya." jawab Lesya.
"Gue tunggu Les, yang lainnya udah pada kumpul semua." ujar Yuda yang kemudian pergi keruang musik.
Lesya melangkahkan kakinya ke kelasnya, seketika seisi kelas diam dan semuanya mendesis tidak suka, tapi tidak dengan Via dan Gilang yang justru senyum kepada Lesya.
"Les," panggil Gilang dengan pelan.
"Iya?"
"Besok semangat!" timpal Via yang tersenyum.
"Iya." ujar Lesya yang kemudian melenggang keluar dari kelasnya.
Rasanya sakit ketika semua orang mencemoh dan mengihinanya, walau ini hanya karena kesalah pahaman bukan aksi nyata dari Lesya sendiri.
Serasa tidak ada guru yang akan datang ke kelasnya, Lesya berinisiatif pergi ke Ruang Musik. Ia hanya diam saat melewati koridor kelas, karena tatapan dan cibiran dari siswi tertuju kepadanya. Saat berada di depan Ruang Musik, ia masuk dan terkejut ketika teman band sudah stay di dalam ruangan.
"Tuh orangnya udah dateng." ujar Dina yang tengah memainkan gitar listriknya dengan lihai.
"Maaf gue telat."
Semuanya mengangguk mengerti ketika Lesya meminta maaf.
"Gimana kalo mulai latiannya?" tawar Yuda.
Semua berlatih dengan sungguh-sungguh apalagi dengan Lesya ia harus menyiapkan suara merdunya untuk besok, band sekolahnya akan mempersembahkan lagu Hanya Rindu dan Menepi. Semuanya tampak sangat serius, Lesya yang berusaha belajar menyanyi dengan suara tinggi dan rendah, begitu juga dengan Dina yang terus memetik senar gitarnya dan Yuda yang cool dalam menabuh dream dan Syilla yang lihai dalam memencet not piano disetiap anak tangga, semuanya nampak sempura, mereka sudah siap jika besok akan tampil menjadi pembuka acara dan penutup acara pensi sekolahnya.
"Bagus! Kita gak sia-sia latian langsung bisa, tapi kita latian aja kadang-kadang yah." ujar Dina.
"Bener tuh, Din lo keren kalo lagi main gitar." puji Syilla.
"Buat lo Lesya, jangan minum es yah nanti suara lo serek lagi gara-gara es!" peringat Dina yang tersenyum ramah kepada Lesya.
"Siap guys, kita tunjukin ke mereka yah bahwa kita bisa tampilin yang terbaik!" teriak Lesya.
"Ok, sekarang istirahat aja dulu." ujar Yuda yang diangguki ketiganya.
Beruntungnya teman bandnya tidak menjauhinya, tampaknya mereka seperti biasanya. Yuda berjalanan berdampingan dengan Lesya sedangkan Dina dan Syilla asik mengobrol, mereka berjalan menuju kantin untuk memuaskan perutnya yang keroncongan.
"Gue yang pesen kalian yang cari tempat." ujar Yuda yang di iyakan oleh ketiganya.
Lesya sedikit tersenyum ketika Syilla mengobrol tentang pengalaman yang lucu, sedangkan Dina tidak tanggung-tanggung memukul meja kantin plus terus tertawa.
"Les, besok lo siapkan? Berangkat jam berapa? Mau bareng gak sama kita." tawar Dina.
"Oh kalian duluan aja, gue lama kalo dandan." ujar Lesya yang tentunya berbohong, Lesya hanya ingin sendiri untuk saat besok.
"Oh okay." ujar Syilla.
"Makanan datang," ujar Yuda yang meletakan makanan dan minumannya tepat di meja.
"Makasih nih." seru Lesya.
"Yoi, silahkan dimakan guys, makan-makan besok mulung!" pekik Yuda.
"Besok tampil bege, kalo mulung yah lo aja mungutin botol aqua sana." celetuk Syilla.
"Setuju banget, bila perlu lo yang ngambilin piring di meja tamu dan donatur sekolah." tukas Dina yang tertawa menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Enak aja lo, gue kan ketos." timpal Yuda yang menampilkan wajah sombongnya.
"Sombong amat!" sarkas Lesya.
Mereka memakan pesanananya dengan lahap, karena latian mereka juga membutuhkan energi jadi mereka harus cepat mengenyangkan perutnya dan ketahuilah makanan Lesya habis dan sekarang bibirnya terus menyeropot minumannya sampai habis, hausnya sekarang sudah terobati.
"Kenyangnya," ujar Lesya yang menepuk perutnya dan tertawa kecil.
"Sama, gue juga kenyang banget." ujar Syilla.
"Kita ke ruang musik lagi, tapi jangan langsung latian lah, perut kenyang jadi males ngelakuin apa-apa." pendapat Dina yang di setujui oleh ketiganya.
Mereka pun meninggalkan area kantin dan berjalan tanpa memerdulikan tatapan sinis dari semua orang.
Brak...
Sebuah tabrakan terjadi antara Lesya dan Rayhan, dengan cekatan Lesya mendongak dan menatap manik mata Rayhan, tapi lelaki itu hanya menatapnya sinis, rasanya sakit saat orang yang dulu begitu peduli padanya kini menatapnya sinis bahkan menunjukan sebuah kebencian, haruskah ia menceritakan yang sebenarnya pada Rayhan bahwa bukan dirinya yang menusuk Aldino. Lesya berharap Rayhan akan mengucapkan sesuatu, tapi tebakannya ternyata sangat salah, bahkan Rayhan berlalu begitu saja tanpa mengucapkan satu katapun.
~ ~ ~
Please jangan di skip!
Aku mau rekomendasi karya-karya aku
* Alia dan Luka
Ini cerita sad parah, kalian wajib banget baca cerita ini. Yang mau nangis langsung aja baca cerita aku yah
*A problem
Tentang persembunyian wakil ketua geng yang selama ini dicari-cari.
Dicerita ini banyak kejutan loh, yuk langsung aja baca
* Truth Od Dare
Cerita ini menunjukan sikap dari pemain utama yang pecicilan, petakilan dan gila. Semua orang geleng-geleng kepala melihat sikapnya.
Kepo? Langsung aja tambahin ke reading list kalian yah.
*Osis VS MPK
Cerita ini tentang permusuhan Osis dan MPK. Adakah dari kedua organisasi itu lebih unggul atau bisa dikatakan menang?
Bagaimana kejadiannya? Baca aja yah
*Langit
Seorang lelaki yang berstatus ketua geng yang nasib mudanya harus direlakan karena harus di nikahkan dengan seorang perempuan.
Hayo gimana hidup Langit dengan perempuan beruntung itu? Ayo guys gercep tambahin ke reading list kalian yah
KALIAN LANGSUNG AJA KEPOI AKUN AKU YAH @KUSNIMAH_KTH!!!
Segitu aja dulu
Ingat tinggalkan jejak
Klik bintang sekarang juga!!!