Ketos VS Waketos [SUDAH TERBI...

Von BTRICE_

2M 117K 3.9K

[SUDAH TERBIT-PART MASIH LENGKAP] ... Kata orang, jangan terlalu benci. Nanti bisa jadi cinta. Bener gak sih... Mehr

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
🎉 HAPPY 1K READERSSSSSSS 🎉
Bab 45
Q&A >> DIJAWAB
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Dibaca, yaaa
haiii
!Extra Part!
Cerita baru!!
PENTING! WAJIB BACA!
SEGERA TERBIT?
INFO BARU!
QnA yuk!
VOTE COVER!
Q n Answer 👇
Open Pre-Order!
KETOS VS WAKETOS ADA DI SHOPEE??
KABAR BAIK!

Bab 56

18.3K 978 57
Von BTRICE_

Pagi di hari Minggu yang seharusnya bisa dilewati dengan tidur sepuasnya, dan bangun kapanpun sebebasnya.

Namun, tidur Kinara pagi ini malah terganggu dengan gedoran di pintu yang entah sejak kapan mulai terdengar di telinga Kinara, dan membangunkan dirinya hingga ia tidak bisa kembali tidur dengan tenang.

"Siapa, sihhhhhh???!!!!" gumamnya malas, namun dengan suara yang cukup kencang hingga terdengar sampai keluar pintu kamar.

"Buka, Kinnnn!!" Nampaknya sang pelaku benar-benar tidak bisa membiarkan Kinara tidur dengan tenang, karena sesudahnya, gedoran kembali terdengar. Kali ini disertai teriakan yang terus menyebut namanya.

Kinara masih asik dengan kasurnya yang pagi ini terasa dingin. Dengan malas, ia menutup telinganya dengan bantal. "Berisikkkk!!"

"Kin. Ada Aldo ini di bawahhh!" Oke sekarang Kakaknya mencoba membujuknya dengan hal seperti ini? "Kin! Kalau lo masih gak mau bangun, gue suruh Aldo yang masuk kayak waktu itu, ya?!" Spontan Kinara langsung terbangun dari tidurnya, takut kalau Kakaknya akan benar-benar melakukan ancaman itu. Bagaimana tidak. Ia tidak mau kejadian saat itu terulang lagi. Sedangkan saat ini ia mengenakan baju yang sama seperti biasa ia kenakan untuk tidur.

"DIEM DI SITU! GUE KELUAR!" sahut Kinara sangat tidak santai. Dengan cepat ia berlalri ke arah kamar mandi membasuh wajahnya, menggosok gigi, lalu mengganti pakaiannya.

Setelah selesai mengganti pakaian, Kinara memutuskan untuk keluar dari kamar. Mencegah sebelum nanti Kakaknya akan nekat benar-benar menyuruh Aldo yang masuk ke dalam kamar.

Ketika membuka pintu, alangkah kagetnya Kinara menemukan kakaknya tengah bertingkah seperti sedang berpidato. "Inilah dia. Mari kita sambut Kinara. Cewek yang baru aja bangun, cuman karena diancam cowoknya dateng. Dan ternyata dia cuman dibohongin. Oke, teman-teman mari kita...." Didit menatap Kinara yang tengah mengangkat sebelah alisnya, nampak sedang berpikir. "KABURR!"

Baru tersadar kalau ternyata ia hanya dibohongi, Kinara dengan susah payah mengejar Kakaknya yang kini sudah berlari menuruni tangga. Hingga sesampainya di bawah, ia menemukan Aldo yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan Mama, yang sepertinya membukakan pintu untuk Aldo tadi.

"Eh. Do?" Kinara jadi celingukan sendiri. Mencari Kakaknya yang sekarang entah kemana.

"Hai, Kin. Udah bangun ternyata." Ada kekehan kecil diujung kalimatnya. "Aku mau ajak kamu pergi. Bisa?" Mama mengangguk ketika Aldo menatap seolah meminta ijin lewat tatapan itu.

"Mau ke mana, Do?"

Aldo tersenyum sejenak. "Mau kenalin kamu ke mama. Belum pernah ketemu, kan?" Kinara cukup kaget. Dikenalkan? Ke Mamanya? Apa itu artinya Aldo seserius itu?

Kinara jadi bingung sendiri ingin menjawab apa, hingga Mamanya menyeletuk, "Udah, Kin. Biar cepet ketemu calon besan mama, nih.." ujar Mamanya meledek.

Canggung. Kinara menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal itu dengan senyuman kaku. "I.. iya, ya udah. Bentar, aku siap-siap dulu." Setelah diangguki Mamanya dan Aldo, Kinara kembali naik ke kamar untuk mandi, dan berganti pakaian.

Hanya pergi ke rumah Aldo, dan dikenalkan ke Mamanya. Tapi itu saja sudah cukup membuat Kinara kerepotan. Bingung memilih baju. Harus merias wajahkah atau tidak.

Dan akhirnya, pilihannya jatuh pada pakaian yang ia rasa cukup sopan.

Setelah selesai mekilih pakaian, Kinara baru menyadari kalau ia baru saja membuat berantakan kamarnya sendiri. Bahkan. Lebih berantakan dari saat ia bangun tidur. "Astaga.. Cuman gara-gara mau ke rumah Aldo aja gue ampe ngeberantakin kamar gue sendiri."

Kinara memutuskan untuk merapikan kamarnya terlebih dahulu sebelum ia turun ke bawah dan menemui Aldo. Lebih baik ia menemui Aldo setelah ia selesai merapikan kamarnya, dari pada nanti saat Mamanya naik dan melihat keadaan kamarnya, ia akan kena marah.

"Akhirnyaaa.. Selesai juga," ujar Kinara ketika ia sudah selesai merapikan kamarnya. Setelah mengambil tas yang ia letakkan di samping tempat tidur, Kinara turun ke bawah untuk menemui Aldo dan Mamanya.

Ketika menuruni tangga, Kinara hanya melihat Aldo di sana. Lalu, di mana Mama dan Kakaknya? Aldo beranjak dari duduk ketika melihat Kinara menghampirinya. "Eh, Do. Kok sendiri?" tanya Kinara dengan kepala yang masih celingak-celinguk.

"Kan pasangan aku baru aja turun dari kamarnya." Kinara memukul lengan Aldo yang malah bercanda. "Lagian kamu lama banget, sih? Ngapain dulu? Mau ketemu Mama aku aja persiapannya sampe selama itu."

"Ih! Aldo! Udah, ah. Yuk." Kinara sedikit menarik tangan Aldo agar segera keluar dari rumahnya. Ia tidak mau Aldo terus meledeknya seperti itu.

"Aduh. Gak sabaran banget pengen ketemu calon mertua." Kinara kembali memukul lengan Aldo kesal. Bisa-bisanya dia masih meledek Kinara dengan keadaan wajah Kinara yang pasti sudah semerah tomat.

Aldo terkekeh kecil sembari mengacak pelan puncak kepala Kinara. "Cantik banget sih pacar aku ini. Jadi pengen aku bawa pulang aja gak usah dibalikin."

"Hush! Kamu ini, ih. Udah ah jangan ngeledek aku terus." Aldo terkekeh mendengarnya. "Kalau gak jadi pergi, aku masuk lagi ke dalem." Aldo langusng berhenti terkekeh. Dia dengan cepat langsung mengambil kunci mobilnya.

"Nanti pas sampe rumah, kalau ditanya apa-apa jawabnya iya aja, ya," ujar Aldo tiba-tiba ketika mobil baru saja keluar dari komplek perumahan Kinara.

Kinara mengangkat sebelah alisnya, ia menatap Aldo bingung. "Lho? Maksudnya? Emang kenapa?" tanya Kinara bingung.

Aldo tersenyum kecil. "Ya, iya. Biar nanti kalau ditanya kamu mau nikah sama aku atau enggak, jawabnya iya." Spontan Kinara langsung memukul lengan Aldo yang kini malah tertawa.

"Ih! Apaan sih, Doo!! Gak usah ngegombal gitu, dehhhh.." Aldo semakin terbahak-bahak ketika melihat respons Kinara yang menurutnya sangat menggemaskan itu. "Biasa yang tukang gombal itu, nanti jodohnya jauh," bohong Kinara dengan nada menakut-nakuti Aldo.

Bukannya takut, Aldo malah semakin terbahak. "Itu buat orang yang jelek." Kinara mengangkat sebelah alisnya. "Kalau orang ganteng kayak aku, mau kayak gimana juga tetep deket sama jodoh. Buktinya aku deket sama kamu, kan." Dengan kesal, Kinara memukul lengan Aldo, lagi. Hingga kini, Aldo benar-benar tidak bisa menahan tawanya.

"Emang siapa yang bilang kamu ganteng?" tanya Kinara menantang.

"Itu. Tadi kamu bilang."

"Mana? Kapan?"

"Tadi kamu bilang aku apa coba?"

"Ganteng?"

"Nah. Tuh."

"IH! ALDOOOO!" Aldo semakin terbahak. Ia merasa hari ini ia sangat bahagia. Tertawa lepas bersama Kinara. Dan bisa bersama Kinara.

"Apasi, sayang?"

"Sumpah ih, Do. Kamu belajar dari mana sih? Jadi jijik sendiri aku."

"Ya ampun, Kin. Masa jijik sama aku?" Kini gantian, Kinara yang tertswa melihat raut wajah Aldo yang sok sedih itu. "Kamu jijik juga tetep sayang sama aku, kan?" Aldo menaik turunkan alisnya. Menatap Kinara sekilas, kemudian kembali memandang lurus ke depan.

"Sayang gak, ya?" Kinara pura-pura berpikir keras.

"Oh, jadi gitu? Udah berani?" Dengan tingkat jahilnya, Aldo mengelitik Kinara dengan tangan kirinya, hingga membuat Kinara terkikik geli. Berusaha menghindar, namun sulit karena ia menggunakan sabuk pengaman.

"Do! Gak lucu ah. Udah fokus nyetir aja," omel Kinara yang langsung membuat Aldo menghentikan aksinya.

Perjalanan yang tidak begitu jauh itu, akhirnya usai ketika mobil Aldo terparkir rapi di depan rumahnya. "Yuk, Kin. Masuk." Kinara mengangguk, lantas segera melepas sabuk pengaman, dan turun beriringan dengan Aldo.

"Kok aku jadi gugup gini, ya, Do?" tanya Kinara tiba-tiba saat Aldo baru saja ingin membuka pintu.

"Biasa itu mah," ucap Aldo dengan cuek. "Itu biasa penyakit orang-orang yang mau ketemu calon mertua. Udah biasa." Aldo terkikik geli ketika Kinara mencubit pinggangnya.

"Jangan ledekin aku terus, Do." Dengan wajah cemberut yang membuat Aldo seketika mencubit pipinya, Kinara merengek.

"Iya, iya. Habis kamu lucu, sih..." Ketika Aldo membuka pintu, pemandangan pertama yang ia lihat adalah...

Mamanya tengah berbincang seru dengan..

Ginta.

"Lho? Ma?" Mamanya seketika bangkit bersamaan dengan Ginta yang ikut masuk.

Kinara menyadari betul, Ginta tengah menatapnya seolah ia menang. Ginta tengah menyombongkan diri lewat senyumannya seolah menjelaskan bahwa ia bisa lebih dekat dengan mamanya Aldo dibandingkan Kinara.

Senyuman yang masih nampak jelas di bibir Ginta itu membuat Kinara seketika ingin menampar wajahnya itu. Menyebalkan. Tahukah kamu? Bagaimana rasanya saat kamu melihat wajah songong nan menyebalkan seperti itu di depan wajahmu?

"Hai, Aldo!" sapa Ginta dengan riang.

Oke. Tidak perlu bingung mengapa Ginta tidak menyapa Kinara. "Oh, ada Kinara. Kebetulan nih, gue sama nyokapnya Aldo lagi ngobrol-ngobrol kayak biasa. Ikut, yuk."

'Kayak biasa' kata itu tercetak jelas diingatan Kinara. Seperti biasa? Ini Ginta sedang menyombongkan diri, atau tengah menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya? Kenapa kesannya seperti ia tengah menyombongkan diri di hadapan Kinara kalau ia sudah biasa seperti ini dengan mamanya Aldo?

"Oh, iya, Do. Hari ini temenin gue sama nyokap lo belanja, yuk." Ini tidakkah Ginta menyadari di sini ada Kinara.

HELLOO! DI SINI ADA PACARNYA, LHOO! Ingin rasanya Kinara menyahut, tapi ia rasa itu tidak sopan. Tentu saja.

"Maaf nih. Tapi hari ini gue full sama Kinara. Mama juga mau ketemu sama Kinara kan katanya?" Aldo berpaling menatap mamanya kemudian beralih kepada Kinara.

Kinara mengangguk sopan seraya tersenyum dan menyalami punggung tangan Mamanya Aldo. "Kinara, Tante." Mamanya Aldo tersenyum membalas Kinara.

"Kita ngobrol-ngobrol dulu aja, ya?" Ajak Aldo yang diangguki Mamanya.

Melihat Ginta yang ikut duduk tanpa dosa, Aldo langsung menyeletuk ringan, "Yang tidak berkepentingan bisa pulang aja gak?" Sindiran keras itu jelas tertuju pada Ginta yang tengah dilirik tajam oleh Aldo.

"Aldo. Udah jangan kayak gitu." Kinara jadi canggung sendiri ketika melihat Mamanya Aldo membela Ginta.

Ketika sudah masuk ke dalam percakapan inti, tiba-tiba saja perut Kinara terasa sedikit mules. "Do, Tante, saya mau ijin ke toilet dulu, ya." Aldo dan Mamanya kompak mengangguk.

"Masih inget, kan, Kin?" Kinara mengangguk menjawa pertanyaan Aldo.

"Emang Kinara pernah ke sini, Do?" tanya Mamanya ketika Kinara sudah mssuk ke dalam kamar mandi.

Aldo mengangguk pelan seraya menyeruput es jeruk yang ada di meja. "Waktu itu pernah ke sini, Ma. Mama lagi pergi, cuman ada si Mbok." Mamanya mengangguk-angguk mengerti.

Tiba-tiba saja, Ginta ikut meminta ijin untuk ke toilet. Tapi karena toilet yang dibawah sedang dipakai, maka Mamanya menyuruh Ginta untuk ke toilet yang ada di lantai 2.

☆☆☆

Sepulangnya dari rumah Aldo, Kinara langsung masuk ke dalam kamar. Tidak habis pikir dengan kejadian yang baru saja menimpanya itu. Tidak menyangka ia akan langsung mendapat kesan buruk dari Mama Aldo.

Flashback On!

Baru saja ia ingin beranjak dari duduk, ia mendengar suara jeritan dari mamanya Aldo yang saat itu tengah di lantai 2.

"ALDOOO!" Teriak Mamanya dari atas tangga.

Aldo langsung berlari menghampiri mamanya. Begitu juga Kinara dan..

Ginta yang ikut berlari di belakang Kinara.

"Kenapa, Ma? Mama kenapa teriak-teriak?" panik Aldo ketika melihat wajah Mamanya yang terlihat marah.

"Kamu lihat! Lemari Mama berantakan! Perhiasan Mama hilang semua!" Aldo langsung menoleh pada lemari di sampingnya yang memang terlihat berantakan. Begitu juga dengan kotak perhiasan Mamanya yang hilang semua itu.

"Masa ada maling di rumah ini?" celetuk Ginta dengan menekankan kata-kata maling.

Mamanya menatap Kinara tajam. "Pasti malingnya masih ada di sini."

Melihat Mamanya yang keluar kamar dengan marah, Aldo cepat-cepat menyusul. "Mama mau ke mana?"

"Mama mau cari perhiasan Mamalah!"

Tiba-tiba saja Ginta kembali menyeletuk, "Tante, coba aja cek tas-tas. Mungkin ada di tas Kinara? Atau mungkin..."

"LO GAK USAH FITNAH!" potong Aldo dengan cepat ketika Ginta menyebut nama Kinara sebagai salah satu tersangka.

Mamanya tidak menghiraukan teriakan Aldo. Ia terus melangkah hingga sampai di kursi tempat tas Kinara terletak.

Ketika membuka tasnya, jelas terlihat seluruh perhiasan Mamanya ada di dalam. Dengan keadaan yang terlihat dimasukkan secara buru-buru hingga beberapa kalung dan gelang nampak terikat-ikat kusut.

"LIHAT!" Mamanya mengeluarkan perhiasan itu dan menunjukkannya tepat di depan wajah Aldo. "LIHAT ALDO! PACAR KAMU YANG KAMU BANGGA-BANGGAKAN TERNYATA MALING! LIHAT!" Terdengar sekali kalau emosi Mama sekarang tengah meledak-ledak tak terkontrol.

"Tante. Sumpah. Kinara gak ambil semua itu. Kinara bahkan gak tau kenapa perhiasan itu ada di tas Kinara," ucap Kinara lirih. Hampir menangis. Jelas sekali bentakan Mama Aldo membuat dia sangat merasa terpojok.

"MALING MANA ADA YANG MAU NGAKU?! KAMU TAU? SAYA SANGAT TIDAK SUKA ANAK SAYA BERGAUL DENGAN MALING! APALAGI SAMPAI PACARAN!"

"Ma! Cukup! Aldo yakin Kinara gak salah!" Mamanya menatap Aldo tajam. Tak habis pikir bagaimana Aldo masih membela Kinara. "Ini pasti cuman salah paham. Kinara gak mungkin ngelakuin itu, Ma."

"Kamu lebih bela maling ini daripada Mama kamu sendiri?! Begitu?!" Ginta yang sedari tadi diam mulai bersuara.

"Sudah, Tante. Aldo cuman dibutakan cintanya. Nanti juga dia akan sadar kalau dia salah membela orang." Dengan geram Aldo maju mendekati Ginta.

Tangannya yang sudah mengepal, ia tahan agar tidak menampar wajah gadis di hadapannya itu. "Lo! Gak usah ikut campur! Gak usah sok bener!"

"Kamu! Keluar dari rumah saya!" Melihat Kinara yang ditarik oleh Mamanya secara kasar, Aldo cepat-cepat menyusul. "Saya gak sudi rumah saya didatangin oleh maling macam kamu! Baru jadi pacar Aldo aja udah berani ngambil perhiasan saya! Gimana nanti kalau kalian nikah?! Amit-amit saya punya menantu kayak kamu! Maling!"

"Ma! Cukup!" Aldo melepaskan cekalan Mamanya di tangan Kinara. Ia berusaha menenangkan Kinara yang sudah menangis. "Kin. Kamu ngomong, dong. Bela diri kamu! Aku yakin kamu gak lakuin itu!" Kinara tidak tahu lagi harus berkata apa. Seluruh kata yang ingin ia keluarkan tersangkut di tenggorokannya.

"Lihat! Dia aja gak bela dirinya! Dia gak menyangkal, Aldo! Itu jelas kalau dia sadar!" Aldo menggelengkan kepalanya lalu kembali menoleh menatap Kinara. Ia memeluk Kinara sambil mengusap kecil puncak kepala gadis itu.

"Kin. Aku tahu kamu gak salah. Kamu gak perlu takut, ya. Aku percaya sama kamu." Kinara mengangguk samar. Masih dengan air matanya yang mengalir, Aldo mengusapnya lembut.

"Sudah cukup, Aldo! Kamu ini terlalu dibutakan oleh cinta! Sadar, Do!" Mamanya menarik Aldo menjauh dari Kinara. "Kamu! Pergi dari rumah saya! Saya gak mau lihat muka kamu lagi!"

"Tante. Bukan saya yang ambil perhiasan itu. Sumpah, Tan. Bukan saya." Kinara meraih tangan mamanya Aldo yang langsung ditepis kasar.

"Jangan sentuh saya!"

"Udahlah, Kin. Lo jangan bikin mamanya Aldo makin marah. Mending lo pergi." Ginta dengan sukarela menarik Kinara keluar. Namun belum sampai gerbang, Aldo sudah menarik lengannya dengan kasar.

"Lo! Kalau lo bukan cewek, udah gue habisin sekarang juga!" geramnya sambil mendorong pundak Ginta cukup kencang sehingga Ginta hampir terjatuh.

"ALDO! Mau ke mana kamu?!" Melihat Aldo yang berjalan keluar bersama Kinara, Mamanya cepat-cepat menyusul.

"Mama suruh Kinara pergi? Ya udah. Aldo akan anter dia pulang!"

"Kamu antar dia pulang, Mama gak akan kasih kamu masuk!"

Baru ingin menyahut, ia merasakan ada sebuah tangan yang meraih lengannya. "Do. Aku bisa pulang sendiri." Aldo menoleh menatap Kinara yang kini menatapnya lirih.

Aldo menggeleng. "Aku akan tetep anter kamu. Biarin aja mau aku dikasih masuk atau enggak."

Kinara balas menggeleng. "Kalau kamu tetep maksa, aku marah, Do."

Aldo menghela nafas panjang. Sempat berpikir betapa ribetnya berada diantara pilihan ini. "Oke. Tunggu sebentar." Kinara sempat bingung, namun akhirnya ia menurut.

Entah apa yang dilakukan Aldo, namun sepertinya ia menghubungkan seseorang lewat chat. Setelah selesai, ia menatap Kinara sejenak. "Kamu bakalan dianterin. Jadi, jangan nolak." Sempat menaikkan sebelah alis, namun Kinara tidak dapar protes.

"Aldo! Masuk! Dan kamu, gak usah kebanyakan drama! Kamu punya kaki, punya tangan, punya duit. Organ tubuh kamu lengkap! Kamu bisa pulang sendiri!" Mamanya menarik Aldo masuk.

Ketika Aldo sudah masuk ke dalam, sempat Kinara lihat Ginta memandanganya sinis dengan senyum liciknya.

Kinara jadi bingung sendiri. Ditinggal sendiri, lalu Aldo bilang akan diantar. Oleh siapa?

Notifikasi pesan masuk berbunyi dari ponsel Kinara. Ternyata pesan dari Aldo.

AldoPratama
Tunggu. Jangan pulang. Sebentar lagi Kendi dateng.

"Kendi?" Baru saja ingin membalas, suara motor yang datang membuat Kinara menoleh.

"Hai, Kin." Dengan canggung, Kinara balas menyapa.

"Kok di sini? Aldo mana?"

"Di dalem."

"Trus, lo mau ke mana?"

"Pulang."

"Gak dianter Aldo?"

Mendapati banyak pertanyaan dari sosok di depannya membuat Kinara kesal sendiri. "Enggak, Jo. Lo sendiri? Ngapain?"

Jojo cengengesan. "Biasa. Ada jadwal rampok makanan hari ini." Kinara yang mengerti maksud Jojo terkekeh pelan.

Tidak lama, muncul sosok laki-laki dengan motornya. "Yuk, Kin."

"Ets! Bentar. Lo menjelma jadi ojek online sekarang, Ken?" Kendi yang mendapati pertanyaan konyol Jojo langsung menoyor kepala Jojo yang tidak menggunakan helm itu.

"Seenaknya! Ini amanat dari sepupu kurang ajar itu!" Jojo tertawa mendengar sebutan yang diberikan Kendi. Sedangkan Kinara sendiri bingung. Sepupu?

"Tunggu. Sepupu?"

"Yah. Ketinggalan jaman nih. Kendi ini sepupu Aldo. Lo belum tau?" Kinara menggeleng. Sedangkan Kendi dan Jojo hanya tertawa.

"Udahlah, biarin. Mungkin Aldo gengsi ngenalin gue sebagai sepupunya. Secara gue kan lebih ganteng." Kinara sedikit bingung ketika mendapati sifat asli Kendi yang ternyata sangat sebelas duabelas dengan Jojo dan Aldo.

"Biasa aja liatinnya. Naksir ntar!" Jojo menoyor kepala Kinara pelan membuat Kinara menoleh kesal.

"Sembarangan! Udah ah, yuk, Ken." Kendi mengangguk. Kemudian melambaikan tangannya singkat kepada Jojo.

"Jadi ojek online kalau penumpangnya bening seger, Jo!" Jojo terbahak-bahak mendengar celetukan Kendi yang langsung dihadiahi pukulan pelan dari Kinara.

Flashback Off!

"Oh, iya." Kinara mengusap air matanya. "Gue baru tau kalau Kendi itu sepupu Aldo. Kenapa Aldo gak pernah cerita?"

___________________________________

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

Cold Ketos Von terprpc

Jugendliteratur

1.1M 83.9K 80
Azka Allisya Smith, seorang gadis yang menjabat sebagai ketua osis di sekolahnya. Sifatnya yang dingin terhadap orang - orang membuatnya menjadi inca...
187K 4K 20
#5 in fiksi remaja (14 mei 2021) #20 in teenfiction (17 mei 2021) #21 in Acak (17 mei 2021) #21 in fanfiction (18 mei 2021) SQUEL SUDAH SELESAI DI SI...
14.3K 1.1K 50
Danial lelaki yang dicap sebagai lelaki dingin,datar,tak tersentuh,bahkan cuek. Hidupnya yang abu-abu, gelap tak ada warna, diluar tegar dan didalam...
210K 2.6K 8
Seorang ketua osis yang dijodohkan dengan anak pelanggar tata tertib dan anak pembuat onar demi membayar hutang nya kepada keluarga SANJAYA. Apakah m...