Ketos VS Waketos [SUDAH TERBI...

By BTRICE_

2M 117K 3.9K

[SUDAH TERBIT-PART MASIH LENGKAP] ... Kata orang, jangan terlalu benci. Nanti bisa jadi cinta. Bener gak sih... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
🎉 HAPPY 1K READERSSSSSSS 🎉
Bab 45
Q&A >> DIJAWAB
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Dibaca, yaaa
haiii
!Extra Part!
Cerita baru!!
PENTING! WAJIB BACA!
SEGERA TERBIT?
INFO BARU!
QnA yuk!
VOTE COVER!
Q n Answer 👇
Open Pre-Order!
KETOS VS WAKETOS ADA DI SHOPEE??
KABAR BAIK!

Bab 49

18.8K 1.2K 75
By BTRICE_


"Kinara?" Tiba-tiba seorang cowok datang menghampiri Kinara dan Kendi yang tengah asyik mengobrol. Dengan wajah bingungnya, cowok itu mendekat ke arah Kinara dan Kendi.

Kinara menoleh, dan mendapati cowok itu sudah ada di depannya. "Nangis? Diapain lo sama Kendi?" Kendi yang merasa namanya disebut langsung terkejut.

"Ah? Enggak. Bukan," potong Kinara cepat.

"Terus? Itu mata kenapa? Kelilipan? Gue gak percaya sama cewek yang nangis, terus bilang matanya kelilipan." Seakan tahu isi pikiran Kinara yang sudah menyiapkan alasan, cowok itu langsung menyerocos.

Kinara menghela nafas singkat. "Jojo. Gue gak nangis. Emang kelilipan." Cowok yang ternyata adalah Jojo itu hanya mengangjat sebelah alisnya tak percaya.

"Masa kelilipan sampe sembab gitu." Jojo kembali mengeluarkan hasil pemikiran menurut logikanya. "Ya udahlah, ya. Gue ke sini cuman bantu Aldo nyariin lo. Dia keliatan khawatir banget sama lo. Lo temuin deh tuh dia. Kayaknya lagi nyari lo ke area lapangan." Kinara berpikir sejenak. Ia sangat malas menemui Aldo untuk saat ini.

"Iya. Nanti. Sekarang gue mau ke kelas." Jojo menggeleng mantap membuat Kendi yang sedari tadi diam mengernyit. 'Ada apa?'

"Sorry, kalau gitu, gue duluan ya. Bye Kinara. Bye Jojo." Kinara balas melambaikan tangan sedangkan Jojo hanya mengangguk ala cowok sok cool. Tidak cocok. 1 kalimat 2 kata itu yang terlintas di benak Kinara ketika melihat Jojo yang tengil. Tiba-tiba jadi alim dan cool.

"Ayo. Gue antar." Kinara menoleh menatap Jojo yang sudah menatapnya serius.

"Gue sendiri aja." Tanpa menunggu jawaban Jojo Kinara sudah lebih dulu berjalan melewatinya menuju lapangan. Tempat yang tadi Jojo katakan kalau Aldo sedang mencarinya.

Setibanya di sana, Kinara tidak menemukan Aldo. Ia berjalan mengitari lapangan, tapi juga Aldo tidak terlihat.

"Udah pergi kali ya?" gumam Kinara seraya memperhatikan sekitarnya. "Ah, ya udahlah ya." Kinara memutuskan untuk kembali ke kelas.

Baru saja ingin berbalim dan menuju koridor, ia sudah dihadapkan oleh orang yang benar-benar tidak ingin dijumpainya.

"Kenapa kabur tadi?" tanyanya membuat Kinara hanya menghela nafas singkat. Jengkel. "Gak suka liat gue peluk cowok lo?" Orang yang tidak lain adalah Ginta itu tersenyum miring.

"Dia cowok gue. Wajar gue gak suka lo main peluk dia kayak gitu," sahut Kinara tegas.

"Cuman pacar, kan? Jangan lebay." Nada bicaranya seperti menantang Kinara membuat tangan Kinara terkepal. "Berarti kalau lo yang peluk-peluk boleh? Murah!"

"Jaga mulut lo itu!" tukasnya dengan jari telunjuk yang tepat berada di depan wajah Ginta. Hanya tersisa beberapa senti, kemungkinan kalau Kinara lupa ia sudah mencolok 2 mata cewek di hadapannya ini.

"Mending lo jauhin aja Aldo," ucap Ginta santai tanpa beban seakan ia tengah memerintah seekor kucing untuk pergi.

Kinara mengangkat sebelah alisnya menantang. Ia merasa tidak perlu takut menghadapi Ginta. "Kenapa? Apa urusan lo?" tanyanya sengit membuat Ginta lagi-lagi menyeringai licik.

Ginta sedikit memajukan tubuhnya dan berbisik di telinga Kinara. "Karena gue mau balikan sama Aldo. Aldo juga pasti mau balikan sama gue. Secara dulu hubungan kita itu indah banget. Penuh kenangan." Seolah pamer Ginta dengan enteng mengucapkannya.

Kinara tertawa hambar. "Kalau Aldo mau, dan ngomong langsung ke gue, gue akan minta putus duluan, dan gak ganggu lo. Tapi sayangnya itu lo yang ngomong, gue gak percaya." Ginta mengepalkan tangannya singkat seolah menahan emosi.

"Gue tunggu kabar putus kalian." Ia lagi-lagi menyeringai kecil. "Gue rasa Aldo masih sayang sama gue. Kalau dia gak sayang, mana mungkin dia terima pas gue peluk." Ginta tersenyum miring. Puas karena ia berhasil memanas-manasi suasana hati Kinara.

Kinara tidak menyangkal. Ia juga berpikir mengapa Aldo tidak mengelak sama sekali. Apa mungkin benar? Aldo masih menyayangi mantannya ini?

"Lo gak sadar? Lo itu cuman pelampiasan dia saat gue gak ada. Dia itu cuman sayang sama gue. Bukan sama lo," lanjutnya lagi. Dan kini Kinara diam. Ia masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. "Kasian banget sih cuman dijadiin pelampiasan." Ginta tertawa mengejek. Membuat Kinara jengah kemudian pergi dari sana. Ia tidak ingin hilang kendali kemudian menampar cewek itu. Ia tidak ingin membuat masalah di sekolah. Jabatannya sebagai Wakil Ketua OSIS tentu saja bisa memcemarkan nama sekolah akibat kelakuannya itu.

"Lho? Kin. Baru aja mau gue cari," ucapan Debi hanya terdengar melintas di telinga Kinara. Setelahnya, ia menenggelamkan wajahnya di atas meja. Bukan menangis, hanya merusaha sekuat mungkin meredam emosinya kepada Ginta.

"Lo kenapa?" Pertanyaan Alika membuat Kinara menggeleng singkat.

"Masih karena masalah tadi?" Kinara diam. Tidak menjawab. Tidak menggeleng, tidak mengangguk juga. "Biar gue samperin itu anak. Kurang ajar banget main peluk-peluk cowok orang! Gak tau malu!" Tidak mendapat jawaban dari Kinara membuat Debi habis kesabaran. Namun, sebelum ia pergi, Kinara lebih dulu berhasil menahan tangan Debi.

"Gak usah. Nanti malah jadi masalah. Lo bisa ditarik ke ruang kepsek kalau nekat," ucap Kinara mengingatkan. Bagaimana pun, ia tidak mau berurusan dengan Bu Kaira, atau guru-guru lain yang akan menginterogasi mereka nantinya.

"Kita gak salah, Kin," tegas Debi cuek.

"Tapi dengan membuat keributan di sekolah itu suatu hal yang salah, Deb." Baru Debi ingin kembali menyahut, Kinara sudah lebih dulu melanjutkan ucapannya. "Ini masalah gue. Biar gue yang urus. Lo cukup dukung gue aja." Debi menghela nafas panjang kemudian kembali duduk di tempatnya.

"Kalau dia ganggu lo, atau ngomong apa pun itu yang bikin lo kepikiran, lo harus cerita ya, Kin." Kinara mengangguk singkat merespons ucapan Alika.

"Gue butuh menenangkan diri. Dan kayaknya nanti gak langsung pulang. Gue mau mampir ke suatu tempat dulu." Debi dan Alika mengangguk kecil. "Jadi, kalau ada yang nanyain gue ke lo pada, jangan kasih tau." Lagi-lagi mereka hanya mengangguk patuh.

☆☆☆

"Lo udah ketemu Aldo, Kin?" Celetukan Debi saat pulang sekolah hanya dijawab sebuah gelengan dari Kinara.

"Kalau lo udah tenang, gue saranin temuin Aldo. Kalian harus selesain ini. Jangan menghindar, Kin. Lo harus dengerin penjelasan Aldo." Alika yang tengah merapikan mejanya ikut menyeletuk.

Kinara tersenyum kecut mendengar ucapan Alika. "Liat nanti aja." Setelahnya ia buru-buru menggendong tas pada kedua pundaknya itu. "Duluan." Debi dan Alika hanya mengangguk kecil.

Baru saja Debi dan Alika ingin keluar dari kelas, mereka sudah berpapasan dengan Aldo. Dibelakangnya ada Andre dan Jojo yang berlari-lari sambil terus menyebut nama Aldo.

"Aldo gila! Main lari-larian di koridor. Untung gak jatoh kita gara-gara nyempil-nyempil. Tahu koridor masih rame malah lari-larian," oceh Jojo sambil mengatur nafasnya.

"Gila lo. Ngapain coba buru-buru amat ampe ini hp ketinggalan," ujar Andre sambil menyodorkan ponsel milik Aldo. Tanpa mengatakan apa pun, Aldo mengambil ponsel itu dan memasukkannya ke dalam saku celana.

"Kinara mana? Kok cuman berdua?" tanyanya langsung to the point.

"Udah pulang," jawab Debi singkat.

"Huftttttt!" Aldo mengacak rambutnya frustasi. Susah sekali sepertinya hanya ingin menemui Kinara dan menjelaskan semuanya kalau itu hanya salah paham.

Alika yang menyadari sikap Aldo hanya berdecak kecil. "Lo harusnya tau apa yang dirasain Kinara. Dia cuman butuh waktu, Do. Coba kalau lo yang ada di posisi dia." Aldo mengela nafas kasar.

"Cewek sensitif, Do," sambung Debi yang diangguki Alika.

"Kayak pantat bayi."

Semua mata langsung tertuju pada satu orang yang baru saja menyeletuk tidak jelas. "Perusak suasana! Masih aja sempet-sempetnya bercanda," oceh Debi pada cowok yang tidak lain adalah Jojo.

"Kan biar suasananya gak tegang gitu. Biar gak sedih." Debi memutar bola matanya malas ketika mendengar alasan Jojo yang sangat santai.

Aldo berlari kecil sembari berteriak samar. "Gue duluan. Mau ke rumah Kinara." Baru saja Alika ingin membuka suara, Debi sudah lebih dulu menginjak kakinya.

"Gue cuman mau bilang kalau Kinara gak di rumah," ucap Alika yang tahu maksud Debi menginjak kakinya.

"Biarin aja. Kalau pun lo kasih tau, kita juga gak tau Kinara ke mana, kan? Biarin aja dia cari Kinara." Alika mengangguk kecil.

"Semoga aja Aldo gak lupa ngambil kunci mobilnya yang ada di gue." Jojo menyeletuk dengan santai membuat semua yang ada di sana memperhatikannya dengan raut wajah bingung.

"Kunci mobil Aldo ada di lo?" tanya Andre dan dibalas anggukan oleh Jojo yang mengangkat sebuah kunci mobil di tangannya.

"Lah?" Alika hanya tidak habis pikir dengan sikap Jojo.

"BEGO! KOPLAK!" Andre dan Alika sudah tertawa terpingkal-pingkal ketika Debi dengan kesalnya menyahut dan merutuki kejahilan Jojo.

"Gimana bisa coba?" tanya Andre kemudian.

Jojo terkekeh kecil. "Kan tadi jatoh pas dia lari-lari di koridor. Ya gue pungut lah, dari pada di ambil orang terus mobilnya digondol maling." Tawa kembali terdengar ketika Jojo menjelaskan kronologi hingga kunci mobil itu berada di tangannya.

☆☆☆

Kinara melamun sepanjang jalan, memikirkan perkataan Ginta yang masih melekat jelas di otaknya.

"Lo gak sadar? Lo itu cuman pelampiasan dia saat gue gak ada. Dia itu cuman sayang sama gue. Bukan sama lo."

"Lo itu cuman pelampiasan dia."

Apa iya? Otak Kinara rasanya bekerja lebih cepat. Bahkan lebih cepat dibandingkan Kinara harus berusaha mengingat rumus matematika saat ulangan.

"Pelampiasan?" Kinara menggumam kecil kalimat itu sembari sesekali memperhatikan kaca jendela taksi yanh sedang ia tumpangi..

Tujuannya hanya satu.

Suatu tempat yang tenang, dan bisa Kinara jadikan tempat mengadu.

Sesampainya di sana, ia berjalan menelusuri trotoar kemudian pangkahnya berhenti tepat pada tepi danau.

"Katanya ini cocok buat yang lagi sedih." Kinara tertawa hambar sembari berbicara pada air danau yang tenang.

Hari sudah sore, matahari hampir tenggelam. Kinara duduk di atas rumput sembari terus memperhatikan air danau dengan pandangan kosongnya.

Pikirannya masih melayang jauh akibat perkataan Ginta. Pelampiasan. Kata itu yang selalu terngiang di benak Kinara hingga saat ini. Benarkah?

Kinara duduk bersila, dengan jaket yang menutupi kakinya. Rok yang masih ia kenakan sekarang membuatnya tidak dapat leluasa bergerak.

Kinara memperhatikan sekitar. Lampu-lampu kecil yang terpasang di pohon itu masih sama. Di tepi danau kecil inilah ia berbaikan dan berdamai dengan seseorang.

"Apa bener Aldo masih sayang sama Ginta? Apa bener gue cuman pelampiasan? Kalau emang gue cuman pelampiasan dia doang, gue bakal marah besar. Enak aja gue dijadiin pelampiasan." Kinara mengoceh sendiri sambil sesekali mencabuti rumput yang ada di sekitarnya. "Gak Kinara. Lo gak boleh nangis. Lo harus kuat. Masa nangis mulu." Kinara masih bergumam berusaha untuk tidak menangis.

Tiba-tiba saja ia merasa sebuah jaket mendarat di pundaknya. Ia menengok kecil dan melihat sosok cowok dengan wajah kusut langsung duduk di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Aldo.

"Aku cariin kamu ke mana-mana. Ke rumah ternyata kamu belum pulang. Ternyata bener kamu di sini," ujar Aldo tanpa menatap Kinara.

"Kok tau aku di sini?" Ada sedikit rasa lega karena Kinara sudah tidak menggunakan gue-lo.

"Hati aku bilang gitu," jawabnya membuat Kinara memutar bola matanya. "Kamu ke mana aja sih? Masih marah sama aku?"

"Gak tau." Aldo langsung memutar sedikit badannya menjadi menghadap Kinara.

Aldo menggenggam tangan Kinara lembut. "Aku tahu kamu pasti marah karena liat tadi aku dipeluk Ginta, kan? Tapi sumpah, Kin itu semua gak seperti yang kamu pikir." Kinara masih diam. Berusaha menahan air matanya yang mungkin sebentar lagi akan mengalir.

Kinara yang masih diam membuat Aldo bingung sendiri. "Kin. Jangan diem terus dong. Aku jadi bingung kalau kayak gini. Kamu marah aja, ngomel apa kek. Biar aku ngerti salah aku di mana," ujar Aldo lagi.

"Kalau kamu masih sayang sama dia, jangan jadiin aku pelampiasan kamu disaat dia gak ada, Do. Kalau emang mungkin kamu mau balikan sama dia, balikan aja." Aldo malah jadi semakin bingung ketika Kinara mulai berbicara.

Aldo mengernyit tak paham. Balikan? Masih sayang? Pelampiasan? Apa maksud semua kata yang keluar dari mulut Kinara. "Pelampiasan? Hey. Siapa yang jadiin kamu pelampiasan, Kin? Gak ada yang jadiin kamu pelampiasan. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, sungguh-sungguh." Tanpa disadari, air mata Kinara yang mulai mengalir membuat tangan Aldo bergerak menghapusnya.

"Kamu juga bilang aku masih sayang dia, balikan sama dia. Dia siapa? Ginta?" Kinara tidak mengangguk, tidak menggeleng. "Kamu percaya? Kamu percaya kalau aku masih sayang sama dia, dan mau balikan sama dia?" Kinara masih diam.

"Inget ya, Kin. Kamu bukan pelampiasan aku, dan aku gak ada niatan sedikit pun untuk balikan sama dia. Jangan berpikir macem-macem. Lagian siapa sih yang racunin otak kamu ini?" Kinara menunduk. "Ginta? Kamu ngomong aja." Kinara mengangguk kecil.

"Maaf, Do. Bukannya aku gak percaya sama kamu, tapi, aku...." Kinara masih setia menunduk dengan nafas tertahan. "Aku cuman takut. Aku takut kalau aku emang pelampiasan kamu, dan aku jatuh ke orang yang salah. Aku gak tau apa yang aku rasain. Aku..." Kinara yang sudah terisak-isak membuat Aldo refleks mendekapnya.

Air mata Kinara mengalir semakin deras di dada bidang Aldo. Aldo masih berusaha menenangkan Kinara dengan mengelus puncak kepalanya dengan lembut. "Jangan pernah berpikiran kayak gitu lagi, ya. Kamu harus tau. Selalu inget kalau aku tulus sama kamu." Kinara mengangguk kecil. "Udah jangan nangis lagi dong. Ingus kamu kemana-mana nih." Aldo melepas dekapannya membuat Kinara langsung memukul lengannya.

"Aduh! Ih. Malah dipukul."

"Rese deh," sahut Kinara cemberut.

Aldo tertawa kecil kemudian tangannya meraih kedua pipi Kinara. "Jangan nangis lagi." Usapan lembut di pipinya mampu membuat Kinara sedikit salah tingkah. Ditambah lagi tatapan Aldo yang terlihat sungguhh... Entahlah.

__________________________________

Gimana, gimana?

Masih kangen sama part lainnya juga?

Yuk deh, tapi jangan lupa vote, komen, dan follow: BTRICE_

Continue Reading

You'll Also Like

14.3K 1.1K 50
Danial lelaki yang dicap sebagai lelaki dingin,datar,tak tersentuh,bahkan cuek. Hidupnya yang abu-abu, gelap tak ada warna, diluar tegar dan didalam...
136K 6.7K 52
[1st book] Isinya pait manis kisah anak SMA. Mulai dari perjuangan sampai yang di sia-siakan. ... -Linfa Nacandra Paling Manis,agak bawel,Penyayang...
214K 11.5K 38
BEST RANK : #2 ketuapmr 07 Juli 2020 #4 kaptenfutsal 07 Juli 2020 Alvira tak menyangka, pertemuan pertamanya dengan Alvaro di lapangan adalah awal da...
1.4M 68.3K 51
[Revisi] Ini kisah tentang Arya dan Ayra. Kisah seorang bendahara kelas dan biang onar sekolah. Dua orang remaja yang hampir tak pernah akur disepanj...