THEA

By TifaIndah

8.2K 2K 1.5K

Maaf sedang Hiatus :) Cerita ini khusus untuk orang-orang berselera humor tinggi nan retceh! Mari saling memb... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Kenalan biar sayang
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23

Bab 24

133 21 41
By TifaIndah

Semenjak kejadian malam itu, sampai hari ini Thea tidak melihat Bintang. Rasa bersalah pun kian mendesaknya. Pasalnya seminggu lebih sudah berlalu, tapi Bintang tidak menemuinya. Kebisaan Bintang yang suka muncul tiba-tiba membuat Thea semakin uring-uringan, karena Bintang sudah tidak melakukannya. Padahal sudah bukan hal baru lagi, Thea memperlakukan Bintang seenak jidatnya. Tapi baru kali ini ia merasa seperti ini, ditambah lagi sosok Bintang yang tak kunjung menampakkan kehadirannya, menambah mindset buruk di kepalanya.

Bintang ngehindar dari gue?

Oke, sudah cukup Thea tak tahan lagi dihantui perasaan menyebalkan ini. Dengan langkah terburu-buru, Thea menuju kelas Bintang. Pikirannya bercabang ke mana-mana, seperti ada rasa takut yang entah itu apa? Gila nggak sih baru berangkat sekolah langsung nyamperin kelas orang.

Thea langsung celingak-celinguk mencari seseorang yang bisa ia tanya, sesampainya di depan kelas Bintang. Sembari tersenyum ramah, Thea menepuk pundak cewek yang sedang berdiri di depan pintu.

"Permisi Kak, boleh nanya ga?" tanya Thea dengan nada yang ia buat selembut mungkin.

"Boleh, mau nanya apa?"

"Bintang ga masuk sekolah ya Kak?"

Thea nyengir kikuk setelahnya.

"Masuk kok," balasnya tersenyum.

"Oh, ya udah Kak makasih ya."

Seakan tahu maksud dan tujuan Thea ia menjawab, "tadi sih gue sempet denger dia mau ke kantin."

Mata Thea berbinar, lantas bergegas lari menuju kantin. Ternyata benar seseorang akan terasa ada jika kehadirannya sudah tidak lagi ada. Langkah Thea terhenti setelah pandangannya jatuh pada dua cowok yang sedang duduk di meja dekat tembok.

"Bintang," panggil Thea, dua cowok itu langsung menoleh ke sumber suara.

"Kenapa Te?" tanya Bintang to the point.

Degh!

Astaga! Thea belum menyiapkan jawaban sama sekali. Sekarang ia mau jawab apa ya Tuhan. Lagian kenapa juga sih dirinya mencari keberadaan Bintang. Thea menggaruk tengkuknya, merutuki kebodohannya ini. Di samping rasa canggungnya, Thea terus memutar otak memikirkan jawaban logis atas pertanyaan Bintang.

Thea duduk di antara mereka. Berdehem sebentar lalu menjawab, "jadi Tang, gue mau bayar utang sama Lo."

Mata Bintang langsung beradu pandang dengan Rio, kebingungan. Seingat Bintang, Thea tidak pernah berhutang padanya.

"Utang apa Te?" protesnya.

Thea menelan ludahnya, mendadak tenggorokannya mengering. Entah situasi apa ini tapi sungguh menyiksa bagi Thea.

"Lo ingat gak kejadian waktu itu? Pas malem-malem Lo ke rumah gue. Gue marahin Lo Tang."

Bintang mengangguk mengiyakan, sebab di kepalanya momen bersama Thea akan selalu ia ingat.

"Iya, terus?" cecar Bintang.

"Ya, gue utang maaf sama Lo. Udah salah paham sama Lo, marahin Lo, tapi ga minta maaf." Jeda sebentar Thea mengembuskan napasnya. "Ya udah sih maafin aja, kalo ga mau maafin ya terserah."

"Iya gue maafin Te, lagian gue ga mikirin itu kok."

"Tapi Lo ngehindarin gue!" jawab Thea ngegas.

"Kata siapa gue ngehindar?"

"Lo ga nemuin gue setelah kejadian itu."

Bintang terkekeh. "Gue sibuk Te, nyari tempat les. Kan sekarang gue kelas dua belas, mau ujian."

Pipi Thea merah padam, menahan malu. Ternyata selama ini dia salah paham.

"Bilang aja Lo kangen," timpal Rio yang sedari tadi diam.

"Kangen?"

***


Thea!"

Teriakan bak petir di siang bolong itu, kontan membuat Thea dan Isna yang sedang duduk berhadapan, langsung melempar pandang ke sumber suara. Keduanya langsung duduk di tempat duduk masing-masing. Napas keduanya tampak masih tersenggal-senggal.

"Gawas Te," ucap Ayu lemah sambil menyeka peluhnya.

Yuni menghela napas panjang kemudian mengembuskannya. "Parah, Te, lo itu kebangetan. Lo pasti nyesel banget," imbuh Yuni yang tak juga memberi secercah sesuatu yang bisa Thea tangkap maksudnya.

Thea mengambil botol air bekalnya untuk kemudian diberikan kepada temannya yang tampak sedang kesetanan. Dengan cepat Ayu meneguk air mineral dari botol berwarna biru itu, ia kemudian menetralkan napasnya yang perlahan membaik. Begitu juga dengan Yuni.

"Kapan terakhir Kak Bintang nyatain cinta ke lo?" tanya Yuni sembari menaruh botol yang telah kosong itu.

Arah pandang Thea beralih ke langit-langit kelas, Thea berusaha mengingat-ingat. "Emmm emang Bintang pernah bilang cinta ke gue?" ungkap Thea seadanya.

"Manusia macem apa sih Lo!" ucap Ayu sembari mencebik kesal.

"Emang kenapa sih? Ada apa Yun?" Thea mulai penasaran.

"Gue tadi lihat, Kak Bintang makan bareng sama cewek," serunya bernada serius. "Gue takut Te, Kak Bintang bakal ninggalin lo," imbuhnya kemudian.

"Pacarnya mungkin," jawab Thea dengan muka datar, sesaat setelahnya, senyum kecil Thea muncul. Hanya sesaat dan tak terlalu terlihat, sampai-sampai ketiga temannya tidak melihat itu.

Mendengar itu, Isna jadi menganga tak percaya, sedangkan Yuni melirik ke arah Ayu yang langsung menangkap kontak matanya. Ayu mengangkat kedua bahunya lemah.

"Lo ke sekolah ga lupa bawa otak kan Te?" tanya Ayu semakin murka.

Thea meleguh lemah, bibirnya ia manyunkan. "Ya abis gimana? Emang dia ga pernah bilang cinta ke gue. Lagian nih ya, Bintang udah ngehindar dari gue. Puas kalian? Jadi, ya biarin dia bahagia sesukanya."

"Nyesel kan Lo sekarang? Makanya kalo ada yang datang itu dihargai," imbuh Isna ikut menyayangkan kejadian ini.

"Emang Bintang mau dihargai berapa? Kan dia bukan barang dagangan."

Dueng!

Ayu menoyor kepala Thea, tidak habis pikir sama isi kepalanya. Tanpa aba-aba Yuni menarik lengan Thea dengan paksa, pasalnya ia sudah habis kesabaran sedari tadi. Teman mana yang tidak menginginkan sesuatu yang terbaik untuk temannya.

"Yuni lepasin tangan gue!" teriak Thea terus menerus selama perjalanan.

Thea terpaku saat setelah manik matanya melihat Bintang dengan cewek dihadapannya. Hal yang lebih membuat hatinya sedikit pedih adalah tidak adanya sosok Rio di sana.

"Lo pura pura jalan ke sana, Lo sapa kak Bintang. Paham Lo?" cerocos Yuni memberi arahan.

Wajah Thea tampak muram, itu pun tidak disadarinya. "Udah lah Yun, gak usah. Ngapain sih?"

"Banyak ngeyel Lo ya!" Geram, Yuni menarik lagi lengan Thea, membawanya sampai ke hadapan Bintang.

"Te, Lo mau pesen apa?" tanya Yuni pura-pura ketika sudah mendekati keberadaan Bintang.

Thea diam, matanya terus memperhatikan lekuk sabit di bibir Bintang. Bintang nampak sekali bahagia dengan gurat ceria di wajahnya. Sampai akhirnya sepasang mata yang sejak tadi ia pandang, meliriknya, mengunci pandangannya.

Sembari mengerlingkan pandangan tangan Thea melambai ke arah Bintang. Bibirnya langsung tersenyum, Bintang membalasnya.

"Hai Te, apa kabar? Mau beli apa?" Akhirnya Bintang buka suara.

"Minum Tang," jawab Thea singkat.

Hati Thea memanas mendengar pertanyaan apa kabar dari Bintang. Seasing itu kah dirinya sekarang?

"Te, kenalin ini Flo temen les gue." Tidak disangka Bintang mengenalkan dirinya dengan cewek yang kini menyita waktu Bintang.

Thea tersenyum, mencoba tegar dengan semua ini. Lagipula ia harus cukup sopan dengan kakak kelasnya. Cewek yang disebutkan namanya Flo itu ikut tersenyum ramah. Sungguh senyum yang begitu indah.

"Gue duluan ya, permisi," ucap Thea yang langsung diangguki keduanya.

***

Thea membuang napas sambil menatap langit-langit kamarnya. Suasana hatinya kacau sekali hari ini, atau lebih tepatnya dimulai sejak Bintang sudah pergi.

"Apa bener gue kangen Bintang?" monolognya dengan suara lirih.

Sibuk dengan pikirannya, Thea sampai melupakan sosok virtual yang sangat disayanginya. Thea menyalakan ponselnya, ada delapan panggilan masuk sejak sepulang sekolah. Entah kenapa ia sampai kehilangan selera untuk melakukan apapun. Beberapa panggilan tak terjawab pun tak ia hiraukan, Thea lebih memilih meng-upload foto dirinya di story' WhatsApp-nya.

Selang beberapa menit ponselnya bunyi, ada pesan masuk yang sudah pasti dari Adrian.

Kamu gendut banget ya te.

Thea terperanga membaca pesan darinya, dengan segera ia bergegas ke arah cermin. Ia mematutkan pantulan seluruh tubuhnya pada cermin. Gendut? Perasaannya mencoba menyangkal, pasalnya ia merasa tubuhnya paling kecil dibanding ketiga temannya. Tangannya meraba wajahnya, pipi tembemnya pasti membuat orang salah paham.

Belum sempat membalas pesannya, Adrian sudah menelpon. Dengan perasaan yang masih campur aduk, Thea mengangkatnya.

"Halo."

"Iya Ian," balas Thea sambil merebahkan tubuhnya.

"Dari mana Te? Aku telpon dari siang kok ga diangkat?"

"Aku ga gendut kok Ian," potong Thea.

Thea bisa mendengar Adrian tertawa ringan. "Pipi kamu tembem banget, masa kamu kurus Te?"

"Kalo ga percaya ya ayo ketemu, aku buktiin kalo aku ga gendut." Thea mulai terpancing emosi

"Jauh Te. Lagian aku udah liat kok di foto," jawab Adrian terus ngeyel membuat Thea semakin naik pitam.

Thea mendesis. "Tapi yang kamu lihat itu salah!" tandas Thea sedikit berteriak.

Adrian diam, hanya terdengar suara hembusan napas Thea yang sedang emosi.

"Te," panggil Adrian lagi, Thea hanya bergumam pelan. "Semangat diet, aku suka cewek kurus."

Thea tercengang mendengar kalimat menyakitkan itu, matanya membelalak. Emosinya semakin naik. Padahal sudah dijelaskan, tapi tetap ngeyel.

"Berarti kamu ga suka sama aku Yan?" tanya Thea tidak mau buang waktu.

"Enggak tau," balas Adrian santai diakhiri dengan suara ketawanya. Suara tawa yang kali ini membuat kupingnya berdengung.

"Kok gak tau, emangnya selama ini kita apa Yan?"

"Apa kamu ga cukup kalo kita cuma temen?"

Thea semakin dibuat terperanga dengan jawaban Adrian. Maksudnya apa? Selama ini jantungnya dibuat deg-degan tapi ia tidak mau tanggung jawab? Jadi, Thea jatuh cinta sendirian?

"Kamu bilang sayang ke aku Yan." Mata Thea mulai berkaca-kaca.

"Iya Te, memangnya sayang ga harus sama semua orang ya?"

"Hah? Maksudnya apa? Semua orang? Siapa aja?"

Luruh sudah air matanya, perasaannya semakin tidak karuan.

"Udah lah Te, gak usah dibahas." Dengan gampangnya Adrian mengucapkan itu, tanpa peduli lawan bicaranya sudah sesenggukan.

"Kok gak usah dibahas. Aku gak mau semuanya tampak abu-abu kaya gini, makanya jelasin."

"Kamu suka sama aku?"

"Gak ada alasan buat aku untuk gak suka sama kamu."

"Kenapa Te? Kenapa kamu harus jatuh tanpa aku minta dulu?"

"Terus kamu maunya apa? Kalo aja aku yang pegang kendali, aku ga akan biarin hati aku jatuh ke kamu."

"Ya udah, aku gak mau kamu terlalu jauh berharap Te. Udah ya, kita udah aja."

"Terus gimana?" Thea menangis sejadi-jadinya. "Gimana sama perasaan aku yang udah kamu buat terbang?"

"Kan aku gak pernah minta itu Te? Aku gak nyangka kamu sebaper itu."

Thea menyeka air matanya, mencoba menguatkan batinnya. Selama ia bukan oksigen, Thea masih bisa hidup tanpa Adrian.

"Oke, mari berakhir. Kita akhiri apa yang belum kita mulai. Jaga diri baik-baik."



Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

631K 28.9K 50
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
6.4M 180K 57
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.2M 120K 60
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
4.3M 256K 61
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...