DUH, DUH, DUH, SETELAH LAMA AUTHOR GAK UP, KALI INI AKU BAKAL UP LAGI, MAAP KEMAREN-KEMAREN GAK SEMPET UP, SOALNYA, LAGI SIBUK, KWKWK
SEBELUM LANJUT, YANG BELUM FOLLOW, FOLLOW DULU, YUK BTRICE_
JANGAN LUPA JUGA, KLIK GAMBAR BINTANGNYA YA, TINGGALKAN JEJAK KALIAAANN
MAKASIH, MAKASIH,
YUK LANJUT
SELAMAT MEMBACA! ❤
...
Kini, keenam remaja itu sudah duduk rapi di salah satu restoran yang terdapat di rest area. Keenamnya tengah duduk manis sambil menunggu pesanan mereka datang.
Mereka duduk dengan posisi ketiga cewek duduk berjajar, menghadap ketiga cowok yang juga duduk berjajar. Saling menatap calon pasangan masing-masing.
"Emang hp bisa mengalihkan seluruh pandangan kalian dari cowok-cowok seganteng kita ya?" celetuk Jojo sambil terus menatap Debi yang asik dengan ponselnya.
"Setidaknya hp gak suka ngegombal. Apalagi modus," jawab Debi tanpa berpaling dari ponselnya.
Tidak mendapat ocehan lagi, ketiga cewek itu hanya diam. Pandangan mereka masih lekat pada ponsel masing-masing. Mereka kini tengah sibuk meng-scroll layar instagram yang berisi komen pada postingan terbaru masing-masing.
"Permisi, Mbak. Ini pesanannya," ucap sang pelayan membuat ketiganya mendongak. Setelah mengucapkan terima kasih, mereka baru menyadari kalau ketiga manusia laknat dihadapan mereka tidak ada.
"Lah. Ini para manusia laknat kemana coba?" celetuk Kinara sembari celingak-celinguk mencari keberadaan mereka.
"Toilet mungkin," jawaban logis keluar dari mulut Alika.
"Toilet massal? Keren juga." Debi mengangguk-angguk kecil.
"Ini makanannya? Kita makan duluan?" tanya Kinara yang memang sudah sangat lapar.
"Duluan aja kali, ya. Mereka juga paling cuman ke toilet," jawab Debi srmbari mengambil makanan miliknya.
Mereka pun mulai menyantap makanan mereka. Sudah 10 menit, dan makanan mereka sudah hampir habis, tetapi Aldo dkk tak kunjung kembali.
"Eh, sumpah. Ini mereka ke toilet mana?" celetuk Kinara lagi sambil menoleh ke kiri dan kanan mencari keberadaan Aldo dkk.
"Iya, ya. Lama banget. Kalau gini caranya, kita bisa-bisa sampe puncak sore," jawab Debi lagi ikut celingak-celinguk.
"Kenapa gak kepikiran buat nelpon sih dari tadi," ujar Alika merutuki kebodohannya sambil mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Andre.
Kinara dan Debi mengangguk seraya tertawa kecil. Mereka ikut merutuki kebodohan mereka sendiri. Merekapun mengeluarkan ponsel dan mulai menekan nama uang tertera untuk menelepon. Debi menelepon Jojo. Sedangkan Kinara menelepon Aldo. Entah kenapa bisa begitu. Jodoh kali 😂. Iyalah, kan author yang bikin cerita. BEBAS. Wkwkwk.
"Gak diangkat," ujar Kinara yang sudah mencoba menelepon Aldi sebanyak 3 kali namun tidak diangkat.
"Sama," jawab Debi dan Alika bersamaan.
"Duh. Mereka ke mana sih?" tanya Kinara lagi. Tersirat rasa khawatir di dalam diri Kinara. Terlebih mereka tidak pamit sama sekali.
"Cie khawatir," goda Debi sambil menyenggol lengan Kinara.
"Emang lo gak khawatir?" sahut Kinara balik menatap Debi.
"Yaa.. Ya khawatir, sih.." jawab Debi sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Jangan-jangan kita ditinggal?" celetuk Alika membuat Debi dan Kinara serempak menoleh.
"Kalau sampai kita ditinggal, liatin aja," sahut Kinara geram.
☆☆☆
NOW PLAYING -CINTA LUAR BIASA (ANDMESH KAMALENG)-
"Permisi, kami mau bernyanyi sebentar. Tolong perhatiannya sebentar, ya. Terima kasih." Kinara, Debi, dan Alika langsung serempak menoleh ke arah panggung kecil yang tersedia di belakang mereka.
"Lah. Gue gak salah liat???" pekik Debi heboh.
"Gak. Lo gak salah lihat, Deb," jawab Kinara sambil menepuk pundak Debi tanpa menoleh dengan pandangan lurus ke depan menatap tidak percaya ke arah depan.
Apa yang ada dihadapan mereka benar-benar membuat mereka tidak percaya. Ketiga cowok yang tadi menghilang, kini secara tiba-tiba sudah ada di atas panggung kecil. Ketiga cowok yang menangkap tatapan bingung ketiga cewek itu hanya tersenyum kecil.
Lantunan musik mulai terdengar membuat pandangan seluruh pengunjung tersita menatap mereka yang mulai bersiap-siap bernyanyi.
"Waktu pertama kali.
Kulihat dirimu hadir.
Rasa hati ini, inginkan dirimu." Aldo mulai melantunkan liriknya dengan suara yang sangat lembut.
"Hati tenang mendengar.
Suara indah menyapa.
Geloranya hati ini tak kusangka." Jojo menyambung dengan suara yang tak kalah lembut.
"Rasa ini tak tertahan.
Hati ini selalu untukmu," lanjut Andre lagi dengan mata terpejam dan senyuman yang terlukis di bibirnya.
"Terimalah lagu ini.
Dari orang biasa.
Tapi cintaku padamu luar biasa." Ketiga cowok itu menyatukan suaranya. Membuat Kinara, Debi, dan Alika tidak melepas pandangan mereka. Tak terasa, senyuman terukir di wajah masing-masing.
"Aku tak punya bunga.
Aku tak punya harta.
Yang kupunya hanyalan hati yang setia.
Tulus padamu." Jojo tersenyum sejenak menatap Debi yang tidak bergerak sama sekali.
"Hari-hari berganti.
Kini cintapun hadir.
Melihatmu.
Memandangmu.
Bagai bidadari." Andre membuktikan bahwa suaranya tak kalah bagus dengan sahabatnya.
"Lentik indah matamu.
Manis senyum bibirmu.
Hitam panjang rambutmu.
Anggun terikat." Aldo tersenyum menatap Kinara yang juga tanpa disadari tersenyum.
"Rasa ini tak tertahan.
Hati ini selalu untukmu," sambung Jojo.
"Terimalah lau ini.
Dari orang biasa.
Tapi cintaku padamu luar biasa....
Aku tak punya bunga.
Aku tak punya harta.
Yang kupunya hanyalah hati yang setia.
Tulus padamuuuuu..." suara indah nan lembut mengisi suasana restoran saat itu. Suara yang sukses menghipnotis para pengunjung lain selain Kinara, Debi, dan Alika.
Lagu terus berlanjut dan tidak membuat senyum ketiga cewek tersebut pudar. Senyuman yang masih tercetak jelas itu membuat ketiga cowok yang kini masih bernyanyi ikut tersenyum.
"Terimalah cintaku yang luar biasaaa.. Hmmmmm.. Tulus padamuuu.." Sebuah penutup yang manis dari perpaduan suara ketiga cowok tampan di atas panggung.
Suara tepuk tangan, dan sorakan pengunjung seketika mengisi restoran.
"Kereeen! Suaranya bagus!"
"Buat siapa tuhhh??"
"Ganteng-ganteng bangett!"
Seketika itu juga Kinara, Debi, dan Alika tersadar dari pandangan mereka.
"Saya ingin meminta perhatian para pengunjung lagi sebentar. Ada sesuatu yang ingin kami sampaikan pada ketiga perempuan cantik yang duduk di meja nomor 12 di sana." Seketika juga Kinara, Debi, dan Alika menoleh cepat ke arah nomor meja mereka.
"Nomor 12?" gumam mereka serempak dalam hati.
"Alika."
"Debi."
"Kinara."
Ucap ketiganya bersamaan. Membuat ketiga cewek yang sedang duduk itu saling bertatapan dengan perasaan masing-masing.
"Lewat lagu tadi, gue udah mengungkapkan perasaan gue. Gue gak pinter bikin puisi, gue gak pinter ngegombal kayak Jojo sama Andre. Gombalan gue selalu receh, kayak yang lo bilang. Tapi, satu kalimat ini gue harap bisa mewakili perasaan gue. Will you be my girlfriend, Kinara Zevanya???"
Deg!
Kinara tersenyum melebar. Ia serasa seperti ingin pingsan. Atau mungkin ingin secepatnya pergi dari sana. Melihat tatapan dari para pengunjung benar-benar membuat Kinara tidak bisa berkutik.
"Jawab, jawab, jawab," sorak riuh rendah pengunjung.
Aldo berjalan menghampiri Kinara dan berlutut di depannya dengan bunga yang sudah ia pegang.
"Kalau lo terima, ambil bunganya. Kalau lo tolak, ambil terus buang bunganya. Gue udah siap denger apapun jawaban lo. Yang penting, gue udah lega sekarang karena udah ungkapin semuanya," kata Aldo membuat Kinara benar-benar bungkam.
Tangan Kinara perlahan bergerak. Ia mengambil bunga yang ada di tangan Aldo. Tangannya bergerak perlahan kebawah.
"Oke, fine. Kalau gue ditolak, gue siap," gumam Aldo dalam hatinya ketika melihat tangan Kinara perlahan bergerak menuju ke bawah.
Deg!
Bunganya terlepas dari tangan Kinara. Membuat Aldo berdiri dan mengangguk pasrah.
"Gue terima jawaban lo, Kin," ucap Aldo sambil tersenyum. Walau itu senyuman paksa, setelah itu, ia melangkah menuju kursinya untuk menyantap makanan miliknya. Namun, selera makan itu perlahan hilang.
Kinara mencekal tangan Aldo sebelum Aldo duduk. Ia berdiri. Dan kini menatap cowok itu dengan serius.
"Kalau gue gak suka bunga, tapi gue suka sama lo. Gue harus gimana?" Pertanyaan yang sukses membuat Aldo terdiam menatap Kinara yang sedang tersemyum kecil.
"M.. maksud lo?" ulang Aldo tidak paham.
"Lo bilang. Kalau gue terima lo jadi pacar gue, gue harus ambil bunga ini, kan. Gue gak suka bunga. Tapi gue suka sama lo. Jadi, gue harus gimana?" ucap Kinara lagi mengulang perkataannya.
"Kalau gitu, terima gue aja. Jangan bunganya." Aldo langsung memeluk Kinara bahagia.
"Oke. Jadi, masih ada kita di sini. Giliran gue," celetuk Jojo yang benar-benar merusak reputasinya sebagai cowok cool saat menyanyi tadi.
"Gue gak pinter nembak orang pake cara romantis. Gue juga gak pake bunga. Karena duitnya gue simpen buat masa depan bareng lo nanti. Kita sering berantem. Gue akui itu cara gue biar deket sama lo. Cuman 1 kalimat pertanyaan gue buat lo. Please, jangan kayak Kinara yang bikin jantungan. Tapi, kalau mau juga gak apa-apa. Please, jangan nolak kalau bisa. Tapi, kalau ditolak, gue terima dengan lapang dada. Debi Agustina. Lo mau gak jadi pacar gue?"
Debi hanya mengulum senyum. Ia benar-benar malu. Antara ingin mengangguk dan diam.
Debi mengangguk kecil. Membuat Jojo berlari kecil turun dari panggung.
"Lo terima gue?" tanya Jojo memastika sembari sedikit berlutut di hadapan Debi.
Debi mengangguk.
"Demi apa? Lo gak ngibul kayak Kinara bikin gue jantungan, kan?" tanyanya lagi membuat Debi tersenyum sambil menggeleng.
"Sumpah lo gak bercanda??"
"Sekali lagi lo nanya gue berubah pikiran," jawab Debi tanpa ekspresi.
"Kalau lo berubah pikiran, gue tanya lagi sampe pikiran lo berubah lagi ke awal. Thanks, Deb," ujarnya sambil memeluk Debi yang masih duduk dan tidak siap.
"Giliran gue. Gue belum," celetuk Andre yang masih tersisa sendiri di atas panggung.
"Gue emang sering berantem sama lo. Nyebelin juga mungkin. Gue juga gak tahu sejak kapan suka sama lo. Yang jelas. Gue nyaman deket sama lo. Gue gak sempet beli bunga karena Aldo gak bilang kalau dia mau beli bunga. Tadi gue sama Jojo di sini. Buat ijin sama manajer restorannya. Oke, gue tahu kepanjangan. Gue gak mau jadi Bu Kaira yang suka ceramah panjang-panjang, ujung-ujungnya hukuman. Alika Kaylovi. Ijinin gue jadi pacar lo, supaya gue bisa selalu jagain lo. Lo mau ijinin gue?"
Alika diam. Dia benar-benar tidak menyangka. Walaupun memang dari awal bertemu Andre sejak kelas 10 dia sudah menyukai pria ini. Tapi sumpah. Ini terlalu cepat. Alika menarik nafasnya sedalam mungkin. Ia mencoba untuk tenang.
"Gue ijinin," jawab Alika singkat sambil sedikit menunduk.
Dengan cepat Andre turun dari panggung untuk mendengarkan lebih jelas.
"Coba ulang, Lik.." pinta Andre yang kini setengah berlutut di depan Alika.
"Iya. Gue ijinin Andreee," jawab Alika dan langsung membuat Andre memeluknya.
"Eh, btw lo bisa pinter ngomong dari mana, Jo? Biasa kan lo petakilan gak jelas," celetuk Debi ketika mereka sudah berada di dalam mobil dengan posisi berbeda sekarang.
Di tengah ada Debi dan Jojo. Di belakang ada Alika dan Andre. Iya deh, yang udah punya pasangaan sendiri. Author aja masih jomblo.
"Iya. Lo juga, Ndre," sahut Alika sambil menatap Andre yang duduk disampingnya.
"Sejak diajarin Aldo tadi sebelum naik panggung," jawab Jojo santai sambil tersenyum.
"Hah? Jadi otak dari rencana iniii??" tanya Kinara lagi sambil menoleh ke belakang.
"Aldo," jawab Andre dan Jojo bersamaan membuat Aldo menyeringai lebar dengan tangan kanannya yang jarinya membentuk 'V'.
____________________________________
Author ada pertanyaaaannn!
Dijawab yaaa
Lebih suka gaya nembaknya siapa?
Aldo
Andre
Jojo
??
Semoga suka sama bab yang ini ya.
Semoga gak garing yaaaa
Jangan lupa bintangnya, buat nyemangatin author juga. Semakin banyak bintang, kan author jadi makin semangat, nih. Wkwkwk.
Follow BTRICE_