"Cieee, dibawain beneran nih sarapannya," goda Kinara kepada Debi saat mereka tengah berjalan menyusuri koridor.
"Heh. Denger ya. Gue bawain ini sebagai bukti kalau gue bisa masak. Enak aja dia udah ngeremehin gue gak bisa masak. Dia gak tahu apa, masakan gue ini lebih enak dari restoran mana pun. Lo percaya itu, kan? Iyalah. Pasti. Lo kan pernah makan masakan gue. Pokoknya, gue--"
"Stttt. Udah, Deb. Percaya kok gue," potong Kinara lelah mendengar cerocosan Debi.
Mereka pun masuk ke dalam ruangan OSIS tempat seluruh anggota basket berkumpul. Mereka memulai doa bersama sebelum berangkat ke tempat pertandingan.
Ya. Hari pertandingan tiba. Inilah saat SMA Mulyana membuktikan kehebatan mereka.
"Nih buat lo! Gue buktiin gue bisa masak," kata Debi sambil menyodorkan kotak makan yang ia bawa dengan kasar.
"Wih! Dibawain beneran," celetuk Aldo sambil terkekeh.
"Ini lo yang masak apa ngaku-ngaku doang?" tanya Jojo ragu.
"Ya masak sendirilah!" kesal Debi.
"Mana buktinya? Emang ada videonya?" tanya Jojo lagi dengan tatapan menyebalkan.
"Ya, gak adalah! Lo kira tangan gue berapa? Mana bisa gue videoin!" sahut Debi semakin kesal.
"Yah.. Gak percaya gue. Bisa aja kan ini cuman lo ngaku-ngaku?" sahutnya membuat Debi semakin kesal.
"Lo tuh, ya! Ya udah, sini! Gue aja yang makan!" lanjut Debi sambil merebut kotak makan yang sudah berpindah tangan.
"Ehhhh.."
Debi tidak memperdulikan lagi. Ia melenggang pergi setelah ia pamit kepada Kinara.
"Ya elah, Kin. Temen lo baperan banget sih!" ujar Jojo sambil mengalihkan pandangannya yang masih terkekeh kecil.
"Lo juga sih. Itu tuh beneran masakan dia tahu!" sahut Kinara menghentikan tawanya.
"Hah? Serius dia bisa masak? Idaman banget.."
"Ya elah, Jo. Sekarang aja baru bilang idaman. Tuh anak udah kesel duluan sama lo," sahut Aldo membuat senyum Jojo terhenti.
"Tenang. Jojo bisa bikin dia gak ngambek lagi. Cewek mana sih yang masih ngambek kalau udah lihat senyuman Jojo?" sombongnya percaya diri.
"Idih! Gue rasa mereka mulai katarak," sahut Aldo ogah-ogahan.
"Tapi, Jo. Debi itu bukan cewek yang bisa lo kalemin cuman dengan senyuman. Yang ada lo di gampar sama dia," ujar Kinara sedikit lebih serius.
"Coba, Jo. Mau lihat gue lo digampar sama Debi."
"Sialan lo, Do. Bener-bener jahat. Gak nyangka gue," sahut Jojo dengan sok dramatisnya.
"Lebay lo!" kesal Aldo sambil menoyor kepal Jojo.
"Aldo, Kinara, ayo ke bus. Kita harus jalan sekarang," kata Greta menghampiri mereka.
Aldo dan Kinara mengangguk dan langsung pergi tanpa pamit kepada Jojo membuatnya mengumpat kesal.
"Gini nih. Nasib, nasib. Diambekin doi, sekarang ditinggal sendiri pula," umpatnya kesal sambil melangkahkan kakinya pergi dengan malas.
"Oh, iya. Kin, Do. Lo duduk berdua ya. Sisa itu doang kursinya," kata Greta sambil menunjuk 2 kursi kosong yang ada di depannya.
Kinara dan Aldo mengangguk dan langsung duduk dengan posisi Kinara di kursi yang dekat jendela.
"Hattchii!"
"Eh, lo sakit?" tanya Aldo sedikit panik.
"Enggak. Ini udah biasa. Hidung gue suka gatel sendiri, ya begini jadinya," kata Kinara sambil tersenyum.
"Lo lucu juga ternyata."
"Kayak badut," lanjut Aldo yang seketika membuat senyum Kinara hilang.
"Kok badut sih?"
"Hidung lo merah. Kayak tomat. Lucu," jawab Aldo sambil menunjuk hidung Kinara yang memang merah.
"Ih. Rese! Masa hidung gue disama-samain kayak tomat," sahut Kinara kesal sambil kembali mengalihkan pandangannya ke arah jendela.
☆☆☆
"Siap-siap ya. Habis ini kita," kata Greta memberikan informasi.
Kini tim basket putri SMA Mulyana tengah berkumpul di pinggir lapangan menunggu nama SMA mereka dipanggil.
"Semangat, Kin," kata Aldo yang berdiri tidak jauh di sampingnya memberikan semangat aambil mengepalkan kedua tangannya.
"Juga," jawab Kinara singkat diselingi senyuman.
"Kita sambut tim basket putri dari SMA Mulyana yang akan melawan tim basket putri dari SMA Perwira!" kata sang pembawa acara menyebutkan.
Sementara tim basket putri bermain, tim putra masih setia berdiri di lapangan menunggu giliran mereka sembari sesekali meneriaki semangat.
Yang Aldo perhatikan hanya setiap gerak dari Kinara yang terlihat sangat lincah menghindari lawan yang ingin merebut bola ditangannya.
"Tim basket putri kita bukan cuman Kinara doang kali," sindir salah seorang teman Aldo tanpa melirik Aldo.
Aldo langsung mengalihkan perhatiannya salah tingkah karena tertangkap basah.
"Gue merhatiin dia karena permainan dia bagus," kata Aldo mengelak.
"Mulut lo bisa bohong, Do. Tapi mata lo enggak," jawabnya lagi sambil menatap Aldo.
"Apaan sih? Gak usah ngaco deh," sahut Aldo terus mengelak.
"Lo suka kan sama Kinara?" tanyanya sambil menyeringai kecil.
"Apaan sih, Ken," elaknya lagi sambil mengalihkan pandangannya ke atah lain.
"Gue ini udah kenal lama sama lo, Do. Jujur aja kali. Gue juga setuju kok," sahutnya membuat Aldo balas menatap Kendi.
"Ngelucu lo!"
"Terserah sih. Gue juga gak maksa. Cuman kalau suka, ungkapin, Do. Cewek gak akan tahu apa perasaan lo kalau lo gak bilang. Mereka bukan peramal," lanjut Kendi dengan tatapan yang masih serius pada setiap pergerakan tim basket putri mereka. Memperhatikan setiap gerak-gerik lawan. Dan setiap pertahanan dari tim SMA Mulyana.
Sementara Aldo, dia memikirkan kata-kata Kendi yang masih melekat di otaknya.
Lamunan Aldo terhenti seiring dengan suara pembawa acara yang menyebut tim basket mereka.
Aldo dan teman-temannya pun masuk ke dalam lapangan berpapasan dengan Kinara yang melangkah keluar sambil tersenyum kepada Aldo memberikan semangat.
Setelah melakukan banyak pertandingan. Pembawa acara pun menyebutkan pemenangnya.
"Juara kedua dimenangkan oleh tim basket putra SMA Mulyana!" Terdengar suara sorakan dari murid SMA Mulyana yang menonton.
Sebagai perwakilan, Kendi pun naik ke atas panggung untuk mengambil piala yang diserahkan.
"Selamat, Do," kata Kinara sembari menjabat tangan Aldo yang membalasnya.
"Thanks. Tim lo juga hebat. Gue lihat tadi lo cukup lincah," balas Aldo sembari tersenyum.
"Lo merhatiin gue?" tanya Kinara sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Gak lo doang. Jangan kepedean dulu kali," sahut Aldo dengan senyuman menyebalkannya.
"Gue juga gak mikir gitu," ujar Kinara sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Setelah selesai berberes dan berganti pakaian, mereka pun kembali ke sekolah. Di sekolah, barulah mereka akan pulang ke rumah masing-masing.
"Duluan, Do," pamit Kinara sembari masuk ke dalam mobil yang di dalamnya, sudah ada Didit yang menunggu.
"Cielah. Yang udah akur," goda Didit sembari melajukan mobilnya.
"Ih, apaan sih, Kak," sahut Kinara kesal.
"Ih, galak amat sih. Pantes masih jomblo."
"Jomblo ngomong jomblo. Ngaca woi!" sahutnya lagi dengan tatapan lurus ke depan.
"Gue jomblo bukan karena galak kayak lo. Cuman karena gue terlalu sempurna.." sombong Didit dengan lebaynya.
"Sempurna apanya? Kalau sempurna, lo gak akan jomblo, Kak," ujar Kinara malas.
"Karena itu. Karena gue terlalu sempurna, gue selalu jomblo. Cinta itu adalah penghubung 2 orang untuk saling menyempurnakan. Gue kan udah sempurna, jadi susah," jelasnya sok dramatis membuat Kinara geli.
"Serah lo, Kak," sahut Kinara menyerah. Berdebat dengan kakaknya sangat menghabiskan banyak tenaga dan sangat menguras otak. Bagaimana bisa ia menghadapi kakaknya dengan keadaan sekarang.
"Mampir Burger King, Kak. Laper gue," kata Kinara di tengah perjalanan.
"Ya ampun, di rumah juga ada makanan kali."
"Ah, ayolah. Lo gue beliin deh," paksa Kinara memelas.
"Kalau itu, oke," kata Didit akhirnya sambil menyeringai lebar.
Walaupun dia harus mengorbankan 2x lipat, tapi demi agar ia bisa memakan Burger King apa pun ia lakukan termasuk hal ini.
☆☆☆
"Eh, Do, bantuin gue dong, gimana caranya ngedeketin si Debi. Buntu nih gue," kata Jojo setengah memelas sambil menatap Aldo yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Katanya, cewek mana sih yang masih ngambek kalau lihat senyuman Jojo?" sindir Aldo sambil mengikuti cara bicara Jojo tadi pagi.
"Yah, elah, Do. Jangan gitu dong. Kata Kinara kan si Debi beda. Jadi ya gue bingung," lanjut Jojo dengan nada putus asa.
"Yah lo deketin aja. Kayak cewek biasanya," sahut Aldo santai dengan tatapan yang masih pada ponselnya.
"Tapi masalahnya, dia bukan kayak cewek biasanya, Do," sahut Jojo lagi frustasi.
"Yah makanya lo jangan berantem terus gitu sama dia. Lo sih cari gara-gara mulu, dia juga jadinya kesel."
"Ah, elah. Kalau gak kayak gitu, gue gak bisa deket sama dia. Gue gak akan mungkin berhadapan sedeket itu sama dia," ;anjut Jojo lagi.
"Karena itu. Coba lo jangan cari gara-gara. Dia kan pasti mikir, kenapa lo gak ngomel kayak biasa? Dia bakal penasaran," kata Aldo yang kini menoleh menatap Jojo yang masih berdiri di balkon kamarnya.
"Boleh juga sih. Emang lo doang yang gue andelin kalau soal cewek," sahut Jojo semangat sembari berjalan masuk ke dalam kamar dengan wajah berseri.
"Ah elah, gak gratis tapi Jo."
Senyum Jojo seketika hilang. "Lah. Lo kok gitu. Sama sahabat lo sendiri aja perhitungan banget sih."
"Sekarang gak ada yang gratis, Jo. Lo ke toilet aja bayar. Cuman kentut sama ngeludah doang yang gak bayar gue rasa," sahut Aldo sambil menyeringai lebar.
"Ah elah. Emang lo mau apa?" tanya Jojo akhirnya.
"Traktir gue Starbucks selama 1 minggu.." jawab Aldo sambil tersenyum lebar.
"Bangkrut gue, Do. Kalau gagal rugi gue," sahut Jojo sambil menjatuhkan tubuhnya duduk di atas kasur Aldo.
"Lo suka gitu sih. Optimis dong kalau berhasil. Omongan doa lho. Lo ngomong kayak gitu sama aja lo doa gagal.." ujar Aldo membuat Jojo berdiri tegak.
"Lo mah gitu deh. Sama aja lo aminin omongan gue tadi. Jangan gitu dong, Do."
"Ya makanya doa dong supaya berhasil.."
"Iya deh iya."
"Nah gitu dong. Jadi kan traktiran gue terus berjalan.." sahut Aldo sambil menaik turunkan sebelah alisnya dan menyeringai lebar.
"Karena Jojo baik dan tidak sombong, suka berbagi, dan rajin menabung ini sayang pada sahabatnya. Oke," katanya panjang lebar dengan wajah yang sok dramatis membuat Aldo menggelengkan kepalanya bingung.
_______________________________________