Ketos VS Waketos [SUDAH TERBI...

By BTRICE_

2M 117K 3.9K

[SUDAH TERBIT-PART MASIH LENGKAP] ... Kata orang, jangan terlalu benci. Nanti bisa jadi cinta. Bener gak sih... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
🎉 HAPPY 1K READERSSSSSSS 🎉
Bab 45
Q&A >> DIJAWAB
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 60
Bab 61
Dibaca, yaaa
haiii
!Extra Part!
Cerita baru!!
PENTING! WAJIB BACA!
SEGERA TERBIT?
INFO BARU!
QnA yuk!
VOTE COVER!
Q n Answer 👇
Open Pre-Order!
KETOS VS WAKETOS ADA DI SHOPEE??
KABAR BAIK!

Bab 59

20.1K 1K 68
By BTRICE_

"Halo, Jo?"

"Yo? Jojo ganteng di sini. Ada apa?"

"Ke rumah, dong. Lagi banyak makanan ni."

"SIAP MELUNCUR!"

Tidak lama, seperti yang dikatakan cowok setengah waras itu, pintu kamar terbuka. Dan muncullah Jojo dengan wajah cerianya seperti biasa. "Kenapa, Do? Lo gak bisa habisin makanan lo sampe harus manggil gue?" tanyanya setelah dirinya duduk dengan santai di atas kasur Aldo.

"Itu salah satunya," jawab Aldo dengan pandangan yang masih pada laptop di hadapannya. "Tapi ada hal lain yang lebih penting." Nada bicara Aldo yang mulai serius mengundang rasa penasaran Jojo.

Jojo berdiri, melangkah menuju meja belajar Aldo dan membuka lacinya. Nampak sudah beberapa camilan yang memang Aldo sengaja simpan di sana. "Apa?" tanya Jojo dengan tangannya yang bergerak mengambil salah satu camilan itu.

"Gue putus sama Kinara."

Uhukk.. Uhukkk.....Uhukkk...

"HA?!" Jojo membeo setelah tadi terbatuk-batuk akibat tersedak keripik yang baru saja ia telan. "KOK BISAAA??!"

"Berisik, Jo! Biasa aja kali. Gue yang putus, lo yang heboh." Jojo meletakkan bungkus keripik pada meja kecil di sampingnya, kemudian sedikit memutar tubuhnya menjadi menghadap Aldo.

"Ini gak bisa biasa aja, Aldooo.. Lo kenapa bisa putus sih? Padahal lo berdua cocok banget astaga! Siapa sih yang mutusin? Kinara? Atau elo?? Ha? Sumpah sih kalau lo yang mutusin itu tindakan bego banget!" Jojo membeo tanpa henti membuat Aldo langsung menoleh dan menatapnya tajam. Seperkian detik kemudian Jojo terdiam. "Oke, oke. Jelasin sekarang. Kenapa. Bisa. Putus?"

Aldo menghela nafas singkat, setelahnya, ia mundur, dan bersandar pada tembok, dengan posisi memangku bantal. "Gue tau. Gue sadar gue bego. Banget. Tapi gue gak ada cara lainn.." jawabnya lirih dengan pandangan yang terarah pada langit-langit kamar.

"Gak ada cara lain? Apa sih maksudnya?lo yang mutusin dia? Lo berantem?" Aldo menggeleng, "Terus apa?? Lo mutusin dia tuh dengan alasan apa Aldo??" Aldo terdiam. Tidak menjawab.

"Lo gak tau, Jo. Lo gak ngerti," lirih Aldo masih dengan tatapan yang tak berpindah.

"Ya makanya dijelasin. Biar gue tahu. Biar gue ngerti."

Aldo menghela nafasnya berat. Ia sendiri sangat menyesal karena telah memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Kinara. Tapi ia tak punya pilihan lain. "Gue diancem sama Ginta," jawabnya pelan.

"Hah? Gimana-gimana? Diancem apaan? Masa sama cewek lemah sih lo?! Ah elah! Lawan donggg!" Jojo jadi kesal sendiri dengan sikap Aldo sekarang.

Aldo menoleh ke atah Jojo yang posisinya sedikit di depannya. "Lo gak ngerti, Jo. Kalau lo di posisi gue, lo juga akan ngelakuin hal yang sama." Aldo kembali menengadahkan kepalanya. "Gue diancem, kalau gue masih berhubungan, Ginta akan ngelukain Kinara. Dan gue gak mau itu terjadi. Lo ngerti kan? Gue sayang sama dia. Gue gak mau dia terluka, Jo. Ginta itu nekat."

Jojo menghembuskan nafas kasar. "Ya tapi dengan cara lo yang mutusin dia kayak gitu, secara gak langsung lo ngelukain perasaan Kinara. Dia pasti kecewa sama lo, Do." Aldo tidak bereaksi. Dalam hati dia membenarkan perkataan Jojo. "Terus, lo putus dengan alasan?"

"Kita gak cocok." Aldo menjawab datar. Tanpa ekspresi. Tatapannya masih pada langit-langit kamar.

Jojo hampir tersedak ludahnya sendiri. "Asli. Lo bego. Lo putusin dia dengan alasan yang sama kayak Ginta mutusin lo dulu? Dan lo tau kan rasanya diputusin dengan alasan gak jelas kayak gitu?! Lo tau kan?!" Jojo jadi geram sendiri melihat kelakuan sahabatnya ini.

Aldo mengangguk sejenak, kemudian beralih menatap Jojo. "Gue tahu. Makanya tadi Kinara marah banget. Dia kecewa sama gue," ucapnya lirih. Masih teringat betul bagaimana Kinara menangis tadi. Bagaimana Kinara marah padanya. Dan bagaimana ia berusaha sebisa mungkin untuk tidak memeluk Kinara dan menenangkannya.

"Kalau lo tahu rasanya, kenapa lo lakuin itu sama Kinara? Lo gak mau dia terluka, tapi lo udah ngelukain dia secara gak langsung. Lo gak ada bedanya sama Ginta waktu dia mutusin lo, Do." Jojo semakin emosi. Ditambah lagi ketika ia tahu bahwa alasannya sangat tidak masuk akal. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Kinara sekarang.

"Gue tahu! Gue sadar gue udah ngelukain dia! Tapi kalau gue gak kayak gitu, gue harus gimana, Jo?! Gue gak mau nanti Ginta macem-macem. Ginta bahkan ngancem dia akan bikin Kinara tinggal nama diatas gundukan tanah. Apa lo pikir gue mau itu terjadi?! Apa lo pikir gue akan diem?! Gue ada di posisi yang serba salah, Jo." Aldo mengacak rambutnya. Ia bahkan melempar bantal yang sejak tadi ia pangku ke arah sembarangan hingga terdengar suara pecahan yang berasal dari gelas yang baru saja terjatuh akibat terkena bantal tadi.

Jojo jadi merasa bersalah. Harusnya ia menenangkan Aldo. Menghiburnya, bukan menekannya seperti tadi. Harusnya ia bisa membuat Aldo merasa lebih baik, bukan malah membuatnya semakin tertekan seperti ini. "Sorry, Do. Gue kelepasan tadi. Sorry, harusnya gue buat lo lebih baik, bukan jadi menyudutkan lo kayak gini." Kedua tangan yang menumpu kepalanya yang tengah menunduk itu kini perlahan turun, matanya kini beralih menatap Jojo.

"Gue juga kelepasan. Gue gak tau lagi harus gimana. Gue bingung. Seandainya dulu gue gak kenal Ginta. Semua gak akan kayak gini. Dan gue pasrah sama apa yang terjadi ke depannya. Gue pasrah kalau Kinara benci sama gue. Gue pasrah kalau Kinara menjauh dari gue. Gue pasrah, Jo." Aldo kembali menatap langit-langit kamarnya. Tatapannya penuh kesedihan. Jojo tau itu.

"Lo masih sayang sama Kinara?" tanya Jojo pelan.

"Masih, dan akan selalu." Jojo tersenyum kecil. Setidaknya, Aldo tidak benar-benar berniat putus dengan Kinara. "Sebenernya gue udah nyimpen rahasia Ginta, tapi gue gak ada bukti, jadi selama gue putus, gue akan cari bukti itu. Setidaknya selama gue putus, Ginta gak akan ganggu Kinara," ucap Aldo dengan senyuman lirih diujung kalimatnya.

"Lo udah mencoba untuk melakukan yang terbaik, Do." Jojo menepuk pelan pundak Aldo dengan gaya cool-nya.

"Gue gak tau sih besok akan gimana. Mungkin gue harus terbiasa tanpa kehadiran Kinara." Jojo menyimak, membiarkan Aldo mengeluarkan isi hatinya. "Gue juga bener-bener berterima kasih sama Tuhan. Pernah menghadirkan Kinara di hidup gue. Karena kalau gue gak bisa nemui buktinya, gue gak tahu apa gue bisa balik sama dia atau enggak. Gue beruntung, bisa menjadi salah satu masa lalu Kinara. Seandainya nanti gue gak bisa sama dia lagi, gue harap dia bisa sama orang yang lebih baik dari gue. Yang gak akan nyakitin dia. Yang gak akan ninggalin dia dengan alasan bego kayak gue." Aldo perlahan menutup matanya, berusaha menahan air mata yang hampir saja menetes. Jangan katakan Aldo cengeng. Ia hanya tidak tahan jika mengingat kejadian di mana ia menyakiti Kinara tadi.

Benar kata Jojo. Dia tidak ingin Kinara terluka, tapi secara tidak langsung ia sudah menyakiti Kinara tadi, dan melihat Kinara yang sangat terluka membuat Aldo merasa dirinya terlalu bodoh. Ia sudah menyakiti gadis yang sangat ia sayangi. Ia sudah menyakiti Kinara.

Sedangkan di rumahnya, entah sudah keberapa kalinya Kinara mengabaikan ketukan di pintu. Yang pelakunya tidak lain adalah kakaknya sendiri. Sejak tadi Didit berusaha mengetuk pintu kamar Kinara. Namun tak kunjung dibuka.

Saat melihat keadaan Kinara tadi saat masuk ke rumah, Didit jadi tidak tenang. Adiknya masuk dengan keadaan tidak baik. Mata yang sembab, dan pandangan yang kosong. Bahkan sama sekali tidak menyadari kehadiran Didit yang tengah duduk di sofa.

"Kin.. Lo kenapa?" panggil Didit yang entah sudah keberapa kalinya. "Gue khawatir nih.. Buka, dong. Cerita sama gue. Lo kenapa?" Kinara masih meringkuk di atas kasur. Air matanya sejak tadi tak kunjung berhenti.

Memang tadi saat masuk ke dalam rumah sudah ia hapus ia harap tak ada orang rumah yang melihatnya. Tapi ternyata ada Kakaknya. Ia bahkan tak menyadari bahwa ada Kakaknya yang tengah duduk di sofa tadi.

"Kinara... Buka dongg..." Didit masih berusaha memanggil nama Kinara. Hingga akhirnya, sebuah sahutan terdengar dari dalam.

"Gue mau sendiri, Kak!"

Didit terdiam. Ada apa dengan adiknya? Apa yang baru saja terjadi? Kenapa adiknya pulang dengan keadaan menangis?

Karena tak kunjung dibukakan pintu, Didit akhirnya menyerah. Ia memutuskan untuk menunggu adiknya saat makan malam nanti. Sebentar lagi pasti ia akan keluar karena lapar.

Hari ini bisa jadi tidak akan pernah aku lupakan. Bukan karena ini adalah hari spesial. Ah. Mungkin memang spesial. Tapi spesialnya tidak membuatku bahagia.

Hari ini tidak akan aku lupakan. Tau kenapa?
Karena tepat pada hari ini, kamu ucapkan kalimat yang sudah berhasil membuat aku kecewa.

Saat aku yakin, kamu tidak akan melakukan itu. Hari ini kamu buktikan bahwa keyakinanku kemarin salah.

Aku salah. Karena nyatanya, kamu baru saja menyakitiku. Mungkin kamu tidak sadar. Tapi aku bisa merasakan sakit di setiap kata yang kamu ucapkan.

Aku harap Tuhan mau bantu aku. Bantu aku agar aku bisa dengan perlahan melupakan kamu, melepas kamu dari otakku. Bahkan membuat aku lupa akan kejadian kemarin. Bagaimana semua kata-kata manis dan sikap manis kamu padaku.

"Semudah itu lo bilang putus cuman karena gak cocok, Do. Semain-main itu kah kata putus buat lo? Segampang itu sampai lo gak mikirin perasaan gue? Gue pikir lo cowok baik, Do. Tapi ternyata, lo jahat. Lo putusin gue dengan alasan yang gak jelas. Dan buruknya lagi, kenapa harus lo Aldo?" Kinara lelah. Matanya sudah berat. Ia sudah lelah untuk menangis, tapi air matanya tidak bisa diajak kerja sama. Air mata itu terus mendesak keluar. Seperti masih ada rasa sakit yang tidak bisa terucap lewat mulut.

Kinara mengubah posisinya jadi memandang langit-langit kamar. Matanya perlahan terpejam, ia berusaha mengatur nafasnya. "Makasih setidaknya lo pernah ada di hidup gue Do. Semoga kelak lo bahagia sama orang yang lo anggap cocok sama lo."

☆☆☆

Pagi ini harusnya Kinara bangun dengan ceria. Harusnya. Tapi pagi ini tidak seperti seharusnya. Kinara bangun dengan mata sembab. Matanya terasa berat. Tadinya ia malas sekolah. Tapi kemudian, ia bertekad, "Cuman karena masalah kayak gitu, gue gak mungkin gak masuk sekolah."

Setelah bersiap-siap, Kinara turun menuju meja makan. Sudah terlihat ada Mama, Papa, dan Kakaknya di sana. Jelas saja. Yang paling bawel pasti adalah Kakaknya. "Lo gak makan semalem? Terus, kenapa lo gak bukain gue pintu kemarin? Kenapa kemarin pulang--" Didit berhenti menyerocos karena Kinara dengan tiba-tiba menyumpal mulutnya dengan roti.

"Ma, Pa. Aku jalan, ya." Setelah mencium kedua pipi orang tuanya secara bergantian, Kinara melangkah menuju pintu. Melewati Didit begktu saja tanpa ekspresi.

"Gue anter," ujar Didit yang secara tiba-tiba sudah menggandeng, ehm, lebih tepatnya menyeret Kinara masuk ke dalam mobil.

Setelah masuk mobil, Kinara masih diam. Ia masih asik memandang pemandangan dari kaca jendela di sebelah kirinya. Sampai akhirnya, suara Didit membuatnya berdeham singkat. "Kin."

"Hm?"

"Lo kemarin kenapa?"

"Gak apa-apa," jawab Kinara singkat tanpa menoleh.

"Lo pulang dengan mata sembab, bahkan lo gak nyadar ada gue, dan lo bilang gak apa-apa?" Kinara diam tidak menjawab. "Gue kayak gini karena gue khawatir sama lo. Ada yang macem-macem sama lo? Ada yang jahatin lo? Cerita sama gue, Kin."

Kinara menghela nafas singkat. "Gue gak apa-apa, Kak."

Mobil yang semula melaju itu perlahan berhenti, Kinara spontan menoleh menatap Didit yang juga menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Gue telat nanti, Kak. Kenapa berhenti?"

"Gue gak akan jalan sebelum lo jawab pertanyaan gue tadi." Kinara menghembuskan nafas kasarnya. "Gue khawatir, Kin."

"Apa yang harus gue jawab kalau gue gak apa-apa?" Didit menggeleng. Semakin lama ia semakin geram dengan adiknya. Apa susahnya menjawab? Ia kan khawatir.

"Lo sedang dalam keadaan tidak baik. Gue tau itu. Lo gak bisa bohong sama gue. Lo lupa?"

Kinara kembali menoleh ke arah jendela, ia berusaha menghindar dari tatapan Didit. Tatapan penuh selidik yang tajam itu membuat Kinara seperti tidak bisa bernafas. "Gue baik-baik aja. Udah jalan. Nanti gue telat," ucap Kinara tanpa menoleh.

Didit menggeleng. "Jawab dulu."

"Kalau lo gak mau jalan, gak mau anter gue, gue bisa naik ojek." Didit menahan lengan Kinara yang ingin membuka pintu mobil. "Apasih, Kak?"

"Kin. Gue khawatir. Gue cuman mau lo jawab. Cerita sama gue. Setelah itu gue akan anter lo."

"Lo mau anter gue setekah gue jawab? Kalau gue gak jawab, lo gak akan anter gue?" Didit mengangguk, masih dengan tatapan seperti semula. "Kalau gitu, gue bisa naik ojek. Gampang kan? Gak usah nahan-nahan gue."

Didit kembali menggeleng. Ia menahan tangan Kinara yang tetap memaksa keluar. "Lepas! Apasih! Lo tuh gak jelas banget, sih! Gue udah bilang, gue gak apa-apa! Ngerti?!" Oh tidak. Tatapan tajam Kinara perlahan mulai mereda. Ia bisa melihat perubahan wajah Didit. Pasti dia kaget. Kinara sudah membentak Didit.

Kinara tahu, kakaknya peduli. Tapi ia kelepasan. Ia benar-benar tidak maksud. "Maaf." Kepala Kinara kian menunduk. Ia benar-benar tidak menyangka akan membentak kakaknya seperti itu.

"Gue salah peduli sama lo?" Pertanyaan Didit barusan membuat Kinara menoleh. Ia bisa melihat ada kekecewaan di mata Didit.

Kinara kembali menunduk, ia tidak bisa melihat mata Kakaknya itu. "Maaf, Kak. Bukan gitu maksud gue." Kinara bisa melihat dari sudut matanya. Didit mengubah posisinya menjadi kembali menghadap ke depan.

"Gue tetep anter lo. Gak usah turun dan naik ojek." Kinara diam. Tidak menjawab. Bahkan sampai mobil kembali melaju pun, Kinara masih setia menunduk. Ia tidak berani bersuara. Ia tahu, Didit pasti marah.

Tidak lama, mobil berhenti membuat Kinara mengangkat kepalanya. Ternyata ia sudah sampai di depan sekolah. Didit masih tidak bersuara. Dan itu semakin membuat Kinara merasa sangat bersalah.

Dengan kepala yang masih menunduk, mulut Kinara mulai terbuka mengucapkan sebuah kalimat, "Gue putus sama Aldo." Ia bisa merasakan, setelah kalimat itu selesai, ada sebuah tangan yang mengusap pumcak kepalanya pelan.

Kinara mengangkat kepalanya. Ia mendapati Didit tersenyum. "Makasih udah mau jawab. Tapi lain kali, kalau lo terpaksa, gak usah." Kinara menggeleng. "lo punya hak untuk gak cerita, dan mungkin tadi gue juga keterlaluan udah mendesak lo." Kinara kembali menggeleng.

"Gue yang salah, Kak. Gue tau niat lo baik. Gue minta maaf tadi udah ngebentak lo. Gue cuman gak mau lo kepikiran." Didit mengusap pelan puncak kepala Kinara. Hal yang sangat Kinara sukai adalah saat Didit seperti ini. Ia merasa sangat terlindungi.

"Gue juga salah." Kinara ikut tersenyum ketika melihat senyum Didit. "Jangan sedih lagi, ya. Ada gue yang siap jadi tempat lo untuk berbagi, untuk berkeluh kesah. Lo bisa cerita sama gue, kapan pun kalau lo mau." Kinara mengangguk, ia berhambur memeluk kakaknya.

Didit terkekeh kecil, mendapati tingkah adiknya yang seperti anak kecil ini. Ia mengacak kecil rambut Kinara. Kinara ikut terkekeh kemudian melepas pelukan itu, "Lo emang kakak terbaik gue." Didit kembali terkekeh geli.

"Udah sana. Nanti keburu bel." Kinara mengangguk. Sebelum benar-benar keluar dri mobil, ia sempat mencium singkat pipi Didit. Dan ia juga sempat melihat Didit terkekeh kecil. Masalahnya, Kinara sangat jarang melakukan hal itu. Dan mungkin, setelah sekian lama, Kinara melakukannya lagi.

Baru berjalan sedikit dari gerbang sekolah, Kinara sudah dihampiri oleh dia sahabatnya. Siapa lagi kalau bukan Debi dan Alika.

"Kin?" panggil Debi hati-hati, yang membuat Kinara berdeham singkat. "Gue.. Boleh nanya?"

"Biasa aja kali. Gak usah kaku," ucap Kinara dengan kekehan khasnya.

"Ehmm.." Debi sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lo putus sama Aldo?" Kinara tersenyum sejenak kemudian mengangguk.

Debi menatap kaget. Ternyata benar. "Jangan senyum kalau gak mau senyum, Kin. Lo gak bisa nutupin luka lo sama kita." Alika ikut mengangguk setuju.

Kinara menarik nafas sejenak, "Tau dari mana?" tanya Kinara tanpa menoleh sama sekali.

"Jojo bilang ke gue. Katanya kemarin Aldo cerita gitu sama dia." Kinara hanya ber-oh ria.

"Cuman 'oh' aja, Kin?" Alika ikut nimbrung.

"Terus? Gue harus heboh?" Kinara balik bertanya.

"Kata Jojo, Aldo tuh kemarin sempet galau gitu. Kemungkinan besar dia masih ada rasa sama lo, Kin," jawab Alika antusias yang diangguki Debi.

"Nah. Lagi pula kalian kan cocok banget. Aldo kayaknya juga masih ada rasa sama lo, Kin," sambung Debi tak kalah antusias.

Kinara hanya mengangkat kedua bahunya. "Dia yang mutusin gue, jadi gak mungkin kalau dia masih ada rasa sama gue. Tolong deh, pake logika aja," jawab Kinara sambil menatap Debi dan Alika secara bergantian.

Alika dan Debi saling bertukar pandangan, hingga akhirnya, Alika kembali menyeletuk, "Lo sendiri? Masih ada rasa sama Aldo?"

Kinara nampak terdiam, hingga kemudian, bibirnya mengucapkan kalimat yang membuat Debi dan Alika mengangguk-angguk. "Rasa sebagai teman yang perlahan gue latih untuk tumbuh. Move on gak ada yang instan, kan?" Ada senyum kecil di ujung kalimatnya. "Lagi pula, gue udah kecewa sama dia. Dia mutusin gue dengan alasan yang sangat-sangat gak jelas. Dia bilang kita gak cocok. Sejauh mana dia tau kita gak cocok? Sedangkan selama ini baik-baik aja. Orang yang gue percaya gak akan bikin gue kecewa, malah bikin gue kecewa."

"Pasti Aldo punya alasan. Dia gak mungkin semudah itu bilang kata putus, Kin. Apa lo udah tanya?" ujar Alika yang langsung membuat Kinara tersenyum kecut.

Kinara menatap kosong koridor dihadapannya, "Nyatanya dia lakuin itu kemarin sama gue, Lik. Dia semudah itu bilang kata putus. Dan saat gue tanya alasannya, dia cuman bilang kita gak cocok. Dan setelahnya, dia minta gue untuk gak ganggu dia lagi. Apa itu gak bikin gue kecewa?" Alika dan Debi mendengarkan. Ya. Memang benar, sih. Mereka juga pasti akan kecewa. Bahkan mungkin akan membenci laki-laki itu. "Mungkin ini karena gue terlalu percaya dia gak akan bikin gue kecewa. Jadi, saat dia ngecewain gue, rasanya tuh berlipat-lipat sakitnya." Kinara merasa pandangannya hampir buram. Ia merasa air mata itu akan kembali menetes, dengan segera ia mengedipkan matanya, lalu berjalan sedikit mendahului Debi dan Alika.

"Udahlah jangan dibahas. Gue gak mau rasa sakit yang perlahan gue lupain muncul lagi." Debi dan Alika akhirnya memilih diam.

Hingga saat Kinara ingin berbelok masuk ke dalam kelas, ia berpapasan dengan Aldo yang baru keluar dari kelasnya. Aldo tidak menyapa, hanya melihat sekilas, lalu pergi begitu saja. Kinara berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis.

"Sesakit inikah, Do? Harus sesakit ini rasanya dicuekin sama lo? Terbiasa tanpa lo?" Debi dan Alika yang sejak tadi di belakang Kinara hanya saling bertukar pandangan.

Kinara masih bisa menatap punggung Aldo yang sudah menjauh. Rasanya aneh. Terbiasa tanpa sapaan dari cowok itu. Terbiasa tanpa senyum ceria cowok itu. Tanpa perlakuan manis cowok itu. Kinara harus bisa terbiasa. Harus bisa.

"Semua udah beda, Kin. Lo harus terbiasa."

___________________________________

Sampai di sini apa udah cukup mengobati rasa kangennya??

Btw, aku mau tahu deh, seberapa semangat kalian buat nunggu Kinara dan Aldo sampai di rumah kalian???

Yang belum order, yuk langsung order.

Checkout shopee-nya sekarang!

Follow:
BTRICE_

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 68.3K 51
[Revisi] Ini kisah tentang Arya dan Ayra. Kisah seorang bendahara kelas dan biang onar sekolah. Dua orang remaja yang hampir tak pernah akur disepanj...
728K 26.6K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
65.7K 1.6K 13
Novel ini menceritakan gimana menghadapi cowok yang dingin Haruna anak yang bawel ,sedikit ceroboh ,tidak pintar masak ,bodoh.. Inlee cowok dingin ,c...
1.7M 78K 66
Ini menceritakan tentang geng cool guys suka membully geng cewek cupu. Geng cool guys :Ali, Kevin,cio, R. harun...... Geng cewek cupu : Prilly, Mila...