Gimana lebarannya gaiss? Seru dong pastinya hehe😄😄
Tarik napas dalam-dalam dulu...
Happy reading❤❤
"Oh gitu ya dok?" Tanya seorang ibu muda ketika mendapat arahan dari Mika mengenai kehamilan mudanya.
"Iya ibu. Lebih baik lagi kalau ibu lebih di banyakin lagi makan 4 sehat 5 sempurnanya. Dan yang terpenting jangan stress. Soalnya saya sering denger dari pasien-pasien yang lain, mereka sering nheluh stress pas awal-awal kehamilan, dan itu bisa berdampak buruk buat kandungannya bu." Tutur Mika dengan ramah.
Si ibu tersebut mengangguk paham. "Oh begitu ya dokter." Ujarnya.
Mika tersenyum dan mengangguk.
Lalu ibu tersebut pamit untuk pulang.
Huftt, Mika menghela napasnya. Hari ini entah kenapa banyak banget pasien yang berdatangan dan hal tersebut cukup mampu membuat tenaga Mika terkuras.
"Dok, waktunya istirahat." Tegur Suster Ani, selaku asisten pribadinya juga.
Mika lalu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ohiya, makasih sus."
Suster Ani mengangguk lalu ia dengan tiba-tiba menghampiri Mika.
"Kenapa sus?"
"Ngg... itu.. Saya mau minta maaf dok, soal..."
"Soal Mama saya?" Tebak Mika.
Suster Ani mengangguk lalu menundukan kepalanya, tanda kalau ia menyesal.
"Udah kamu gak usah ngerasa bersalah gitu, Mama saya emang orangnya gitu." Ujar Mika.
Suster Ani mendongak. "Wah beneran dok? makasih dok." Ujarnya dengan tersenyum cerah.
Mika mengangguk, ia lalu berdiri. "Sus nanti kalau ada yang nanyain saya, bilang aja saya lagi makan di kantin."
Suster Ani mengangguk. "Siap dok."
Mika tersenyum. Ia lalu membuka jas dokternya dan menyimpannya di gantungan yang telah disediakan di dalam ruangan.
Lalu dengan percaya diri ia melangkah keluar ruang kerjanya.
Walau harinya berat, kalau mengingat malam ini Angkasa bakal datang ke rumahnya seketika rasa lelahnya hilang begitu saja.
"Bengong mulu lo." Tegur Raina yang entah tiba-tiba dateng dari arah mana.
"Setan lo ya, ngangetin." Gerutu Mika.
Jadi, tadi keduanya udah janjian buat ke kantin bareng.
"Kuy ah." Ajar Raina. Dan keduanya mulai berjalan beriringan.
"Na, si Ibay belom balik juga?"
Raina menggeleng. "Belom."
"Ati-ati lo Na, pacaran ama yang punya pangkat banyak saingannya." Ujar Mika dengan menakut-nakuti.
Raina memutar bola matanya jengah, Mika udah ratusan kali ngomong begitu dan yang biasanya Raina lakukan hanya menganggapnya sebagai angin lalu.
"Lo gimana ama kak Angkasa? Ada perkembangan?"
Tiba-tiba Mika tersenyum lebar. "Ada dong." Ujarnya.
Ketika keduanya telah sampai di kantin, keduanya lalu memikih tempat duduk tak lupa juga memesan makanan.
"Udah direstuin?"
"Belom sih. Tapi rencananya ntar malem Angkasa mau lamar gue lagi." Ujar Mika dengan antusias.
"Beneran?" Tanya Raina tak kalah antusias.
Lalu makanan keduanya datang. Mika dan Raina kemudian menyantap makanan masing-masing.
"Beneran lah."
"Selamat deh yang bentar lagi jadi nyonya Pramodya." Goda Raina.
Mika hanya cengengesan bak orang gila, saking senengnya.
"Doa'in ya Na. Semoga nyokap gue gak keras kepala."
Raina sontak mengangguk dengan mantap. "Pastilah gue doain."
"Tapi gue ngeri deh Na."
"Pokoknya hari ini lo gak usah mikir aneh-aneh. Yakin aja ama kata hati lo."
Mika menghela napas. "Bener kata lo."
Raina tersenyum berusaha meyakinkan pada Mika kalau semuanya akan berjalan dengan semsetinya.
° ° °
Malamnya Mika sudah menunggu dengan perasaan dag-dig-dug ser. Ia sungguh sangat tegang, seolah ini adalah hal pertama buatnya.
Drrttt....drtt...
Angakasa
Jangan grogi
Mika
Kok tau?
Angkasa
Apa yang enggak gue tau tentang lo
Mika
Gombal
Angkasa
Dandan yang cantik ya
Mika
Siap pak bos
Angkasa
Jangan lupa berdoa
Mika
Udahh
Angkasa
Gue bentar lagi sampe
Mika
Ati-ati kalo gitu
Angkasa
Miss you
Mika
😘
Mika memegang dadanya yang kian berdebar. Sekali lagi ia melihat pantulan dirinya didepan cermin. Perfect, semuanya udah oke.
Mika sengaja tak memberitahukan Peni perihal kedatangan keluarga Angkasa. Tentu saja hal ini sudah di diskusikan dengan Angaksa dan cowok itu.
Angkasa
Gue udah didepan pintu
Mika
Oke gue ke bawah
Mika menarik napasnya dalam-dalam sebelum keluar dari dalam kamar.
Mika melangkah menuju lantai satu dimana pintu depan berada. Dengan hati-hati ia membuka pintu tersebut.
CEKLEK
Dan ketika pintu terbuka terpampanglah Angkasa dan segenap family. Ada Emi dan Wirawan juga tentunya.
"Mika, mama kangen banget." Ujar Emi sembari memeluk tubuh Mika.
Mika tersenyum kecil dan membalas pelukan Emi. Walaupun status keduanya bukan menantu dan mertua lagi, tapi Emi selalu menyuruhnya untuk tetap memanggilnya dengan sebutan Mama.
"Orang tua kamu ada, nak?" Tanya Wirawan.
Mika melepaskan pelukan Emi. "Ada ko Pa."
Orang tua Angkasa tetap menyuruhnya untuk memanggil 'Mama dan Papa' walaupun nyatanya keduanya telah bercerai, dan Mika sedikit banyak terharu akan hal itu.
"Ayo mas__
"Ada siapa Sayang?" Tanya Peni yang tiba-tiba sudah berada dihadapan ke empatnya.
° ° °
Baik keluarga Mika ataupun keluarga Angkasa sudah duduk manis di ruang keluarga.
Mika menatap Angkasa dengan harap-harap cemas, dan yang Mika dapatkan adalah tatapan menenangkan dari cowok itu.
"Langsung aja." Ujar Peni dengan nada yang tidak bersahabat.
"Ma." Tegur Mika yang tak digubris oleh Peni.
"Ekhm." Wirawan berdehem. "Jadi maksud kedatang keluarga kami kesini, nggak lain dan nggak bukan buat mempersunting kembali Mika."
"Kalo saya sih ter__
"Berani banget lamar anak saya lagi." Sela Peni memotong ucapan Pandu.
"Ma." Sela Pandu dengan nada mengingatkan.
"Apa? Aku salah ngomong gitu Pa?" Tanya Peni.
"Maaf ya Wir." Ujar Pandu pada Wirawan atas sikap istrinya.
"Nggak pa__
"Ngapain minta maaf segala." Lagi-lagi Peni bersuara.
"Niat Aku baik, Ma. Aku mau menebus kesalah yang pernah aku perbuat." Tiba-tiba saja Angkasa angkat bicara.
"Saya bukan mertua kamu lagi."
Angkasa menghela napas beratnya. "Maksud kedatang aku kesini, mau memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dulu pernah aku perbuat ma. Aku mau lamar lagi Mika buat jadi isteri aku lagi."
"Terus abis itu kamu tinggalin lagi?" Sinis Peni.
"Ma!" Peringat Mika dan Pandu.
"Apa? Diem aja deh kalian. Mama yang tahu apa yang Mika rasain."
"Ma, aku gak kenapa-napa." Ujar Mika dengan frustasi.
"Pokoknya saya nggak setuju." Ujar Peni tegas dan tak terbantahkan.
"Tapi setidaknya kamu bisa pertimbangin dulu Pen." Ujar Emi.
"Nggak perlu. Keputusan saya udah bulat."
"Ma__
"Diem kamu. Mama udah buat keputusan final, nggak akan ada perubahan."
"Tap__
"Kamu mau lihat mamanya sakit? Iya? Kalo gitu terserah kamu!" Peni lalu beranjak dari duduknya dan pergi meninggalakn semua orang dengan begitu saja.
"Ma." Teriak Mika, tapi Peni tak sedikitpun menggubris panggilan tersebut.
Pandu menghela napas beratnya. "Maafkan Peni ya Wir, Em, Sa. Mungkin dia masih kepikiran masalah yang lalu."
Wirawan tersenyum. "Kau tenang saja Pan. Lain kali, mungkin dia akan luluh."
Pandu terkekeh. "Betul tuh."
"Yaudah kalau begitu, lebih baik kita pamit pulang aja Pan." Ujar Emi menginterupsi obrolan.
"Sekali lagi aku minta maaf atas nama peni ya." Ujar Pandu sarat akan penyesalan.
"Satai aja Pan, kayak ke siapa aja."
Lalu ke-limanya melangkah menuju daun pintu.
"Sa." Panggil Mika.
Angkasa menoleh.
"Gimana?" Tanya Mika dengan wajah sedihnya.
Angkasa dan Mika melangkah oaling belakang. "Nggak papa, masih ada lain waktu."
"Yaudah."
Angkasa menggenggam lengan Mika. "Lo cuma harus percaya sama gue."
Angkasa tersenyum menenangkan dan rasanya memang bikin tenang dan jadinya Mika mau tak mau malah ikutan senyum juga.
Selagi ada Angkasa, membelah langitpun rasanya akan Mika hadapi, walau ia tahu itu rasanya sangat mustahil.
Karena Angkasa adalah sumber kekuatannya dan tentu saja semua mimpinya hanya terpusat pada satu cowok dan itu Angkasa.
Sabarrrr para readerkuu, tidak semudah itu mempersatukan Angkasa dan Mika hoho👿👿
See yaa💕💕