SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika...

By Cintaprita

4.9M 408K 71.5K

Sequel Married with senior Cinta udah Seagama udah Saling percaya udah Tinggal satu yang belum Restu orang tu... More

PRAKATA
[01] The begins
[02] Meet the gengs
[03] Gue ikut
[04] Festival
[05] Because, You
[06] Minggu, Mika dan Angkasa
[07] Rencana Angkasa dan Mika
[08] Lamaran
[09] Dilema
[10] Dinner
[11] Pengusiran
[12] Kangen Angkasa
[13] Angkasa pulang
[14] Rencana yang gagal
[15] Ketahuan?
[16] Kejelasan
INFO
[17] Kekesalan Mika
[18] Angkasa Sakit
[19] Liburan?
[20] Berangkattt!
Jadi gini....
[21] BBQ
[22] Tunangan
[23] Hamil?
[24] Putus
[25] Kawin Lari
[26] Rencana
[27] Bimbang
[28] Sebuah Keputusan
[29] See You, Mom
[30] Welcome, kebahagiaan!
[31] Bersamamu
[32] Hampir Ketahuan
[33] Gagal?
[35] Lagi?
[36] Berakhir?
[37] Akhirnya
[38] We Don't Talk Anymore
[39] Sumber Patah Hati
[40] Hari Yang Buruk
[41] Rencana Balas Dendam
[42] Hari Pernikahan Mika

[34] Sedetik

76.8K 9.1K 3.4K
By Cintaprita

Ada satu hal yang paling sulit dari mencari jarum dalam jerami, yaitu mencari restu orang tua_

***







"TUNGGU!"

Teriakan lantang dari arah luar sontak saja menghentikan ucapan Angkasa dan membuat beberapa orang disana menolehkan kepala ke sumber suara.

Jantung Mika berdetak dengan cepat, tangannya berkeringat dingin. Ia sudah pasrah jika itu adalah orang tuanya, ia sampai-sampai memejamkan kedua matanya erat-erat saking takutnya.

"Ada apa atuh pak lurah?" tanya salah satu bapak-bapak yang sedari tadi khusu menyaksikan izab qobul.

Pak Lurah? Mika dengan perlahan menengokan kepalanya ke belakang tubuhnya. Dan sontak saja ketegangan tersebut hilang di gantikan dengan perasaan lega bercampur bahagia. Dugaannya salah ternyata.

Karena disana, di pintu masjid terlihat seorang lelaki paruh baya tengah berdiri dengan napas ngos-ngosannya.

"Ada yang nikah, saya gak ditungguin? Pinter pisan warga di sini teh," dumelnya kemudian masuk ke dalam masjid dan duduk di antara bapak-bapak di sana.

"Pak lurah, datengnya teh di waktu yang salah. Orang a Angkasa lagi ngucapin izab qobul khusu-khusu bapak malah dateng, kan harus ngulang lagi," celoteh ibu-ibu dengan menggebu-gebu.

Angkasa dan Mika hanya tersenyum canggung di tatap oleh pak lurah dan sebagian orang yang ada di situ.

Pak lurah melemparkan tatapan penuh rasa bersalahnya. "Aduh, maaf ya. Saya gak maksud."

"Gak papa pak," sahut Angkasa sekalem mungkin.

"Ya udah sok di lanjut aja lagi izab qobulnya," intruksi pak Lurah yang diangguki oleh semua orang.

Mika dan Angkasa kembali fokus ke pak penghulu.

"Udah siap?" tanya pak penghulu sekali lagi.

Angkasa mengangguk dengan mantap, sedangkan Mika menjawabnya dengan tersenyum simpul.

"Jabat lagi tangan saya," pak penghulu mengasongkan sebelah tangan kanannya dan di balas dengan jabatan tangan oleh Angkasa.

"Bismillahirohmanhirohim. Saudara Angkasa Pramodya Putra saya nikah dan kawinkan engkau dengan saudari Mika Larasati Atmadja binti Pandu Atmadja dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai."

Mika merasakan suasana di sekelilingnya sepi enyap, fokusnya hanya pada Angkasa. Jantungnya lagi-lagi berdegup tak menentu.

Angkasa membuka mulutnya, Mika berdoa dalam hati semoga ini adalah pilihan yang terbaik bagi semuanya.

Dan dapat dipastikan dalam hitungan detik keduanya akan menjadi sepasang suami istri yang sah di mata hukum dan agama.

"Saya terima nikah dan kawinnya Mika Larasati Atmadja binti Pandu Atmadja dengan seperangkat alat sholat di bayar tunai," ucap Angkasa dengan lantang.

Senyum Mika sedikit demi sedikit terbit, hingga memunculkan lengkungan indah. Matanya berkaca-kaca, rasanya ini sangat menakjubkan. Ia hanya tinggal menunggu saksi mengatakan 'sah' maka semua dukanya akan langsung berakhir.

"Bagaimana para saksi sah?" Pak penghulu mengedarkan tatapannya ke seluruh oenjuru masjid.

"SA .... "

"PERNIKAHAN INI GAK SAH!"

Mika diam mematung, ia merasakan darah nya turun ke dasar perutnya hingga membuat rona pias pada wajahnya.

Demi tuhan ia mengenali suara tersebut, ia tak merasakan apa-apa lagi kecuali tangan Angkasa yang menggenggamnya dengan erat dan menatapnya seolah mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.

Mika lagi-lagi berbalik, benar saja ia melihat Peni dengan beberapa orang berdiri di ujung sana dengan pongahnya.

Para warga berbisik-bisik menatap Peni yang terlihat berapi-api.

"Saya orang tua Mika, dan saya tekankan pernikahan ini tanpa sepengetahuan saya!" Sentak Peni sembari masuk ke dalam masjid.

Mika mengeratkan genggaman tangannya pada Angkasa begitu Peni kian mendekat.

"Ayo pulang! Pernikahan ini gak akan pernah terjadi, selamanya!" Peni menarik tangan Mika namun Mika terlalu kuat menggegam Angkasa.

"Ma, aku mohon kasih kita kesempatan lagi," ucap Angkasa penuh permohonan. Bahkan Angkasa belum pernah meminta dengan sehina ini.

Sebelah tangan Angkasa meraih tangan Peni. "Aku mohon ma, aku sama Mika saling cinta. Kasih aku kesempatan sekali lagi," mohon Angkasa.

Sedangkan Mika tak bisa melakukan apapun selain air mata yang sudah mulai turun dari perlindungannya.

"Saya gak akan pernah nikahin anak saya sama orang yang berani ngajak kabur anak gadis orang!" Peni kembali menarik tangan Mika. "Ayo, pulang!"

"Enggak mau, aku mau nikah sama Angkasa!" Ronta Mika agar Peni melepaskan genggaman tangannya.

"Sejak kapan kamu jadi begini? Mama yakin semua ini adalah pengaruh buruk dari dia kan?" Peni menunjuk Angkasa tepat di depan wajahnya.

"Ma ...."

"Diam saya gak lagi ngomong sama kamu," ucap Peni menyela ucapan Angkasa.

"Mika, sebelum mama berbuat yang lebih lagi dari ini. Ayo pulang," telan Peni.

Mika menggelengkan kepalanya sembari memeluk Angkasa dengan erat. Angkasapun sama, cowok itu memeluknya seolah-olah tak ada lagi hari esok.

Mana mau Mika kembali meninggalkan Angkasa.

Ia di ambang kehancuran saat ini, ini semua bagai mimpi buruk yang tak pernah ingin ia alami. Semua ini terlalu cepat, bahkan Mika belum sempat membuat cerita indah berdua dengan Angkasa.

Hanya dengan waktu sedetik, semuanya berjalan dengan tidak semestinya.

"Pak polisi!!" Teriak Peni hingga beberapa lelaki paruh baya dengan pakaian khas polisi datang menghampiri mereka.

"Ini dia pak yang culik anak saya, tangkap dia. Jebloskan ke penjara, saya gak akan kasih keringanan," perintah Peni yang di angguki oleh polisi tersebut.

Dalam keheningan yang berdengung dengan nyaring di telingnya, ia menyaksikan sendiri bagaimana Angkasa di tarik dengan paksa oleh polisi tersbut. Bahkan setelah Mika berteriak-teriak kalau Angkasa tidak bersalah polisi tersebut tetap membawa Angkasa pergi menjauh darinya.

Hingga Angkasa hilang dari jarak pandangnya, dan hilang juga titik harapan pada hidupnya.

Mika diam.

Merasakan rasa sakit yang mengalir dari tiap sendi-sendi tubuhnya, masuk ke dalam celah hatinya.

Mika sakit.

Mika hancur.

Harapannya sudah hilang.

Ia tak punya alasan lagi untuk tetap bahagia.

Angkasanya telah pergi di bawa oleh ke egoisan orangtuanya sendiri.

Hingga detik berikutnya, Mika terjatuh kelantai.

Dadanya sesak, sangat sesak. Sampai rasanya ia tak merasakan lagi pernapasannya.

Yang ia rasakan selanjutnya adalah ketika dua orang lelaki dengan perawakan besar berada di kedua sisi tubuhnya dan membawa hampir menyeretnya keluar dari masjid.

Bahkan ketika ia di masukam ke dalam mobil, ia tak merasakan apapun. Pikirannya kosong, tak dapat menangkap apa-apa lagi.

Dan ketika mobil berjalan pun, ia hanya terdiam. Namun, air mata yang terus mengalir di kedua pipinya mengatakan kalau ia sedang tak baik-baik saja.

"Mama kecewa sama kamu," tukas Peni.

Hingga sebuah suara masuk ke gendang telinganya, dengan perlahan ia menoleh ke sampingnya dimana mamanya orang yang paling ia sanjung di hidupnya menghancurkan kebahagiaan putrinya dengan hitungan detik.

"Mama jahat," gumam Mika.

Pada orang yang duduk di sampingnya, ia merasakan asing.

Ia tak mengenal lagi sosok Peni.

Peni yang ia kenal sangat menyayangi Mika apapun yang ia lakukan, tak pernah sekalipun menyalahkan atas kenakalannya di masa sekolahnya dulu.

Untuk Peni, Mika merasakan lebih baik tidak memiliki ibu sekalian di banding harus merasakan kekecewaan yang amat mendalam seperti saat ini.

Angkasa.

Dadanya makin sesak, air mata mengalir deras di pelupuk matanya.

Hati Mika patah menjadi beberapa bagian, terbawa angin dan terurai di uadara. Ia kehilangan pijakannya untuk bertahan saat ini.

Mika, hanya butuh Angkasa untuk saat ini.

Bahkan selamanya.

Jika tuhan tetap ingin memisahkannya dari Angkasa, jalan satu-satunya adalah ia akan memilih mati.

Sejahat itu takdir pada Mika dan Angkasa.







Sudahkan anda menyiapkan kata hujatan untuk Peni?🤭

Btw, kalo banyak yg bilang konflik di cerita ini berat, aku udh peringatin di awal2 cerita kalo emng di cerita ini bakal jauh lebih berat lagi konfliknya dati cerita MWS.

Monggo, yang ga suka konflik berbelit-belit untuk meninggalkan lapak ini😊





See ya💕

Continue Reading

You'll Also Like

607K 96.6K 38
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
716K 96.2K 35
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...
739K 9.7K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.2M 41.3K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...