PARADOX WHISPER

Av hirosea

60.3K 6K 746

[ DISCONTINUED! ] Malam itu, Min Yoongi tidak sengaja bertemu Kim Taehyung. Tatapannya dingin, namun hatinya... Mer

00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

18

1.2K 170 42
Av hirosea

"Aku menyukai Pak Min," tegas Jungkook sembari menampilkan senyum manisnya.

Taehyung tercengang akan pengakuan adiknya. Dalam hati dia bertanya-tanya; kenapa harus Yoongi? Tapi Taehyung memilih diam membiarkan Jungkook melanjutkan penjelasannya.

"Aku tidak punya teman di sekolah selain Pak Min. Dia baik walaupun kadang suka marah-marah tidak jelas. Di hari pertama masuk sekolah, dia yang menuntunku menuju kelas, menemaniku makan siang, mengajakku berkeliling sekolah, dan mengantarku sampai parkiran saat jam pulang. Kukira aku hanya sekedar kagum terhadapnya, tapi ternyata aku salah. Pak Min cinta pertamaku, dan aku tahu dia itu laki-laki, tapi aku tidak peduli selagi dengannya semua baik-baik saja dan aku dibuat nyaman dengan segala perhatiannya, bagiku gender bukanlah masalah. Akan kutukar apapun untuknya, apapun itu." lalu Jungkook tertawa kecil diakhir ucapannya.

Disampingnya, Taehyung tidak berkedip memandang raut wajah sang adik. Luapan bahagia yang melebur keluar hanya karena menceritakan bagaimana perasaannya terhadap Min Yoongi.

"Kalau begitu kamu harus perjuangkan Yoongi," kata Taehyung.

Jungkook menoleh. "Tapi mungkin orangtuaku tidak akan setuju. Aku anak tunggal, harapan keluarga juga perusahaan. Mereka pasti tidak akan terima, kecuali..."

Jungkook menjeda ucapannya barusan sampai Taehyung dibuat penasaran dan tanpa sadar kian mendekatkan wajahnya.

"Kecuali apa?"

"Kecuali aku punya saham besar sebagai jaminan," katanya.

Dan di malam yang sama Jungkook memberi tahu Taehyung mengenai seorang kontraktor yang bekerjasama dengan perusahaan milik keluarganya, di mana dia punya saham lumayan besar di antara pemilik saham lainnya.

"Hyung kamu mau membantuku, kan?"

Taehyung bimbang. Tapi juga tidak mau melewatkan kesempatan mengambil jalan untuk masuk dengan Jungkook sebagai celah diantaranya.

Sejujurnya, Taehyung masih menginginkan sang ibu.

"Tinggal ikuti rencana dan sisanya biar aku yang tangani"

Awal dimana keduanya menyusun rencana matang-matang sebelum Yoongi kembali dan menemukan keduanya terlelap di sofa ruang tengah.

Taehyung bohong mengenai Jungkook yang menangis sebelum terlelap. Mereka berdua membohongi Yoongi dan alasannya adalah Yoongi sendiri.

Jungkook yang amat tergila-gila sampai bertindak nekat, lalu Taehyung yang tidak bisa menolak permintaan sang adik, hanya bisa menurut dan ikut alur rencana. Pun di sisi itu Taehyung juga punya hal penting yang harus diselesaikan.

"Aku menyesal, Yoongi. Aku menyesal telah melakukannya"

Tepat setelah pembunuhan itu terjadi, Taehyung bergegas pergi dari tempat kejadian, meninggalkan mayat kontraktor yang terbujur kaku di bawah deras hujan. Dan di malam yang sama pula Jungkook mengakui segalanya di depan orangtuanya. Penyimpangan seksual putra tunggal keluarga Jeon yang sangat disayangkan dan tentu akan mengecewakan banyak pihak, serta mengotori nama keluarga.

Entah kenapa Taehyung ketakutan malam itu, dan tanpa sadar kakinya membawa dia menuju kediaman Yoongi.

Rumah Yoongi begitu gelap pertanda dia belum pulang, tapi Taehyung menegaskan dirinya untuk menunggu di luar sampai pemiliknya tiba.

Menit demi menit terlewat lalu Taehyung akhirnya mendapati yang ditunggunya berdiri tidak jauh dari sana. Berteduh di bawah payung, menatap lurus kearahnya.

Semua atensi tertuju pada Yoongi. Tatapan pemuda itu seolah meluluhkan segalanya, menyadarkan Taehyung jika sekali lagi dia telah melakukan kesalahan.

Taehyung ingin menangis.

Dan saat Yoongi berhasil masuk dalam dekapan, Taehyung berusaha mati-matian menahan diri untuk tidak menangis dihadapannya. Kian mengeratkan pelukan, berusaha mencari kehangatan untuk suhu tubuhnya yang kian menurun.

"Aku butuh pakaian ganti" —juga dirimu. Aku ketakutan, Yoongi.

_ _ _


Setibanya di rumah, Yoongi langsung menghampiri Taehyung dan tanpa sepatah kata pun mendaratkan sebuah pukulan di wajahnya. Tapi, Taehyung tidak melawan atau protes ketika perbuatan Yoongi barusan meninggalkan memar dan bercak darah di sudut bibirnya. Taehyung diam, sebelum Yoongi buka suara pun Taehyung sudah tahu alasannya.

Amarah Yoongi belum juga reda meski Taehyung meringis kala tersungkur di lantai. Pikirnya, sudah cukup selama ini Taehyung berusaha dia lindungi seperti adik sendiri, walau nyatanya semua sia-sia karena Taehyung kembali berulah dan itupun karena permintaan konyol Jeon Jungkook.

"Sekarang kamu bisa membunuhku seperti yang kukatakan waktu lalu," kata Taehyung.

Sontak ucapan Taehyung mengundang Yoongi mendaratkan satu tamparan keras.

Yoongi kehabisan kata-kata, suaranya tak dapat keluar lagi, terganti derai cairan bening yang tak kunjung berhenti menetes membasahi pipi.

"K-kau...Taehyung kau...kau bodoh!" suara Yoongi terputus-putus, hingga di akhir kalimat bendungannya runtuh.

Taehyung tidak dapat mengelak jika ucapan Yoongi memang benar.

Dia bodoh, bodoh sekali. Dan sialnya, Taehyung tidaklah mahir dalam menenangkan seseorang yang larut dalam emosi, jadi bagaimana dia tahu cara menghentikan tangisan Yoongi yang kian menghantar suram di antara mereka.

"Maaf membuatmu menangis, Yoongi"

Taehyung kemudian membawa tubuhnya untuk bangkit, menatap Yoongi dengan seksama, lalu tangannya terulur untuk menyentuh wajah Yoongi, menghapus bulir air mata akibat perbuatannya yang sesungguhnya ikut membuat hatinya sakit.

"Aku minta maaf, aku sungguh menyesal. Berhentilah menangis, Yoongi-ah, kumohon," Taehyung melirih lembut mencoba menenangkan.

Yoongi malah di buat merona—wajahnya memanas—bersamaam dengan itu tangan Taehyung dihempas kasar, dan lekas-lekas Yoongi mengusap matanya yang masih berair.

"Bedebah! Sekali lagi menyentuh wajahku, kupotong tanganmu!" omel Yoongi.

Jadinya Taehyung menarik tangannya menjauh dari wajah Yoongi.

Sederet dentingan jarum penghantar sepi berujung pada Yoongi yang tanpa ambil pusing berlalu hilang masuk ke dalam kamar. Lengan kemejanya dinaikkan sampai sebatas sikut, menggeram frustasi lantas menjatuhkan diri di atas ranjang yang dia tinggal sehari namun aromanya sudah saja berganti—menguar wangi familiar Kim Taehyung.

"Hyung?"

Yoongi terkesiap mendengar suara Taehyung yang tahu-tahu sudah berdiri di ambang pintu, dengan ekspresi menggemaskan pula.

Sewaktu-waktu aku bisa sinting!

Dari pada di panggil Hyung, Yoongi akan lebih senang jika sebutan itu tidak digunakan sama sekali oleh Taehyung sebagai panggilannya. Terdengar aneh karena menurut Yoongi, Taehyung jadi seperti bukan dirinya.

"Apa? Mau kupukul lagi, huh?"

"Bukan, aku—"

"Aku apa?!" sela Yoongi masih kesal.

"Lapar"

Yoongi berkedip beberapa kali, dia malah gelagapan memandang Taehyung yang sehabis bergumam menunduk dalam. Untuk sejenak Yoongi memilih untuk lupa jika Taehyung memiliki dua sisi tersembunyi. Seperti saat roman kekanakan polos akan sendu menggurat wajah tampan Taehyung, Yoongi pun tak dapat menghiraukan jika si pemuda bermarga Kim juga butuh perhatiannya. Tidak boleh diabaikan dan tidak boleh lupa bahwa Taehyung jadi figur seorang yang bisa Yoongi sebut teramat berharga. Dan memang seharusnya amarah Yoongi tidak bertahan terlalu lama, karena jelas-jelas dia butuh Taehyung sebagai teman baiknya.

Kim Taehyung merepotkan.

"A-aku akan c-cari makan di luar kalau begitu," kata Taehyung tergagap sembari mengusap tengkuknya. Merasa tidak enak hati karena Yoongi lama merespon.

Yoongi pun hanya dapat memandangi Taehyung yang lambat laun berjalan menjauh menuju pintu depan. Meski awalnya Yoongi tak mau ambil pusing, namun kemudian ingatan tentang pembunuhan yang Taehyung lakukan terlintas dalam benaknya dengan cepat. Tapi Taehyung sudah terlanjur keluar dari rumah.

Buru-buru Yoongi turun dari ranjang dan berlari menuju pintu. Keluar dari rumah tanpa alas kaki dengan kepala melengos kesana-kemari, mencari sosok Taehyung yang ternyata sudah beberapa meter jauhnya menyusuri trotoar.

"Kim Taehyung!" Yoongi berteriak nyaring.

Yang di panggil menghentikan langkah, menengokkan kepala sebelum akhirnya berbalik menghadap Yoongi dari kejauhan.

Pemuda itu tak bergeming, sama halnya dengan Yoongi. Sampai Taehyung menyunggingkan senyum paksa lalu melambai tinggi-tinggi. Cukup senang ketika Yoongi mengejarnya sampai keluar rumah.

"Aku akan segera kembali, janji tidak keluyuran!" teriaknya tak kala keras dari teriakan Yoongi sebelumnya, lalu kembali merajut langkah menjauh.

"Yak! Kembali kemari sebelum aku menghajarmu sampai babak belur, Kim Taehyung!"

Namun yang diteriaki tetap kekeh—tidak menghiraukan teriakan Yoongi yang bisa saja mengganggu para tetangga di sekitar sana.

"Akan aku buatkan makan malam untukmu, oke?! Jadi cepat kembali kesini!"

•••

Yoongi sendiri tidak tahu apa yang merasukinya. Hati dan pikirannya punya keinginan yang bertolak belakang, hatinya pun tidak bisa diajak kompromi untuk mengalah pada jalan pikirannya. Gamblang memang kalau Yoongi itu pura-pura buta pada dunianya sekarang. Keberadaan si pemuda Kim yang membawa banyak pengaruh dan masalah baru bagai kiriman paket dewi fortuna yang sedang dirundung marah besar.

Perkakas di dapur Yoongi terlalu berantakan ketika dia mulai memasak, padahal yang hendak dia buat hanya panekuk haemul dan ramyeon. Yoongi sedikit mengumpat dalam hati saat dia beberapa kali kebingungan memilih bahan makanan. Terlalu banyak pikiran atau juga karena Taehyung yang terus memantau kegiatannya dari breakfast bar.

"Hyung, kamu butuh bantuan?" Taehyung bertanya sebab Yoongi kelihatan jelas tidak konsentrasi, "Aku bisa membantumu,"

Panggilan itu lagi. Yoongi tidak suka.

"Tidak, tidak, duduk diam saja di situ, aku bisa menyelesaikan ini sendiri," sahut Yoongi sebelum Taehyung benar-benar mendekatinya. Lantas kembali pada kegiatannya semula, dan parahnya Yoongi malah menabur gula dalam ramyeon yang hampir matang. "Oh, terkutuklah."

"Ada apa?"

Yoongi menjeling kaget melihat Taehyung yang barusan bertanya telah berdiri disampingnya. "Tuli yah? Kamu tidak dengar yang kukatakan tadi?"

Taehyung tidak menjawab, lebih tertarik pada ramyeon di atas kompor, hingga matanya sedetik kemudian tertuju pada wadah di tangan Yoongi. "Hyung, kamu menambahkan gula? Kamu yakin rasanya tidak aneh?"

"Tidak sengaja," jawabnya singkat sambil mematikan kompor. Hendak membuat ulang makanan Taehyung.

Taehyung merengut. "Sudahlah, aku tidak jadi lapar, makannya nanti besok saja. Hyung lebih baik istirahat, biar aku yang bereskan semua kekacauan ini."

Yoongi diam sejenak di depan wastafel, melirik Taehyung yang mulai membereskan peralatan memasak yang berserakan di atas meja pantry.

"Yakin tidak mau makan sesuatu?" Yoongi bertanya memastikan, dan dapat satu anggukan menggemaskan dari Taehyung. "Pesan makanan cepat saji, mau?"

Taehyung menoleh dengan dahi mengerut. "Hyung, kamu ini kenapa sih?"

"Aku? Kenapa bagaimana maksudmu?" Yoongi gelagapan saking bingung.

Kedua mata Taehyung berkedip lambat, mengamati wajah Yoongi dengan kepala yang perlahan dimiringkan seolah menerawang jauh tentang keganjilan yang terjadi pada Yoongi. Tidak biasanya Yoongi seperti ini. Meski tidak dapat di lihat secara nyata, tapi Taehyung punya firasat aneh kalau ada sesuatu yang mungkin mengganggu pikiran pemuda yang lebih tua.

"Yoongi hyung?" Taehyung melirih.

Taehyung berusaha tetap menahan tawanya dalam kerongkongan ketika satu kalimat tanya yang entah kenapa dengan berani dia tujukan pada Yoongi.

"Apa kamu sedang jatuh cinta, Yoongi hyung?"









[...]

Fortsett å les

You'll Also Like

336K 28.4K 54
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
133K 21.9K 41
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
48.6K 7.2K 18
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
81.9K 3.9K 22
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...