Ketos VS Waketos [SUDAH TERBI...

By BTRICE_

2M 117K 3.9K

[SUDAH TERBIT-PART MASIH LENGKAP] ... Kata orang, jangan terlalu benci. Nanti bisa jadi cinta. Bener gak sih... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
🎉 HAPPY 1K READERSSSSSSS 🎉
Bab 45
Q&A >> DIJAWAB
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Dibaca, yaaa
haiii
!Extra Part!
Cerita baru!!
PENTING! WAJIB BACA!
SEGERA TERBIT?
INFO BARU!
QnA yuk!
VOTE COVER!
Q n Answer 👇
Open Pre-Order!
KETOS VS WAKETOS ADA DI SHOPEE??
KABAR BAIK!

Bab 51

19K 973 147
By BTRICE_


"SIAPAPUNNNN....." Kinara masih berusaha mencari pertolongan. Dengan nafasnya yang mulai sesak, ia berusaha kembali berteriak. "TOLONGGG!" Tangannya kembali mengetuk-ngetuk pintu yang menjadi tempat sandarannya.

"Kinara?"

"TOLONNGGG! HATTCHHI!"

"Lo mundur ya, jangan deket-deket sama pintu." Kinara menurut, ia bangun dan mundur menjauh dari pintu. Hidungnya sudah merah, entah sudah berapa kali ia bersin-bersin seperti ini.

BRAAAKK!

Pintu terbuka lebar, Kinara langsung berlari berhambur keluar memeluk sosok cowok yang telah menyelamatkannya.

"KENDIII!!" Kinara melepaskan pelukannya karena seketika ia ingin bersin.

"Lo gak apa-apa?" Kinara masih berusaha menetralkan nafasnya.

"Hattchi! Eng.. Hattchii!" Cowok itu menggeleng seraya tersenyum kecil.

"Lo kenapa?"

"Gue gak bisa kena debu.. Hattchiii!"

"Lo kok bisa sih kekunci di gudang kayak gitu?"

"Enggg...." Kinara nampak berpikir sejenak. "Gue.. gue dikunciin sama orang. Tapi gue gak tau siapa." Bohong. Ya. Entah apa yang melandasi ia harus berbohong. Tapi, yang ada di pikiran Kinara, kalau ia menyebut itu Ginta, bisa saja Ginta semakin berbuat lebih padanya.

"Lo mau pulang?" Kinara mengangguk pelan. "Mau gue anter?" Baru saja Kinara mengangguk, namun suara bantahan dari arah belakang mereka menghentikan gerakannya.

"Dia pulang sama gue."

"Eh, Do. Ya udah. Kalau gitu, gue duluan, ya." Kinara mengangguk seraya tersenyum. Sedikit lega karena bersinnya sudah mereda.

"Duluan, Bro." Aldo membalas jabatan tangan ala cowok dari Kendi.

Kinara berlajan menghampiri Aldo dengan senyum mengembang. "Kok kamu tahu aku di sini?"

"Tadi ketemu Bu Kaira, katanya kamu lagi di gudang naro buku sama Ginta. Begitu denger nama dia, ya aku gak yakin. Makanya aku susul kamu."

Flashback On!

"Nyari siapa kamu? Celingak-celinguk begitu," celetuk seseorang dari belakang Aldo yang membuat Aldo terlonjak kaget.

"Eh, ibu, ngagetin aja," ujar Aldo cengengesan. "Saya nyari pacar saya, Bu. Masa nyari Ibu." sambungnya lagi dengan seringai jahilnya.

"Heran saya. Kok Kinara mau sama kamu?" Aldo memasang tampang sombongnya yang membuat Bu Kaira memutar bola mata.

"Karena saya ganteng, Bu." Dengan percaya dirinya, ia tersenyum. Bu Kaira malah menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Pacar kamu tuh lagi saya minta tolong buat naro buku yang gak kepake di gudang sana Ginta. Rajin, gak kayak kamu." Seketika Aldo hanya terfokus pada nama Ginta.

"Makasi, Bu infonya! Lope-lope tiga ribuuuuu!" ujar Aldo setengah berteriak sambil berlari meninggalkan Bu Kaira yang masih geleng-geleng tak habis pikir dengan muridnya yang satu itu.

Flashback Off!

"Kamu dikunciin Ginta, kan?" Aldo bertanya. Lebih tepatnya, seperti mendesak bahwa Kinara benar-benar harus jujur.

Tatapan Aldo serius. Seolah dia tidak akan memaafkan siapapun yang sudah berbuat ini pada Kinara.

"Kok Ginta?"

"Jangan bohong, Kin. Aku tau, pasti Ginta, kan?" Kinara masih belum menjawab. "Kamu gak usah takut. Jujur aja. Ada aku yang jagain kamu." Kinara mengangguk ragu. Sebenarnya ia bukan takut. Hanya tidak ingin masalah besar terjadi. Ia hanya sedang tidak ingin mencari masalah.

"Sekarang kita pulang, ya." Kinara mengangguk.

"Gimana bersinnya? Udah mendingan?" tanya Aldo ketika mereka tengah berjalan melewati koridor.

"Udah kok, cuman hidungnya agak sakit aja bersin terus," jawabnya diiringi tawa kecil.

Aldo ikut tertawa kecil. "Lain kali, kalau Ginta macem-macem lagi, bilang sama aku."

"Gak usah segitunya lah, Do. Aku masih bisa kok hadepin dia sendiri." Aldo menghela nafas singkat. "Lagian, aku bisa jaga diri," lanjutnya.

"Kalau kamu bisa jaga diri, masa bisa kekunci tadi di gudang? Untung ada Kendi, kan?" Gantian, Kinara kini menghela nafas panjang seraya menatap Aldo.

"Itu kan lagi lengah. Tapi mulai dari sekarang, aku hati-hati, kok." Aldo mengacak kecil puncak kepala Kinara. Gemas. "Jangan diacak-acak, Do. Berantakan jadinya, kan.." protes Kinara mendumel dengan tanganya yang sibuk merapikan rambutnya.

Aldo tersenyum singkat, kemudian tatapannya beralih ke depan. "Masih cantik kok. Tenang aja."

Seketika Kinara memukul lengan Aldo membuat Aldo mengaduh kesakitan, walau sebenarnya tidak begitu sakit. "Dipuji kok malah nyerang? Pacar aku yang satu ini ganas banget.." gemasnya seraya mencubit pipi Kinara.

"ALDOOOO!" Kinara berlari, mengejar Aldo yang sudah menghindar lebih dulu. "Sakit tauuuuu!" Aldo hanya tertawa mendengar seluruh ocehan Kinara. Segala protesnya.

Hari itu, Aldo berdoa. Semoga Kinara, akan menjadi miliknya selamanya. "Udah, ah. Jangan kayak bocah. Yuk pulang." Kinara mencibir.

Ia berjalan mendekati Aldo dengan bibir yang masih sibuk mendumel, "Kamu duluan yang cari gara-gara."

"Aku mah carinya kamu. Ngapain cari gara-gara," ucapnya dengan cuek. Seolah tidak memikirkan bagaimana keadaan Kinara sekarang yang pipinya sudah memerah.

"Jangan kebanyakan gombal, Do. Gak bagus," ucap Kinara dan langsung membuat Aldo menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Nanti aku punya penyakit jantungan, gimana?" Aldo tertawa keras. Tawa bahagia yang rasanya tidak ingin ia tukar dengan tawa lainnya. Ia bahagia. Sungguh hanya dengan hal sekecil itu.

"Kok malah ketawa sih? Gariing ya? Iya, tau kok."

Aldo menggenggam kedua tangan Kinara lembut. "Salah kalau aku ketawa karena aku bahagia?" Kinara tersenyum tertahan. Entah, bingung harus merespons seperti apa. "Udah ah, yuk, pulang." Aldo tahu Kinara sedang salah tingkah karena ditatap olehnya. Maka dari itu ia hanya tersenyum jahil kemudian mengiyakan ajakan Kinara.

Aku harap, Tuhan. Kau mengijinkan aku untuk bisa selalu menjaga gadis kesayanganku ini. Sungguh, jangan jauhkan aku darinya. Jangan pisahkan aku darinya. Aku harap, takdir mengijinkan keinginanku ini.

☆☆☆

Sesampainya di rumah, bukannya senang, atau bahagia karena kejadian bersama Kinara tadi, Aldo malah mendapati rumahnya didatangi Ginta. Entah apa maunya anak itu hingga ia harus datang ke rumah, dan berbicara dengan begitu akrabnya dengan Mamanya. ataukah ini salah satu triknya agar bisa dengan mudah dekat lagi dengannya?

Ketika Aldo masuk, benar saja dugaannya. Mamanya menyapanya dengan senyuman dan meminta Aldo untuk bergabung. "Udah pulang? Sini, temenin Ginta ngobrol dulu. Mama mau masak makan malem."

Ketika Mamanya mulai beranjak, dengan cepat Aldo menyahut. "Suruh pulang aja anakanya. Aldo mau istirahat." Ketus? Jangan ditanya. Aldo sudah berujar dengan sangat ketusnya, tapi Ginta tidak bereaksi. Tidak cepat-cepat bangun karena merasa tersinggung, atau hal lainnya.

"Kok gitu? Gak boleh gitu dong, Aldo. Gimana pun Ginta kan tamu. Gak sopan ngusir tamu," ujar sang Mama diiringi senyum kemenangan dari Ginta yang membuat Aldo muak seketika.

Aldo menatap malas Ginta. "Tamu juga harusnya tau diri, tidak datang, dan mengganggu istirahat pemilik rumah." Sungguh. Aldo heran. Tidakkah harusnya Ginta sadar dan pamit saat itu juga. Harus disindir dengan sindiran apalagi hingga Ginta bisa sadar?

Baru juga melangkah 2 langkah, Mamanya sudah memanggil kembali namanya. "Aldo, Mama gak pernah ajarin kamu gak sopan kayak gitu." Oke. Cukup. Kalau Mama sudah seperti ini, tidak bisa dibantah lagi. Tidak bisakah Ginta pamit saat itu juga? "Ayo Aldo." Dengan malas Aldo melangkah mendekat.

"Ginta, tante tinggal ke dapur dulu, ya." Ginta mengangguk dengan anggunnya. Eh, lebih tepatnya sok anggun sih kalau kata Aldo.

Setelah Mamanya pergi, Aldo beralih menatap Ginta tajam. "Tahu diri dikit kek. Gak bisa apa lo pulang aja?!" Ginta malah tersenyum. Masih dengan senyum kemenangan karena Aldo gagal mengusirnya tadi.

"Gue kan masih mau disini. Udah lama gak ke sini. Kangen juga sama nyokap lo." Aldo memutar bola matanya malas. Tak minat mendengar alasan basi yang keluar dari mulut Ginta. "By the way, gue boleh main ke kamar lo gak? Gue kangen suasana kamar lo. Gue mau liat-liat aja."

Aldo mendelik tajam. "Enak aja! Enggak ada ya! Lo kata kamar gue tempat rekreasi apa?!" Ginta malah memasang wajah cemberutnya, yang sekarang malah membuat Aldo jijik setengah mati.

Ginta mulai memutar arah duduknya jadi menghadap Aldo. "Sebentar doang kok, Do. Boleh, ya????" rengeknya.

Aldo menepis tangan Ginta yang mulai mencoba meraih tangannya. "Gue bilang enggak, ya enggak!"

"Ayolah, Do. Gue janji kok gak lama-lama. Atau gue ijin sama nyokap lo langsung aja, ya?"

Aldo menatap sinis Ginta. "Gih, coba sana! Pasti gak akan dikasih! Yang ada lo langsung diusir!" Ginta yang merasa ditantang langsung bangun dan beranjak menuju dapur menghampiri Mamanya Aldo.

Sedangkan Aldo yang ditinggal sendiri sudah sangat senang karena ia berpikir Ginta akan dimarahi oleh Mamanya. Tapi nyatanya, harapannya tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Ginta balik dengan senyum merekah. Bukan wajah sedih, atau kesal, atau malu karena habis diusir. "Yuk. Diijinin kok." Aldo menganga seketika. Apa yang ada dipikiran Mamanya itu?

"Kalau ngibul jangan kelewatan." Aldo masih tak percaya. Ginta mengendikkan bahu tak peduli yang membuat Aldo langsung berlari ke dapur. Sialnya, Mamanya mengiyakan.

"Gimana? Udah percaya? Ya udah yuk cepetan, gue udah gak sabar mau liat-liat." Dengan semangatnya Ginta menarik lengan Aldo yang langsung ditepis oleh Aldo. "Guenya gak mau. Gue rasa lo tahu kan, kalau pemilik rumah tidak mengijinkan, lo gak bisa memaksa untuk masuk. Sama kayak kamar gue, lo gak bisa memaksa masuk kalau gue gak ijinin. Ngerti?!"

Lagi-lagi Ginta memasang wajah cemberutnya. Dengan nada memelas, ia merengek, "ayolah, Dooooo."

Aldo menaikkan sebelah alisnya. "Emang penting banget, ya? Sampe lo harus ngerengek-rengek gini." Ginta mengangguk mantap.

"Guenya gak mau. Percuma lo maksa-maksa gue kayak gini. Mending lo pulang aja sana!"

Ginta kembali mengerucutkan bibirnya. "Gue bakal pulang setelah lo ijinin gue untuk liat-liat kamar lo. Tapi, kalau gak diijinin, mungkin gue akan lebih lama di sini." Mata Aldo membelalak. Bagaimana mungkin ia harus berada di pilihan paling meribetkan seperti ini. Tidak sulit memang kalau ingin Ginta cepat pergi. Hanya mengijinkannya masuk kamar, lalu 2 detik kemudian ia mengusirnya. yang penting melihat-lihat kan?

"1 jam selesai gue balik."

Wait, gimana? 1 jam? "Gak ada ya! 2 menit aja! Ngapain lama-lama?!"

Ginta menggeleng keras. "Gak bisa, Do. 2 menit mana puas?" Aldo sudah sangat geram. Puas dia bilang? Memang ini taman rekreasi?!

Ide muncul di benaknya. "1 menit, atau gak sama sekali?!" Ancaman itu terlintas di benaknya. Namun sialnya, pertahanannya runtuh ketika Ginta balik mengancam, "30 menit, atau gue gak pulang sama sekali??" Senyuman licik terbit saat itu juga. Oke, dia menang, pikir Aldo.

Pasrah. 30 menit membiarkan Ginta di dalam kamarnya. Apa mau anak ini sebenarnya?

Setelah sampai di depan kamar, Aldo tidak langsung membuka pintu, ia menatap Ginta tajam. "Inget! 30 menit doang! Gak lebih!" Ginta mengangguk mantap. Setelah pintu terbuka, Ginta langsung menghambur masuk. tempat pertama yang ia datangi adalah tempat tidur Aldo. Ginta langsung menjatuhkan tubuhnya di sana.

"Bangun! Jangan tiduran di kasur gue!!!" kesal Aldo.

"Bentar doang, Do." Aldo langsung memutar bola mata malas, dan berjalan keluar kamar. Belum sampai meraih gagang pintu, Ginta sudah lebih dulu menahan tangannya. "Temenin gue, dong. Gue gak jamin gue akan jaga kerapihan di sini kalau lo gak temenin." Aldo benar-benar pasrah, padahal ia sudah sangat lelah, tapi kenapa bukannya langsung istirahat dia malah jadi harus meladeni Ginta seperti ini. Ia melangkah masuk dan duduk di atas tempat tidur memperhatikan Ginta yang masih sibuk mondar-mandir.

"Jangan sentuh itu!" tegasnya ketika Ginta hampir menyentuh bingkai fotonya bersama Kinara di pojok kamar.

"Oups. Oke." Ginta tidak jadi menyentuh bingkai itu walau sangat ingin baginya membanting foto itu.

"By the way, Do. Foto kita berdua mana? Pasti lo masih simpen, kan?" tanya Ginta dengan percaya dirinya.

"Udah gue bakar!" sahut Aldo tak selera.

"Kenapa dibakar? Lo takut gak bisa move on karena masih nyimpen foto gue?"

Aldo langsung menatap sinis. "Maap-maap aja neng, move on dari orang yang udah nyakitin mah gampang!" sahutnya lagi membuat Ginta malah mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum sinis.

Lama menunggu Ginta yang tidak capek-capeknya muter-muter membuat Aldo mengantuk. Ditambah lagi ia sudah sangat lelah. 20 menit sudah berlalu dengan dirinya yang hanya menatap Ginta mondar-mandir. Tanpa sadar, matanya terpejam. Aldo tertidur.

"Do? Ini kotak apa?" Tepat saat Ginta berbalik badan, ia melihat Aldo tengah tertidur pulas dengan posisi duduk di tepi tempat tidur dan bersandar pada dinding. "Tidur?" Senyuman merekah sudut bibir Ginta. Ide licik terlintas di otaknya. Ginta berjalan menutup pintu kamar Aldo yang masih terbuka sedikit.

___________________________________

Cuman mau kasih tahu kalau bab ini termasuk bab yang beda lhooo sama versi novel wkwk.

Bukan bab ini aja. Masih ada part lain yang gak ada di versi wattpad. Yakin masih mau nunda PO-nya??

Yuk, langsung order aja. Checkout di shopee sekarang!

Follow:
BTRICE_


Continue Reading

You'll Also Like

514K 11.1K 40
(COMPLETED) Arka Devano,laki laki yang memiliki segalanya. Ia sangat membenci Aira reymala,gadis yang selalu tertutup. Karena Arka,dunianya hancur. A...
210K 2.6K 8
Seorang ketua osis yang dijodohkan dengan anak pelanggar tata tertib dan anak pembuat onar demi membayar hutang nya kepada keluarga SANJAYA. Apakah m...
733K 20.2K 63
Bukan penulis beneran, ok;) Jangan lupa tambahkan ke reading list kalian ya... Happy reading !! cover by pinterest.
616 63 32
Setahun telah berlalu sejak gadis manis itu melepas masa Sweet Seventeennya. Sebuah masa di mana seumuran gadis cantik itu telah memasuki jenjang p...