Aksa berlari sekuat tenaga menuju toilet di dekat tangga gedung dua, tidak peduli betapa lelah dan banyaknya peluh yang saat ini terlihat jelas pada dirinya karena terus berlari kesana kemari, yang ia pentingkan saat ini benar-benar keadaan Aileen.
Rea, Delio, Arsen, dan Alterio juga terus menemani dan mengikuti Aksa untuk mencari Aileen.
Rea, meskipun dia perempuan tapi dia juga berusaha sekuat tenaga untuk menyusul Aksa yang berlari lebih cepat. Rea berlari paling terakhir diikuti Arsenio.
Delio. Dia juga terus ikut mencari Aileen, dia benar-benar mengkhawatirkan apa yang sebenarnya terjadi.
Apa ia menyukai Aileen? Ia belum tahu pasti, yang ia tahu setiap ia melihat Aileen, ia selalu bahagia dan ikut tersenyum. Selama ia mengenal Aileen, Aileen adalah gadis yang baik hati, dia tidak akan pernah menyakiti orang lain. Prinsipnya adalah dia lebih baik menderita dan tersakiti daripada dia yang menyakiti orang lain.
Arsenio. Dia sudah menganggap Aileen sebagai adiknya sendiri, selama ini dia hanyalah anak tunggal, tapi setelah ada Aileen hidup Arsen lebih lengkap.
Alterio. Dia juga terus mengikuti kemana Aksa berlari. Dia mengkhawatirkan Aileen? Mungkin. Setelah Alterio mengerjakan tugas bersama Aileen kemarin, ia tahu bahwa Aileen adalah gadis yang baik dan lembut.
Aksa memasuki toliet, semua bilik tertutup yang mengharuskan Aksa membuka bilik-bilik itu satu persatu. Sampai bilik ke empat, Aksa dan yang lain belum menemukan Aileen. Tinggal satu bilik yang belum ia buka, dia harus membuka bilik terakhir itu tapi sejujurnya hatinya takut, takut terjadi apa-apa dengan Aileen.
Aksa membuka perlahan pintu bilik terakhir, namun Terkunci. Tidak salah lagi jika Aileen mungkin saja ada di dalam.
TOK TOK TOK
“Aileen. Buka pintunya, ini Kakak”
“Aileen”
Aksa mencoba mendobrak pintu bilik terakhir dengan bantuan Delio.
DUK DUK DUK
DUK DUK
BRAK!!!
“Leen!”
“De!”
“Aileen!”
Yang pertama kali mereka lihat adalah keadaan Aileen yang membuat mereka merasa miris.
Aileen terduduk di atas closet yang sudah tidak sadarkan diri. Rambut yang basah dan berantakan, seragam yang ia kenakan juga basah, wajah nya terluhat ada jejak basah dan banyak memar, apalagi di kedua pipinya. Aksa tidak bodoh, dia tahu itu bekas tamparan.
“Kalian jangan ada yang hubungin Aladri apalagi keluarganya, biar nanti mereka langsung yang kabarin Kak Ladri” Delio berbicara pada para bodyguard yang sebenarnya dia sudah tahu, kiriman siapa bodyguard itu
Aksa menggendong Aileen dan berlari menuju parkiran khusus.
“Leen bangun, ini Kakak"
“Gue yang nyetir” Delio berlari kearah pimtu kemudi.
Aksa terus memeluk Aileen dengan erat.
Siapa yang tega menyakiti adiknya sampai seperti itu?
Rea juga sedari tadi tidak berhenti menangis, Arsenio terus menenangkan Rea yang sepertinya cukup terguncang karena kejadian tersebut.
“Hubungin keluarga yang lain” Delio menyuruh mereka, namun matanya masih fokus. Ia mengemudikan mobil dengan sangat cepat, ia juga takut Aileen kenapa-kenapa.
“Kalo gak ada yang berani mending hubungin Kak Arion atau Kak Keenan aja”
“Biar... Biar gue yang hubungin Kak Arion” Rea merogoh ponsel yang ada di seragamnya.
Tidak lama, setelah dering ketiga Arion mengangkat panggilannya.
‘Hallo Re?’
‘...’
‘Rea?’
‘Kak...hiks'
‘Kamu kenapa?’ Tentu saja Arion panik. Kenapa adiknya itu menghubunginya sambil menangis. Apalagi sebelumnya Aladri juga memberitahunya bahwa Aileen menelepon Aladri dan meminta tolong.
‘Aileen...’
Benar saja dugaannya, ini ada kaitannya dengan Aileen. Apa mungkin Rea tahu apa yang terjadi pada Aileen.
‘Aileen kenapa Re?’
‘Kakak ke rumah sakit deket sekolah. Sekarang’
Rea mematikan ponselnya begitu saja, ia tidak bisa menceritakan keadaan Aileen yang sebenarnya pada mereka.
“Lo tenang, Aileen bakalan baik-baik aja” Arsenio terus menenangkan Rea yang terus meneteskan air matanya.
Otherside
Arion berlari memasuki ruangan Aladri, tidak peduli pada karyawan yang melihatnya dengan heran.
BRUK
Ternyata Keenan juga ada di ruangan aladri, kebetulan sekali bukan?
Bukan, bukan kebetulan.
Mereka sedang membahas tentang Aileen yang menghubungi Aladri.
“Lo kenapa?” Keenan bertanya dan langsung berdiri. Pasalnya wajah Arion terlihat begitu khawatir.
“Aileen” satu kata dari bibir Arion membuat Aladri menghampirinya.
“Lo udah tahu Aileen dimana?” Sebenarnya Aladri sudah memerintahkan beberapa bodyguardnya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada adik kecilnya itu di sekolah. Di sekolah tadipun Aksa dan yang lainnya dibantu oleh para bodyguard Aladri. Tapi sampai sekarang para bodyguard yang ia perintah belum mengabarinya apapun.
Arion mengangguk “Rumah sakit”
Tempat yang menurut Aladri paling sialan. Semenjak Aileen masuk rumah sakit, Aladri jadi membenci tempat itu. Bukan, dia bukan benci tempatnya, dia hanya benci kenapa adiknya sampai masuk rumah sakit.
-----*-*-----
TUK TUK TUK
Suara ketukan sepatu menggema di sepanjang koridor rumah sakit yang dilewati oleh para cucu Adhitama. Tak peduli bahwa mereka kini menjadi bahan tontonan orang-orang karena berlari seenaknya di koridor rumah sakit. Mereka juga tidak peduli jika wibawa mereka menurun karen berlarian. Yang mereka pikirkan saat ini adalah Aileen.
Ya, adiknya.
Mereka bertiga memasuki kamar inap VIP yang ternyata semua keluarga sudah berkumpul. Mereka perlahan mendekati tempat tidur yang diatasnya terbaring gadis dengan nasal kanula yang dimasukkan ke hidungnya dan juga infus yang menghiasi tangan mungilnya.
Mereka mencoba mengatur nafas perlahan. ada perasaan miris dan menyesal dengan keadaan adiknya sekarang. Kakak mana yang tega melihat adiknya dengan keadaan seperti itu. Sepertinya tidak ada.
Aladri, Keenan, dan Arion tengah mendengarkan penjelasan mengenai apa yang telah terjadi, Alterio juga tadi telah menjelaskan pada Aksa bagaimana dia bisa tahu Aileen dalam bahaya.
Aladri. dia tidak menyalahkan Aksa atas kejadian ini dia menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia tidak bisa menjaga adiknya itu, meskipun itu bukanlah kesalahannya.
“Ma-aah”
Suara rintih milik Aileen membuat semua mengalihkan atensi dan langsung menghampirinya.
“Pa-aaah"
“Sayang kamu udah bangun?” Zailine sangat bersyukur Aileen sudah bangun, ia sungguh takut terjadi sesuatu dengan anak satu-satunya itu.
“Maah...hiks” Tiba-tiba Aileen menangis dan memeluk Zailine yang berdiri tepat dipinggr ranjangnya membuat semuanya tambah khawatir.
“Aileen kenapa sayang?” Mahendra juga bertanya.
“A-aileen takut mah...”
“Aileen takut kenapa?”
Hiks hiks
“Ini Kak Ladri, kamu takut kenapa?” Aladri mengelus surai hitam milik Aileen.
“Ka-kak” Aileen memeluk Aladri seketika. Ia butuh Aladri. Aladri pasti akan melindunginya.
“Aileen takut... mereka jahat hiks”
“Udah ya udah, kamu udah aman sekarang. Ada kakak yang bakalan jaga kamu. Gada yang berani nyakitin kamu lagi” Aladri mencoba menenangkan Aileen yang terus saja menangis.
“Leen ini Kakak” Aksa dan Rea mencoba mendekat pada Aileen.
Aileen mencoba melirik siapa yang berkata. Dia melihat Aksa, Rea, Delio, dan Arsenio yang maish lengkap dengan seragam sekolahnya. Mereka terus mendekat, namun yang terjadi malah membuat mereka semakin terluka.
“ENGGA! PERGI! KALIAN PERGI!” Aileen menangis dan berteriak.
Aksa, Rea, Delio, dan Arsenio berhenti tiba-tiba. Ada apa dengan Aileen?
“PERGI! KALIAN JAHAT! KALIAN UDAH PUKUL AILEEN!”
“Kak mereka hiks mereka jahat, mereka mukulin Aileen hiks”
“Sayang kamu tenang dulu. mereka Kakak kamu”
“Sayang, ini Kak Arion.”
“Kak cepet usir mereka ka. Aileen gamau ketemu mereka, Aileen takut” Aileen mengguncangkan tubuh Arion yang ada di sebelah Aladri. tapi apa yang bisa Arion lakukan? Tidak ada, dia tidak mungkin mengusir mereka.
Sedangkan Keenan menghampiri Rea dan memeluknya yang ikut menangis ketika Aileen menganggap dirinya jahat.
“KALIAN PERGI!”
“PERGI!”
“KALIAN JAHAT!”
“PERGIIIIII !!!” Aileen mulai menyakiti diri sendiri, menarik rambutnya yang membuat semua orang yang disana kalang kabut. Arion, dia langsung menekan tombol nurse call.
Hati Aladri, Keenan, Arion, Aksa, Rea juga ikut terpukul melihat apa yang baru saja terjadi. Mereka akan membalas siapa saja yang berani menyakiti Aileen.
Delio dan Arsenio, mereka juga merasa kasihan, dan miris kenapa itu bisa terjadi, padahal Aileen adalah gadis yang baik, malah terlalu baik.
-----*-*-----
Mereka semua terduduk dan termenung melihat Aileen yang sudah tenang karena di bius oleh dokter. Dokter mengatakan, Aileen tidak suka kekerasan, Aileen trauma akan kekerasan karena masa lalunya.
Meksipun bukan Aksa, Rea, Delio, dan Arsenio yang melakukan kekerasan pada Aileen, tapi pelakunya mengenakan seragam yang sama dengan mereka membuat Aileen hanya mengingat bahwa orang yang memakai seragam seperti itu yang menyakitinya.
Kakak Adhitama dan para orang tua telah mempercayakan tindakan apa yang akan para cucunya lakukan.
“Bawa mereka yang menyakiti Aileen ke puncak. Besok kita yang urus. Bawa juga orang tua dan dokumen perusahaan milik mereka. Apapun yang dibutuhkan bawa saja” Aladri memberi perintah kepada Arion dan Keenan yang diangguki langsung oleh mereka. Aladri mengepalkan tangannya kuat-kuat, perasaan marah dan benci telah menguasai hati dan pikirannya.
“Kalian juga boleh ikut” Aladri melihat Aksa, Rea, Delio, dan Arsenio satu persatu.
Mereka tidak bisa diberi ampun. Mereka telah membuat Aileen menangis, sampai menyakiti dan melukai mereka.
Mereka tidak terima Aileennya diperlakukan seperti itu.
Kamu tenang aja, Kakak bakalan bales perbuatan mereka dengan setimpal, malah lebih parah dan yang lebih pantes buat mereka. Kakak gak akan biarin mereka hidup tenang.
Kakak janji sama kamu.
TBC
Gimana gimana pendapat kalian tentang apa yg terjadi sama Aileen tadi?
Dan apa yg bakal terjadi selanjutnyaa???
Teruuuus apa yg bakal para pelaku alamin kalau Aladri langsung yg turun tangan????
Jangan lupa kritik dan saran ❤
28-06-2019