SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika...

By Cintaprita

4.9M 408K 71.5K

Sequel Married with senior Cinta udah Seagama udah Saling percaya udah Tinggal satu yang belum Restu orang tu... More

PRAKATA
[01] The begins
[02] Meet the gengs
[03] Gue ikut
[04] Festival
[05] Because, You
[06] Minggu, Mika dan Angkasa
[07] Rencana Angkasa dan Mika
[08] Lamaran
[09] Dilema
[10] Dinner
[11] Pengusiran
[12] Kangen Angkasa
[13] Angkasa pulang
[14] Rencana yang gagal
[15] Ketahuan?
[16] Kejelasan
INFO
[17] Kekesalan Mika
[18] Angkasa Sakit
[19] Liburan?
[20] Berangkattt!
Jadi gini....
[21] BBQ
[22] Tunangan
[23] Hamil?
[24] Putus
[25] Kawin Lari
[27] Bimbang
[28] Sebuah Keputusan
[29] See You, Mom
[30] Welcome, kebahagiaan!
[31] Bersamamu
[32] Hampir Ketahuan
[33] Gagal?
[34] Sedetik
[35] Lagi?
[36] Berakhir?
[37] Akhirnya
[38] We Don't Talk Anymore
[39] Sumber Patah Hati
[40] Hari Yang Buruk
[41] Rencana Balas Dendam
[42] Hari Pernikahan Mika

[26] Rencana

87.4K 8.1K 1.4K
By Cintaprita

Mari kita bersorak ramai buat part ini yeeee🎉🎉
Hehe😁😁

Happy reading❤






"Lo serius?" tanya Mika setelah terdiam untuk beberapa saat. Terkejut? Sudah pasti, mungkin kalau ia punya riwayat penyakit jantung sudah dipastikan ia tewas sejak tadi.

Angkasa menganggukan kepalanya.  "Serius," ucapnya tegas.

"Tapi ...."

"Cuma cara ini yang gue fikirin dari semalem."

Mika menganggukan kepala tanda setuju dengan ucapan Angkasa. "Gimana caranya?"

"Gue udah atur semuanya," ucapnya.

"Sekarang gue mesti ngapain?"

"Pertama, lo pulang ...."

"Kok pulang sih?!" sela Mika tak terima.

"Dengerin gue dulu," titah Angkasa yang akhirnya membuat Mika bungkam. "Lo harus pulang ke rumah dan bikin seolah-olah lo nerima pertunangan itu."

"Terus?"

"Lo harus yakinin orang tua lo, kalau lo udah ninggalin gue dan milih tunangan sama Riko," ucapnya.

Mika menganggukan kepalanya sembari menyimak dengan seksama.

"Setelah semuanya udah aman, lo harus keluar dari rumah dan jangan lupa siapin barang-barang yang menurut lo penting. Tapi inget, tinggalin hape lo di rumah. Nanti gue bakal beliin hape yang baru. Lo paham kan?"

"Paham."

"Hari rabu malem, gue bakal jemput lo. Gue harap lo gak kunci jendela kamar," ujar Angkasa.

"Jadi kita bakal kabur?"

Angkasa mengangguk mantap. "Kita bakal nikah hari minggunya, itu hari tunangan lo kan?"

Mika mengangguk. "Kita gak bakal ketahuan kan?" tanyanya sedikit khawatir.

"Gak akan. Asal lo jangan bilang siapapun termasuk ke semua temen-temen lo."

"Tapi Sa ...."

"Ayo, kita rubah takdir," ucap Angkasa dengan tegas.

Mika memandang Angkasa, ia melihat adanya keseriusan yang penuh tekad di kedua bola mata Angkasa, Mika suka itu. Sangat suka!

Kemudian Mika memeluk tubuh Angkasa, rasanya sangat nyaman dan ia merasa aman. Sesederhana itu ia membutuhkan Angkasa.

"Nyokap lo tahu?" tanya Mika.

Angkasa menggeleng. "Kita bakal bener-bener pergi tanpa seorangpun tahu."

"Lo yakin Sa?" tanya Mika sekali lagi.

Angkasa mengurai pelukannya. "Gak pernah seyakin ini." Ucapnya sembari menatap Mika dengan tatapan dalamnya.

Mika tersenyum bahagai, memang ini yang ia inginkan sejak dulu kan?

"Lo siap kan jadi isteri gue lagi?"

"Selalu siap," sahut Mika dengan cepat.

"Nanti gue gak akan bawa kartu debit gue, gak akan bawa banyak uang, dan kalo lo nikah sama gue gak akan ada kemewahan lagi nantinya. Lo siap?"

"Yang gue mau bukan uang lo bukan juga kemewahan. Yang gue mau cuma lo Sa," ucap Mika seyakin mungkin.

Angkasa tersenyum. "Gue udah pilih satu tempat buat kita tinggal nanti, tempatnya sejuk karena jauh dari ibu kota dan udah jelas pemandangannya bagus tapi nggak terlalu mewah, gue harap lo suka."

"Pasti, gue pasti suka. Asal sama lo, gue rela tinggalan semuanya."

Angkasa kembali membawa Mika ke dalam pelukannya. "Gue belum lamar lo," ucapnya tepat di samping telinga Mika.

"Apa harus pake acara lamaran di kondisi genting kayak gini?" tanya Mika sambil terkekeh ringan.

"Harus. Gue udah siapin semuanya."

Angkasa menguraikan pelukannya. Ia lalu mengeluarkan kotak kecil berwarna merah dari saku jas yang di kenakannya.

Angkasa membuak kotak tersebut, lalu menatap Mika yang terlihat kagum dengan cincin bertabur berlian yang Angkasa genggam.

Angkasa menghembuskan napas beratnya. "Mika, gue tahu yang bakal kita lakuin ini salah. Tapi, setelah lo duduk di samping gue saat ini, gue rasa gak ada yang salah buat mempertahankan apa yang udah kita jaga selama ini. Gue gak bisa menjanjikan sebuah kebahagian buat lo di masa depan, tapi gue janji bakal ada di samping lo mau itu saat  sedih ataupun bahagia sekalipun. Ayo kita rubah takdir tuhan, Mika will you marry me?" Angkasa menatap Mika drngan penuh harap.

Mika menutup mulutnya, matanya berkaca-kaca ia terharu. Sungguh, tak ada satu katapun yang lolis dari mulutnya.

"Sa ...."

"Gue nggak terima penolakan," ucapnya sembari mengerling jahil.

"Yes, i will!" seru Mika kelewat bahagia sampai-sampai air mata lolos dari kedua matanya.

"Hey, jangan nangis," ucap Angkasa sembari membantu menghapus pipi Mika yang berair.

"Gue seneng banget," ujar Mika.

Angkasa kemudian menggenggam jari jemari tangan Kiri Mika. Lalu ia mengeluarkan cincin dari kotak tersebut dan langsung memakaikannya pada jari manis Mika.

"Padahal lo gak perlu beli cincin, cincin pernikahan yang dulu juga masih ada," ucap Mika.

"Lo ingetkan, kita bakal ciptain dunia kita yang baru. Tentang sakit hati, kesedihan dan kekecewaan semuanya harus di tinggalin. Gue mau ngemulai semuanya lagi dari awal, sama lo."

"Sa, rasanya gue gak bisa jatuh cinta lagi selain sama lo."

"Bagus. Jangan berubah, karena gue mau lo cinta sama gue doang. Sebut gue egois, karena emang pada kenyataanya gue gak pernah rela liat lo sama cowok lain."

"Sa, jangan pernah tinggalin gue. Tanpa lo ... jiwa gue hampa," ucap Mika.

Tangan Angkasa terangkat untuk menuyntuh sebelah pipi Mika. "Gak akan. Mungkin kalo itu terjadi, gue udah gila."

"Gue sayang sama lo, Sa." Mika menatap lekat wajah Angkasa dan cowok itupun sebaliknya.

"Gue jauh lebih sayang sama  lo."

CUP

Angkasa mencium bibir Mika dengan penuh perasaa, ia menyalurkan semua rasa cintanya lewat ciuman tersebut. Ia ingin membuktikan kalau apa yang di katakannya adalah sebuah kebenaran.

Beberapa saat kemudian ciuman tersebut terlepas namun keduanya tetap mendekatkan kepalanya. Mika tersenyum lebar, Angkasa pun sama.

"Tujuan, cita-cita, harapan, keinginan. Semua itu gak berarti apa-apa saat lo ada di hadapan gue," ucap Angkasa dengan tulus. Ia mengusap pipi Mika lembut.

"Gak ada yang bisa pisahin kita, termasuk takdir."

"Ada satu hal yang ganggu gue buat saat ini," ucap Angkasa.

Mika mengerutkan dahinya. "Apa?"

Angkasa menjauhkan wajahnya, kemudian menggengan tangan Mika. "Kita bakal nikah, nggak nutup kemungkinan kita bakal punya anak. Tapi, masa iya selamanya kita ngomong pake gue-lo terus. Gue mau kita ganti pake aku-kamu. Lo bisa?"

"Tapi ... aneh," komentar Mika, sejujurnya itu sangat menggelikan.

"Coba dulu," titah Angkasa.

"Lo duluan deh."

Angkasa mengulum senyumnya. "Kamu gak akan nyesel kan nikah sama aku?" tanya Angkasa sembari menaik turunkan alisnya.

Mika berdehem. "Ak ... aku gak akan nyesel."

"Tuh bisa!" seru Angkasa.

Lalu keduanya sama-sama tertawa. Memang aneh sih rasanya, tapi buat Mika Angkasa adalah segalanya.

                   °         °          °

Mika nenelan ludahnya susah payah, kini ia tengah berdiri kaku tepat di depan pintu rumahnya.

Padahal baru dua hari ia meninggalkan rumah, tapi entah kenapa rasanya ia sangat asing dengan semua suasana rumah.

Angkasa tadi langsung mengantarkannya pulang.

Mika setelah memantapkan tekadnya lalu membuka pintu rumah.

CEKLEK

"MIKA!"

Begitu pintu rumah terbuka, seruan dari arah dalam langsung terdengar nyaring di telinganya.

Peni langsung saja menghampiri Mika dan memeluknya dengan erat. "Kamu dari mana aja? Mama udah nyari kamu di semua tempat, tapi gak ketemu," Mika merasakan kalau punggung wanita paruh baya itu bergetar, mamanya menangis.

Mika diam tertegun, apa rencananya dengan Angkasa adalah keputusan yang terbaik untuk semuanya.

Peni menguraikan pelukannya lalu menatap Mika dengan pandangan bersalahnya. "Kamu udah makan belum?" tanyanya sembari menarik lengan Mika ke meja makan. "Pasti belum kan? mama udah masak banyak banget buat kamu," ucapnya.

Mika duduk di salah satu kursi meja makan. Lalu melihat mamanya yang tengah menuang nasi dan lauk ke atas piring.

"Kamu makan ya, kamu pasti laper" Peni meletakan piring berisikan beberapa jenis makanan ke hadapan Mika.

"Ma ...."

"Nanti aja ngomongnya, kamu makan dulu," sela Peni.

Mika menurut, padahal ia sudah makan tapi melihat niat tulus Mamanya mau tak mau ia kembali memakan hidangan tersebut.

"Jangan kayak gini lagi sayang, mama panik," ucap Peni setelah melihat putri semata wayangnya itu menyelesaikan makannya.

Mika mendongak. "Aku udah buat keputusan ma."

"Keputusan?"

Mika mengangguk. "Aku bakal terima pertunangan ini."









Apakah ada yg mencium bau-bau tidak enak??😂😂



See ya💕

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 41.5K 55
Sial bagi Sava Orlin setelah melihat lembar penetapan pembimbing skripsinya. Di sana tertulis nama sang mantan calon suaminya, membuat gadis itu akan...
760K 10K 31
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
6.1M 317K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
619K 99K 39
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...