SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika...

By Cintaprita

4.9M 408K 71.5K

Sequel Married with senior Cinta udah Seagama udah Saling percaya udah Tinggal satu yang belum Restu orang tu... More

PRAKATA
[01] The begins
[02] Meet the gengs
[03] Gue ikut
[04] Festival
[05] Because, You
[06] Minggu, Mika dan Angkasa
[07] Rencana Angkasa dan Mika
[08] Lamaran
[09] Dilema
[10] Dinner
[11] Pengusiran
[12] Kangen Angkasa
[13] Angkasa pulang
[14] Rencana yang gagal
[15] Ketahuan?
[16] Kejelasan
INFO
[17] Kekesalan Mika
[18] Angkasa Sakit
[19] Liburan?
[20] Berangkattt!
Jadi gini....
[21] BBQ
[22] Tunangan
[23] Hamil?
[24] Putus
[25] Kawin Lari
[26] Rencana
[27] Bimbang
[28] Sebuah Keputusan
[29] See You, Mom
[31] Bersamamu
[32] Hampir Ketahuan
[33] Gagal?
[34] Sedetik
[35] Lagi?
[36] Berakhir?
[37] Akhirnya
[38] We Don't Talk Anymore
[39] Sumber Patah Hati
[40] Hari Yang Buruk
[41] Rencana Balas Dendam
[42] Hari Pernikahan Mika

[30] Welcome, kebahagiaan!

87.3K 9.1K 1.2K
By Cintaprita

Hayo yg neror aku siapa aja, angkat tangannya di sini!! Hehe

Happy reading❤









Mika tak henti-hentinya memandang ke arah belakang tubuhnya, atau lebih tepatnya lagi adalah rumahnya. Rumah yang dari sejak kecil sudah ia huni, namun bukan itu yang jadi permasalahannya. Namun, orang-orang yang ada di dalam rumah tersebutlah lah yang mampu membuat dadanya kian menyesak.

Rasanya seperti ada bagian kosong yang bersarang di hatinya, hampa.

Angkasa mengeratkan genggaman tangannya  ia tahu Mika tengah bersedih sekarang, tapi mau bagaimana lagi. Inilah, cara satu-satunya agar keduanya bisa bersatu. Walaupun dunia mencela, ia tak mengapa. Asal bersama Mika, maka hidupnya akan bahagia.

"Ayo," ucap Angkasa yang kembali menyadarkan Mika.

Mika menganggukan kepalanya.

Mika berdoa dalam hati, agar apapun yang akan ia lakukan ini adalah jalan terbaik yang ia pilih untuk kedepannya.

Angkasa menghentikan langkahnya di samping sebuah mobil yang begitu asing bagi Mika, ia yakin itu adalah mobil yang telah di siapkan khusus oleh Angkasa untuk acara kaburnya ini.

"Mobil baru?" tanya Mika.

Angkasa mengangguk. "Iya," kemudian ia meletakan tas milik Mika di bagasi belakang. Dan membukakan pintu untuk Mika masuk ke dalam. Angkasa memutari badan mobil, dan ikut masuk juga.

Setelah masuk, ia mengamati Mika yang sejak tadi terdiam.

"Kenapa?" tanya Angkasa.

Mika menggeleng. "Gak kenapa-napa."

"Harus banget bohong?"

Dengan perlahan Mika menatap Angkasa. "Serius, aku gak papa."

Angkasa menghela napas, kemudian menganggukan kepalanya. "Oke," tanpa banyak bicara Angkasa menyalakan mesin mobil dan langsung menjalankannya.

"Bukan cuma kamu yang sedih karena kehilangan mereka, aku juga." Angkasa berucap dengan masih fokus ke jalanan.

Mika menoleh. "Sa, aku takut." Mika berucap dengan suara bergetar.

Angkasa meraih sebelah tangan Mika dan menggenggamnya. "Gak ada yang harus di takutin, ada aku." Angkasa tersenyum menenangkan.

Ya, harusnya Mika tidak perlu takut. Ada Angkasa di sampingnya, ada Angkasa yang akan selalu menjaganya.

Lambat laut kedua sudut bibir Mika terangkat, hingga memperlihatkan senyum yang sangat menawan. "Aku gak akan takut." Ucapnya yakin.

Angkasa mengangguk dan semakin mengeratkan genggaman tangannya.

"Kamu tidur aja, perjalanannya masih jauh."

Dahi Mika berkerut samar, ia lupa menanyakan sesuatu pada Angkasa. "Emang kita mau kemana?"

"Ke tempat yang gak akan orang tahu."

"Bikin penasaran, anak orang emang bagus apa," rutuk Mika.

Angkasa terkekeh. "Ntar juga tahu."

"Nyebelin."

Angkasa terkekeh.

"Rencana kamu kedepannya apa Sa?"

"Nikahin kamu."

"Ihh, maksudnya bukan itu."

"Terus apa?"

"Rencana loh, rencana kita kedepannya mau gimana? Misal, nanti kamu kerjanya apa, atau aku nanti ngapain, gitu loh."

"Kenapa nanya gitu? Takut aku gak bisa nafkahin ya?" Angkasa mengerling jahil.

"Iya, aku fobia miskin soalnya."

Angkasa terkekeh. "Yah, sayangnya begitu kamu pilih aku. Kemiskinan emang bakal ada di tengah-tengah kita."

"Serius loh aku, kamu nanti kerjanya apa? Masa gak kerja, nanti kalo kita punya anak mau di kasih makan apa kalo bapaknya aja gak punya kerjaan," sungut Mika.

"Cie udah mikirin anak aja," goda Angkasa dengan tersenyum jahil.

"Jadi, kamu gak mau punya anak dari aku. Gitu?" ucap Mika dengan ketus.

"Mau. Sekarang, juga mau."

"Tau ah, kamu nyebelin." Mika melipat kedua tangannya di depan dada, sembari mengalihkan tatapannya dari Angkasa.

Angkasa berdehem, kemudian mengelus pelan kepala Mika. "Kamu tenang aja, aku udah siapin semuanya. Aku kerja kok, jadi kamu gak usah pusing mikirin itu."

"Kerja apa?"

"Di sana ada pabrik, aku di tawarin jadi salah satu teknisi di sana."

"Beneran?"

Angkasa mengangguk.

"Wow."

"Kan aku bilang. Selagi ada aku, kamu bahagia."

Ya, memang benar. Bahagianya Mika hanya tergantung pada satu sosok cowok yang saat ini tengah duduk di sampingnya. Dia, Angkasa.

Mungkin ini lah waktunya, waktu kebahagiaannya.

Welcome, bahagia!

                             °        °        °

Angkasa menatap wajah cantik Mika dalam diam. Cewek itu tertidur pulas ketika tadi di perjalanan. Dan sekarang keduanya telah sampai di tempat tujuan Mika masih nyaman di alam mimpinya.

Dengan penuh perhatian, Angkasa menyampirkan sehelai rambut yang menutupi wajah Mika ke belakang telinganya.

"Gue rasa, gue bakal mati tanpa lo," gumam Angkasa.

"Engh," tiba-tiba saja Mika mengerjapkan matanya. Dan lambat laun kelopak matanya terbuka. "Udah sampe?" tanyanya dengan suara paraunya.

"Iya, yuk turun." Angkasa keluar terlebih dahulu dari mobil yang di ikuti oleh Mika.

Sepertinya nyawa Mika masih belum terkumpul. Melihat Angkasa yang tengah menurun-nurunkan barang, Mika malah berjongkok di samping mobil sambil terus mengamati cowok itu.

Udara sangat dingin sampai rasanya angin menusuk ke sendi-sendi tulangnya, untung saja ia mengenakan jaket sebekum pergi, maka dari itu ia menyelipkan kedua tangannya di saku jaketnya.

Aneh banget, masih malem gini kenapa burung udah berkicau.

Mika membuka lebar-lebar matanya, dan sungguh mengejutkan ternyata malam telah berganti pagi. Mungkin masih sekitar jam setengah enaman, karena masih jelas terlihat kabut yang mengelilingi langit.

Sejak kapan Jakarta jadi sedingin dan ada kicauan burung di pagi harinya.

"Ngelamun aja," tegur Angkasa yang sudah beres mengeluarkan semua barang.

"Sa, ini Jakarta mana?" tanya Mika dengan tampang bloonnya.

"Siapa yang bilang kita di jakarta."

"Terus?" Mika bangkit dari duduknya dan menatap Angkasa dengan bingung setelah seluruh nyawanya terkumpul.

"Kita di Bandung."

Rasanya rahang Mika langsung jatuh ke dasar tanah. Bandung? Jadi, keduanya sekarang di Bandung?

"Udah gak usah kaget," Angkasa mengusap wajah Mika dengan telapak tangannya. "Bantuin bawa barang yuk," ajak Angkasa.

Mika mengangguk. Kemudian ia mengambil tasnya yang semalam ia gunakan untuk melancarkan aksi kaburnya.

"Jadi ini rumah siapa?" tanya Mika begitu melihat bangunan sederhana di depannya.

Angkasa mengambil kunci di saku jaketnya. Dengan cekatan ia membukanya dan membuka pintu lebar-lebar.

"Kedepannya ini bakal jadi rumah kita berdua."

Mulut Mika menganga, walau Angkasa cowok tapi seleranya memang patut di acungi jempol.

Dengan perlahan ia masuk ke dalam dengan Angkasa yang mengekor di belakangnya.

"Gimana?"

"Bagus," sahut Mika spontan.

Mika suka warna cat temboknya, ia juga suka perabotan yang sudah tersusun rapi di setiap sudut rumahnya. Dan yang paling penting, ia suka satu foto berukuran besar yang di pajang di ruang tamu rumahnya, ya itu foto dirinya dan Angkasa pada saat pernikahannya dulu.

"Kamu yang siapain semuanya?" tanya Mika.

Angkasa menaruh kotak kardus yang ia bawa ke atas meja sebelum menjawab pertanyaan Mika. "Menurut kamu siapa?"

"Kamu," ucap Mika sembari merentangkan kedua tangannya, Angkasa yang tahu kodenya langsung saja memeluk tubuh ramping Mika. "Makasih."

Angkasa mengelus sayang kepala Mika "Jangan sedih, aku mau kita bahagia bareng."

Mika menganggukan kepalanya. "Pasti."

Angkasa menguraikan pelukannya. "I love you," Angkasa mendekatkan wajahnya pada Mika.

CUP


Mika tersenyum kemudian memegang tengkuk Angkasa sebagai tumpuannya.

Hingga beberapa detik kemudian, Angkasa melepaskan ciumannya.
"Aku juga cinta kamu, dulu, sekarang, nanti, dan selamanya." Balas Mika sembari tersenyum bahagia.

Angkasa tersenyum. Kemudian kembali memeluk Mika.

Mulai saat ini, ada satu orang yang kehidupannya harus Angkasa jamin kebahagiaannya. Ya, dia Mika.






Seneng ga? Pasti Seneng dong, Hehe😊😊

See yaa💕

Continue Reading

You'll Also Like

564K 39.5K 61
Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya kekasih kemudian besok ia menikah dengan yang lain. Set...
949K 44.3K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
16.3M 606K 35
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
5M 272K 54
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...