"Lah, lo pada ngapain di sini?" tanya Kinara sedikit kaget ketika melihat Aldo dan Jojo yang masih bersandar pada tembok dengan wajah ngenesnya. Terlihat seperti...
Anak hilang mungkin.
"Gue sih tadinya mau pulang, tapi malah disuruh temenin dia buat nungguin lo," celetukan asal Jojo berhasil membuat Aldo menjitak kepalanya.
"Lo kenapa nungguin gue?" tanya Kinara lagi yang kini beralih menatap Aldo.
"Ya... Gak apa-apa. Kan lo pulang sama gue."
"Eh?"
"Ah, eh, ah, eh. Iyain aja, Kin. Aldo emang gitu, rada-rada tai kucing gimana gitu. Jago modus sekarang," celetuk Jojo lagi dengan sedikit berbisik kepada Kinara.
"Gue denger! Gue gak modus! Udah, lo diem aja. Pulang sana," sahut Aldo membuat Jojo yang semula menyeringai kini cemberut mengumpat kesal.
"Gitu! Gitu! Oke! Tadi melas-melas minta gue temenin. Katanya, 'Jo, temenin gue dulu di sini. Tungguin Kinara bentar.' Sekarang, gue disuruh pulang. Kasar lagi. Oke! Oke! Aldo mah gitu! Oke!" sahut Jojo penuh drama dengan wajah cemberutnya.
"Oke! Bye, Jo." Aldo melangkah pergi sambil menggandeng tangan Kinara membuat Jojo tambah mengumpat kesal.
"GITU! LIATIN LO! GAK USAH MINTA TOLONG MA GUE LAGI!" ancam Jojo sembari berteriak karena Aldo sudah menjauh.
Karena tidak mendapat jawaban dari Aldo, Jojo pun memutuskan untuk segera pulang. Harusnya ia sudah sampai rumah, sekarang malah masih di sekolah. Sendirian lagi. Menyedihkan.
"Ehmmm, Do," panggil Kinara saat mereka tengah berjalan di koridor.
"Iya?"
"Gue pulang sendiri aja. Lo duluan gak apa-apa, kok."
"Lah. Udah kali. Sama gue aja. Lo pergi sama gue, pulang sama gue," jawab Aldo sambil tersenyum menatap Kinara.
"Tapiii..."
"Kenapa?"
"Ehmmm.. Gue udah tembus, Do," jawab Kinara berbisik.
"Ah? Ya udah. Lo tunggu sini sebentar." Aldo mempercepat langkahnya, dan masuk ke dalam ruangan OSIS yang mereka lewati.
"Nih, pake." Aldo menyodorkan jaket berwarna hitam yang baru saja ia keluarkan dari dalam lemari.
"Punya siapa?"
"Ini punya gue. Gue sempet nyimpen jaket waktu itu di sini. Jadi, lo pake aja dulu. Buat nutupin," jawab Aldo sambil kembali menyodorkan jaket itu, dan menutup pintu ruang OSIS.
Kinara tampak tercengang. Hanya berpikir. Diambil, atau tidak.
"Kelamaan mikir, Kin," celetuk Aldo sembabri melangkah mendekati Kinara dan mengikat jaket miliknya itu di pinggangnya membuat Kinara sedikit deg-degan. Bukan sedikit sih. Yah, begitulah.
"Uhm.. Thanks, Do," ucap Kinara sembari tersenyum simpul.
Aldo mengangguk, setelah itu, ia kembali menggandeng tangan Kinara, dan membawanya menuju parkiran.
"Eh, sorry, Kin," kata Aldo begitu dia baru menyadari kalau ia menggandeng tangan Kinara.
Kinara mengangguk kecil. Setelah itu, ia masuk ke dalam mobil Aldo yang sudah dibukakan pintu olehnya.
"Do," panggil Kinara lagi ketika mobil sudah keluar dari lingkungan sekolah.
Aldo menoleh sejenak sembari melemparkan tatapan bertanya 'apa?'
"Makasih, ya," lanjut Kinara sedikit malu.
"Buat?"
"Yang tadi. Padahal gue minta tolongnya sama Debi," jawab Kinara sambil menunduk. Sumpah. Siapapun tolong Kinara. Sangat memalukan.
"Ohh, itu. Iya. Gak apa-apa. Tadi si Debi minta tolong, pas gue balik, dia udah pulang. Ya udah gue anter aja ke lo. Lagian, lo pasti butuh banget, kan?"
"Gue tahu lo pasti malu banget beli begituan kan?" ujar Kinara lagi membuat Aldo kembali menoleh sembari tersenyum.
"Sempet malu sih. Tapi, pas ada mbak-mbak yang bilang 'ini buat pacarnya ya? Baik bangett..' Gue jadi malah seneng." Kinara mengernyit.
"Maksud?" tanya Kinara yang masih tidak mengerti.
"Seneng aja. Jadi gue berasa jadi seorang cowok yang rela berkorban membeli barang itu untuk seorang cewek yang disayanginya," jawaban Aldo membuat Kinara membeku.
Deg!
"Tapi sayangnya ceweknya itu lo.." lanjut Aldo lagi membuat Kinara mencebik kesal.
"Bego! Udah main baper aja! Mana mungkin lo itu orang yang dia sayang!" gumam Kinara dalam hatinya merutuki dirinya sendiri yang sudah secepat itu baper terhadap Aldo.
"Rese!" Hanya itu yang keluar dari mulut Kinara.
"Eh, tapi ternyata dugaan gue bener, ya.." ucap Aldo lagi membuat Kinara menoleh dan tatapan mereka bertemu singkat.
"Dugaan?" ulang Kinara bingung.
"Yang tadi pagi."
"Apa sih? Jawab aja gitu. Bingung gue," sahut Kinara kesal karena ia tidak mengerti.
"Tentang lo yang lagi... PMS." Aldo mengecilkan suara ketika menyebutkan kata 'PMS'
"Pantesan lo marah-marah terus. Cewek emang gitu ya?" lanjutnya dengan volume seperti biasa lagi.
"Ya iya. Makanya lo jangan cari masalah. Gue telen lo entar!" sahut Kinara sebal.
"Kalau lo telen, nyangkutnya di hati lo sih gak apa-apa," celetuk Aldo tanpa menoleh.
"Hah?"
"Iya. Biar gue bisa lihat juga. Nama siapa yang ada di hati lo. Siapa tahu nama gue, kan?" lanjutnya lagi sembari tersenyum jahil.
"Sayangnya bukan tuh," sahut Kinara dengan sombongnya.
"Iyalah. Mana mungkin lo, Do. Mikir kali. Lo sama dia aja sering berantem," omel Aldo dalam hatinya sembari tertawa menatap Kinara. Tawa palsu. Yang didalamnya tersimpan beribu, bahkan berjuta kepedihan.
"Elah. Itu jendela diliatin mulu. Lama-lama gue pasang muka gue disitulah. Biar bisa lo liatin terus," celetuk Aldo lagi dengan wajah datarnya.
"Kalau ada muka lo di sini, jendelanya langsung gue pecahin, Do," sahut Kinara tanpa menoleh.
"Ya udah, liatin orangnya aja kalau gitu," ujar Aldo lagi yang masih belum puas menggoda Kinara.
"Mau nasib lo sama kayak jendela yang tadi gue bilang?" Kinara menaikkan sebelah alisnya sembari menatap Aldo sinis.
"Elah. Cewek kalau PMS serem amat." Kinara hanya tersenyum tipis. Setelah itu, ia mngalihkan lagi pandangannya ke arah jendela.
"Gue suka udara. Dia ada di dekat gue sekarang, tapi gak bisa gue genggam untuk gue miliki seutuhnya. Sama kayak lo, Kin. Gue gak tahu, hati lo buat siapa." Aldo menoleh sejenak. Menatap lirih Kinara yang masih setia menatap ke arah jendela di sampingnya.
"Jangan kepedean, Kin. Dia bukan ngeliatin lo. Paling ngeliat kaca spion." Kinara mengingatkan dirinya sendiri ketika melihat bayangan wajah Aldo di kaca jendela yang terlihat sedang menoleh ke arahnya.
☆☆☆
"Nah, gini nih. Kesambet setan apaan lo cengar-cengir sendiri?" celetuk Didit membuat Kinara terlonjak kaget dan melepaskan genggamannya pada gagang pintu kamarnya.
Ia menoleh, dan mendapati kakaknya tengah berdiri di depan pintu kamarnya yang tepat disebelah kamar Kinara. Wajahnya memasang senyuman jahil.
"Dasar penguntit!" sahut Kinara sebal dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Gue sih kasih tahu aja ya! Jangan senyum-senyum sendiri! Takut ada yang nemenin senyum!" teriak Didit dari depan pintu kamar.
"IHHH! KAK DIDITTTT!"
Kinara melempar tasnya ke atas tempat tidur. Seketika senyumnya hilang akibat perkataan kakaknya barusan.
Flashback on!
"Kin.." panggil Aldo ketika sudah beberapa lama keheningan menjalar di dalam mobil.
"Kinaaaarraaaaa.." panggil Aldo lagi karena tak kunjung mnadapat jawaban dari Kinara.
Kinara menoleh dengan malas.
"Apa sihhhh?" sahutnya sebal.
"Gue mau nanya iniii.." jawabnya dengan nada yang terdengar sudah gemas.
"Apa?"
"Kenapa lo jomblo?" Pertanyaan atau menyindir.
"Lo nanya? Atau nyindir?" sahut Kinara kesal.
"Elah. Ya nanyalah, Kinara sayaanggg.." jawab Aldo gemas membuat Kinara terdiam sejenak.
"Apa? Sayang? Oke. Oke. Dia cuman bercanda," ucap Kinara dalam hatinya.
"Oi! Jangan baper elah," lanjutnya lagi membuat pikiran Kinara buyar.
"Ish! Pede! Lo nanya kenapa gue jomblo? Karena....." Kinara menggantungkan ucapannya.
"Karena gue belum nemu orang yang bener-bener sayang sama gue," lanjutnya lagi membuat Aldo menurunkan alisnya yang semenjak tadi ia angkat untuk menunggu kelanjutan kalimat Kinara.
"Sebenernya sih banyak yang mau. Cuman mereka cuman berminat. Gak tulus." Kinara menyombongkan diri membuat Aldo berpura-pura jijik.
"Sombong!" sahut Aldo mencibir.
"Oke. Satu pertanyaan lagi. Dan ini serius."
"Seserius rasa gue ke lo," lanjutnya dalam hati.
"Apaan? Cepetan! Udah sampe nih," sahut Kinara yang terpaksa harus duduk lebih lama padahal sudah sampai di depan rumahnya.
"Kalau ada orang di dekat lo. Yang sayang sama lo. Tulus. Setulus penyanyi Tulus. Tapi, dia nyebelin. Suka banget ngajak lo ribut. Padahal sebenernya dia lakuin itu supaya bisa deket sama lo. Apa yang lo lakuin?" Wajah Aldo berubah serius dan menatap Kinara membuat Kinara terdiam.
"Ciri-cirinya mirip sama lo. Tapi, gue tahu itu bukan lo," gumamnya dalam hati sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela lagi.
"Semenarik itu jendela dari pada gue?" tanya Aldo yang masih setia menatap Kinara.
"Seenggaknya dia gak suka nyari ribut sama gue!" sahut Kinara datar.
"Oke, oke. Terserah. Jawab pertangaan gue," ujar Aldo kembali menunggu jawaban Kinara.
"Kalau itu cara dia supaya bisa deket sama gue, gue terima caranya. Dan kalau dia emang beneran tulus, harusnya dia ngungkapin. Gak ditutup-tutupin. Prinsip gue, yang penting ungkapin. Urusan terima atau tolak, itu nanti," jawab Kinara tanpa sadar penuh emosi. Seolah dia benar-benar menghayati dan mengalami. Atau mungkim lebih terdengar sebagai sebuah kode?
"Emang kenapa sih?" tanya Kinara mencoba memancing.
"Tapi, kalau orang itu bener-bener buat lo kesel? Nyebelin? Sampe bikin lo benci sama dia?" tanya Aldo lagi tanpa menjawab pertanyaan Kinara barusan.
"Selama dia tulus, dan serius sama gue. Gue yakin benci itu bisa jadi cinta. Rencana Tuhan gak ada yang tahu, kan?" jawab Kinara sambil tersenyum di akhir kalimatnya membuat Aldo ikut tersenyum.
"Emang kenapa sihhh?" tanya Kinara lagi. "Lo lagi suka seseorang ya?" lanjutnya disusul anggukan Aldo.
"Pasti lo-nya nyebelin sama dia. Makanya dia benci sama lo. Tapi, siapa sih orangnya? Penasaran.." ucap Kinara lagi membuat Aldo tersemyum samar.
"Dia cantik. Baik. Walaupun dia juga kadang nyebelin, ada yang beda dari dia. Senyumnya manis," ujar Aldo mendeskripsikan.
"Satu sekolah?" Kinara mencoba menebak. Aldo mengangguk.
"Anak OSIS juga lagi jangan-jangan...." Tanpa disangka Aldo kembali mengangguk.
"Alika?" Aldo menggeleng.
"Heni?" Aldo menggeleng lagi.
"Ehmmmm.... Sisanya cuman anak seksi-seksi doang. Mereka?" tanya Kinara lagi hampir putus asa. Aldo kembali menggeleng.
"Terus? Siapa lagi? Udah semua ituuu.." tanya Kinara lagi setengah merengek berharap Aldo memberitahunya.
"Ada satu yang belom lo sebut," jawab Aldo dengan wajah seriusnya.
"Siapa?" Kinara sedikit memiringkan tubuhnya untuk mendengarkan lebih jelas dengan sangat antusias.
"Lo."
____________________________________
Astaga, astaga. Author baper sendiri.
Jadi gaessss...
Tolong bintangnya ya.
Dukung supaya babnya berlanjut.
Dan kisahnya pun berlanjut.
Penasaran dong habis ini apa yang bakalan terjadi???????
Samaaa..
Author juga.
Ini juga lagi mikir.
Makanya, dukung dengan bintangnya ya. Biar makin semangat.