THEA

By TifaIndah

8.2K 2K 1.5K

Maaf sedang Hiatus :) Cerita ini khusus untuk orang-orang berselera humor tinggi nan retceh! Mari saling memb... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Kenalan biar sayang
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24

Bab 19

204 47 81
By TifaIndah

Happy reading!

"Kalo jadi sesuatu yang berharga di mata orang lain, sulit dilakukan. Maka, biarlah keistimewaan tetap disimpan sendiran."

***

"Gak papa, gue tau lo gak sayang sama gue kan?"

Adrian paham betul mengenai perasaan gadis yang ada di seberang sana. Bagaiamana mungkin ia tidak peka mengenai perasaannya yang selalu ia tonjolkan.

Alasan kenapa ia mematikan sambungan teleponnya karena mendadak guru pengawas datang, mau tidak mau dengan cepat Adrian langsung mematikannya.

"Lho, Bu. Ulangannya kan masih setengah jam lagi," protes Adrian yang langsung menaruh ponselnya ke dalam saku celananya.

"Iya, emang. Ibu ke sini cuma mau bagiin kertas ulangan kalian kemarin."

Tau gini kenapa gue matiin teleponnya tadi? Ah pasti Thea salah paham.

Aqsa menghampiri dengan wajah kusut. Adrian hanya tersenyum miring menangkap maksud dari gurat wajah sahabatnya ini.

"Lo, remidi kan? Sudah kuduga hahaha." Adrian merebut selembaran kertas itu tanpa izin. Aqsa hanya meleguh pasrah. Mau gimana lagi, kapasitas otaknya memang segitu.

"Soal pelajaran sih gue emang selalu remidi, tapi soal perasaan gue selalu nilai tinggi. Enggak kayak elo yang redimi terus kalo udah menyangkut cinta," ujar Aqsa merusak suasana.

Adrian menyenderkan pundaknya di tembok luar kelas, pandangannya menerawang ke langit-langit. Aqsa benar kenapa takdir membuatnya harus merasakan pilu ketika sudah mengenal cinta.

"Lo, sekarang deket sama siapa sih btw?" tanya Aqsa sembari ikut menyender.

"Gak deket sama siapa-siapa."

Aqsa hanya manggut-manggut. Mengiyakan saja ucapan Adrian yang padahal ia tahu itu bertolak belakang dengan hatinya.

"Sekarang kalo gue tanya hati lo milik siapa? Lo mau jawab apa?"

Mendadak ia baru menyadari tentang Thea, pasti gadis itu langsung salah mengartikan tidakkannya tadi. "Thea."

Mata Aqsa kedip-kedip berkepanjangan, mendengar nama seorang gadis disebutkan dari mulut sahabatnya. Wah, sungguh kemajuan yang luar biasa. Kini Aqsa sedang memperhatikan gerak-gerik Adrian yang nampak sedang mengetikkan sesuatu di ponselnya.

"Siapa Thea?" Adrian terjingklak saat tiba-tiba wajah Aqsa mendekat ke wajahnya.

"Bukan siapa-siapa," balasnya sambil memegangi dadanya.

"Pacar baru lo ya? Atau masih pdkt-an? Bentar lagi ya jadiannya?"

Mendapati pertanyaan beruntun membuat Adrian jengah, ia memutar bola matanya. "Kepo!"

***

Adrian Keano N : Maaf ya Te, tadi ada guru. Jadi aku matiin deh.

Thea mengulas senyum setelah membaca WhatsApp dari Adrian. Jauh di dalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri yang sudah berpikiran macam-macam tadi. Sekarang Thea yakin 1000 persen kalau Adrian memang cowok yang baik. Persetan dengan panggilan Adrian yang kadang suka berubah, Thea mulai terbiasa dengan itu. Kadang-kadang Aku-Kamu, kadang-kadang Lo-Gue.

"Tadi lo berani banget sih Te belain Kak Bintang," ucap Ayu dengan mulut dipenuhi gorengan tempe.

Yuni mengangguk-ngangguk mantap, lalu ia menelan soto yang ada di dalam mulutnya sebelum akhinya berucap. "Gue curiga deh, lo ada apa-apa sama Kak Bintang. Sekarang lo jadi sering bareng sama dia Te, kenapa ya? Oh iya, kok lo belajar bareng sama dia gak bilang-bilang ke kita, Te?"

Thea mengalihkan segala fokusnya pada ketiga temannya. Ponselnya ia letakkan tanpa berniat membalas pesan dari Adrian.

"Gue sebenernya suka-"

"Tuh, kan apa gue bilang. Thea pasti pacaran sama Kak Bintang," potong Yuni dengan nada suara naik beberapa oktaf.

Isna yang sedari tadi asik dengan buku bacaannya kini mulai terusik dengan celotehan ketiga sahabatnya. "Bener, Te?"

"Gue mau ngomong, jangan dipotong dulu kenapa sih." Thea melototi ketiga sahabatnya yang kini mulai sok tahu. "Gue sekarang sukanya sama Adrian, bukan Bintang."

"SERIUS LO?" teriak mereka serempak, spontan Thea langsung menangkup wajahnya. Malu dengan kebiasaan temannya yang bermulut bak toa ini.

Sembari mengulum senyum tipis, Thea menggigit bakwan dengan kepala yang diangguk-anggukkan. Tidak baik rasanya jika perasaannya ia pendam sendirian. Dan Thea rasa itu tidak adil bagi ketiga sahabatnya jika mereka tidak tahu soal ini.

"BAGUS!" seru Isna dengan jiwa-jiwa penuh semangat. "Adrian emang cocok sama lo, karena dia emang lagi jomblo."

Kini pipi Thea bersemu merah, entah kenapa mendadak ia jadi salah tingkah.

"Emang sekarang hubungan lo udah sejauh mana sama si Adrian?" tanya Yuni menyentil hati Thea.

"Sejauh mata memandang ya, Te." Ayu tertawa keras karena ucapannya sendiri. Berbeda dengan tiga orang di dekatnya yang malah memiringkan sebelah sudut bibirnya.

Haduhh ... gajenya kumat.

Thea tampak menimbang-nimbak sesuatu sambil melihat ke dalam mangkuk di depannya. "Emmm ... gue gak yakin sih, hubungan gue udah jauh. Tapiiiii gue sering teleponan sama dia, tadi aja dia nelpon gue. Pokoknya gue belum bisa ngejamin ini kalo belum ketemu dia."

Mata Isna berbinar, "Nah, kalo gitu lo ajak dia ketemuan Te."

"Malu lah."

Gemas, Yuni menyubit pipi kiri Thea. "Kalo malu terus kapan ketemunya? Ya gak gaes?"

"Ho'oh tuh Te. Dengerin apa kata Yuni. Gue aja rela mutusin saraf malu gue demi nge-chatt doi duluan. Dan buktinya sekarang gue pacaran," imbuh Ayu, membuat Thea semakin dipacu gelisah.

***

Akhirnya setelah sekian lama, hari ini Thea bisa berangkat-pulang dengan sepedanya sendiri. Senang rasanya karena si perusuh Bintang tidak mendekati rumahnya hari ini.

Thea pulang meski bunyi bel masih setengah jam lagi berbunyi. Tentu saja karena ia menjawab soal cepat-cepat supaya bisa pulang lebih awal. Sembari mengayuh pedal sepedanya, entah kenapa muncul di benaknya soal gulali yang pernah diberikan Bintang. Tiba-tiba lidahnya kangen dengan rasa gulali itu.

Sayangnya, mood-nya mendadak hancur saat melihat tubuh jangkung itu lagi. Thea menggusah napas, mencoba ikhlas karena kali ini ia tidak bisa menuruti keinginan lidahnya. Dengan lagat seolah-olah tak melihat Bintang, Thea memandang lurus ke depan saat melewati tempat penjual gulali itu.

Thea mengerutkan dahinya, rasa-rasanya ada yang tidak beres. Kenapa tiba-tiba sepedanya berat untuk dikayuh? Saking beratnya Thea sampai berekspresi seperti orang mau pup. Geram, Thea menoleh.

Sialan emang tuh orang. Pantesan berat, boncengannya dipegangin.

Kedua mata Thea melebar, berusaha membuat Bintang takut. "LEPASIN! Lo gak ada kerjaan lain apa? Kalo iya mending lo bantuin nyapu sama ngepel di rumah gue sana!"

Bintang melepas pegangannya dengan senyuman semringah. "Yaudah, gue nebeng lo ya."

"Maksud lo apaan?"

"Katanya disuruh nyapu sama ngepel di rumah lo," seru Bintang bertingkah sok polos. "Berhubung gue gak bawa mobil, jadi gue nebeng lo ya."

Sejenak, Thea mengusap dadanya sembari meleguh napasnya yang semakin sesak.

"BODO AMAT!"

Kelewat kesal, tanpa sadar kebiasaan Thea dilakukannya lagi. Menggeser bibirnya ke kanan dan ke kiri terus menerus dengan napas yang memburu. Di dalam hatinya tak henti-hentinya ia menghujani Bintang sumpah serapah.

"Thea," panggil Bintang membuat Thea hampir terjerembab karena kaget. Untung saja dengan sigap Bintang bisa menangkap sepeda Thea yang hampir limbrung.

"Apa! Kenapa sih lo jadi orang ngeselin banget?"

Bintang nyengir tanpa dosa seraya menyerahkan gulali berbentuk ikan di depan wajah Thea. "Ya, karena gue emang ditakdirkan untuk jadi orang yang ngangenin."

Dih apa coba? Gue bilang ngeselin, dia jawab ngangenin. Budek apa kurang sehat sih?

Tangan Thea hendak meraih gulali itu, tapi mendadak Bintang mengacungkan lengannya lebih tinggi. Tindakkan ini tentu membuat Thea semakin merasa jengah.

"Udah ah males gue. Minggir lo!" sungut Thea.

"Lo boleh dapetin ini gratis tapi gue nebeng lo ya," pintanya dengan memasang poppy eyes.

Thea langsung meraup wajah Bintang. Akhirnya Thea bisa mencakar wajahnya yang super nyebelin ini.

Tiinnn ... tiinn ....

Suara klakson mobil yang pengemudinya tidak sabaran itu membuyarkan perasaan kesal Thea. Mendadak Thea melepas pegangannya di stang sepedanya, berusaha mengalihkannya pada Bintang. Sayangnya yang dikode malah enak-enakan mantengin mobil di belakang sepeda Thea, mobil yang terus saja membunyikan klaksonnya.

"Woy! Tiang lampu jalanan! Lo mau nebeng kan? Yaudah boleh, tapi lo yang nyetir."

Bintang gelagapan diperintah seperti itu oleh Thea. "Lo aja yang nyetir gue yang bonceng."

"Lo gila! Mana kuat gue boncengin raksasa macem lo," gerutu Thea semakin dibuat sebal.

"WOY! KALO PACARAN JANGAN DI JALAN RAYA! MINGGIR KALIAN!"

Thea semakin dibuat kebingungan karena sekarang pengemudi mobilnya mulai berteriak. Thea meneguk ludahnya sendiri seraya memperhatikan tubuh Bintang dari atas sampai ujung sepatunya.

"Ayo naik!" titah Thea ragu-ragu.

BERSAMBUNG!

***
Yuhuuu! Aku kembali lagi, yee. Oiya guys di part sebelumnya aku bahas soal give away ya, sedih banget karena gada yang komen :(
Jadi aku putusin untuk menggagalkan niat baikku itu.

Oke, baru kusadari kalo yang nunggu cerita ini up itu sedikit, bahkan mungkin tidak ada :(
Jadi, mulai sekarang aku putusin buat enggak update seminggu sekali tapi akan update sesuka hati aing.

Karena apa? Karena cerita ini gak bisa jadi sesuatu yang berharga di hati kalian. Maka dari itu, biarlah cerita ini kunikmati sendirian.

Dadah ....

(Padahal gak tau bilang dadahnya ke siapa :v)

Salam,
Tress.

Continue Reading

You'll Also Like

5M 265K 60
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
781K 28.6K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.6M 225K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...