THEA

By TifaIndah

8.2K 2K 1.5K

Maaf sedang Hiatus :) Cerita ini khusus untuk orang-orang berselera humor tinggi nan retceh! Mari saling memb... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Kenalan biar sayang
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24

Bab 18

218 43 64
By TifaIndah

Maaf soal keterlambatan update hehe. Semoga makin suka ya sama ceritanya. Jangan lupa buat klik bintang dan komen yang banyak supaya cepet update bab baru. Oke, HAPPY READING!

"Lo udah bego, jangan diem aja kalo dibegoin. Dasar bego!"
~Thea~

***

Berhubung sekolah masih dijadwalkan UAS, seluruh ruang kelas dikunci ketika istirahat. Hal ini tentu membuat seluruh siswa terpaksa duduk berhamburan di lantai bak gembel yang kehilangan tempat tinggal. Sembari menyumpal telinganya dengan earpod, Thea tersenyum di depan layar gawainya.

Cekrek.

Daripada bingung mau ngapain, tidak ada teman buat ngobrol karena teman-temannya sibuk dengan bukunya masing-masing. Alhasil Thea berpose sebentar untuk kemudian diunggah ke instagram-nya. Semua teman-temannya masih menganut sistem belajar dengan membaca buku yang tebal itu, jadi ketika ulangan mereka sama sekali tidak santuy dan enggak bisa diganggu. Sungguh keadaan yang membuatnya pelik.

Beberapa menit setelah postingannya diunggah, dengan caption quotes yang beberapa menit lalu muncul dibenaknya, hanya ada beberapa like yang ia dapat. Ya, memang karena Thea bukan seorang selebgram yang mempunyai jutaan pengikut. Bagi Thea, di-follow Adrian saja itu sudah cukup.

"Thea post foto baru di ig, yuk komen. Sebut Adrian juga Na," bisik Yuni menghasut Isna dan Ayu.

Thea sedikit terkejut saat ponselnya bergetar akibat sebuah notif yang masuk. Buru-buru ia langsung melototi ketiga sahabatnya yang nampak sedang crengas-crenges karena sedang berbalas komentar di postingannya.

"Kita hanya sedang berjarak, bukan berpisah." Ayu membaca tulisan yang menjadi caption di postingan Thea, mencoba menggodanya.

"Cieeee ... yang lagi jatuh cinta," ledek Yuni, spontan pipi Thea langsung bersemu merah.

Tak lama setelah Thea membuang muka, ia kembali mendapat notif dari ponselnya. Matanya seketika membelakak, bisa-bisanya si Isna menyebut username Adrian di kolom komentar.

"Isna! Lo apa-apaan sih!" gerutu Thea sebal.

"Ih, Adrian ngebales woy!" ucap Yuni bersemangat. Dengan cepat Thea memeriksanya, dan ternyata beneran Adrian muncul di sana. Memalukan sekali.

"Gue hapus nih postingannya, malu tau," rengek Thea yang sedang dalam kondisi antara senang dan malu. Thea senang karena Adrian fast respon, tapi di sisi lain ia seakan sedang memalukan dirinya sendiri dengan caption yang seakan-akan menyindir Adrian.

Thea Calistha : Maaf ya soal temen-temen gue. Mereka emang suka jahil gitu. Pasti lo malu kan?

Tidak ada jawaban, Thea semakin merasa ketakutan. Belum lagi ketiga temannya malah asik menggodanya di komentar yang kini sudah mencapai ratusan oleh ulah mereka.

Tak lama setelah layar ponselnya meredup, sebuah panggilan membuatnya otomatis langsung menyala. Adrian is calling. Tak ingin berlarut-larut terjebak dalam masalah, akhirnya Thea mengangkat sambungan telepon itu.

"Hallo, Te." Thea memejamkan matanya sesaat, dalam hatinya ia mengucap puji syukur karena mendengar nada bicara Adrian yang tampak biasa-biasa saja.

"Eh, iya. Hallo Yan, maaf ya soal itu," ucap Thea ragu-ragu sambil membenahi posisi earpod-nya.

"Enggak papa, bukan masalah. Gue malah seneng jadi bisa lebih akrab sama semua temen lo, Te."

Thea melirik sekilas ke arah teman-temannya, yang masih tidak menyadari kalau ia sedang teleponan.

"Lo, gak marah kan?"

"Marah? Marah kenapa? Karena kata-kata lo yang nuntun gue supaya peka kalo kita lagi berjarak?" jawab Adrian tepat sasaran. Tak pernah Thea duga kalau Adrian sepeka itu untuk ukuran cowok yang tergolong sangat remaja. Padahal Bintang saja tidak begitu.

"Thea, lo cinta kan sama Adrian?"

Thea merutuki kegilaan yang Ayu lakukan, kenapa disaat seperti ini si Ayu dengan lantangnya bertanya soal perasaannya. Dalam hati Thea berdoa semoga Adrian tidak mendengar kalimat buka kartu yang dilontarkan Ayu.

"Yan, itu semua gak bener kok. Mereka bohong, mereka gak tau apa-apa sebenernya," kata Thea mencoba mengelak perasaannya sendiri.

"Gak papa, gue tau lo gak sayang sama gue kan?"

Adrian memutuskan sambungannya secara sepihak. Hal ini tentu membuat Thea jadi uring-uringan. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa sekarang. Padahal tadi ia hanya berusaha menjaga keadaan demi menyelamatkan pertemanan. Thea tidak mau kalau perasaannya ia uturakan semuanya akan berubah. Tapi kenapa Adrian malah membalas sebaliknya?

Apa Adrian suka sama gue? Kalo iya kenapa gak bilang? Apa lagi nunggu waktu yang tepat ya?

"Eh ngantin yuk, laper nih gue," ajak Yuni sambil mengelus-elus perutnya.

Beberapa menit tenggelam dalam pikiran, Thea terlonjak kaget manakala Yuni menimpuk kepalanya pelan. "Ayo! Lo ngelamun mulu kerjaannya, heran."

Tanpa berniat membalas ucapan Yuni, Thea hanya bangkit dan langsung mengekori ketiga sahabatnya.

"Te, lo pacaran aja sama Adrian. Kan lumayan kita bisa nge-date bareng nanti," anjur Isna yang berada di sebelah kiri Thea.

Thea terkesima, perkataan Isna benar-benar membuatnya tergiur. Membayangkan bagaimana nanti tangan Adrian mengelus puncak kepalanya, ngelawak di depan matanya. Kini tumbuh keingan Thea untuk bertemu Adrian. Penasaran bagaimana rupa aslinya.

"Iya, gue juga pengin sih Na. Tapi masa gue nembak cowok kan horor jadinya," keluh Thea dengan intonasi penuh kesedihan.

"Tapi lo suka kan sama Adrian?"

Mendadak Thea menghentikan langkahnya, otaknya menerawang pertanyaan sentimen Isna. "Iya. Iya gue sayang sama Adrian."

Isna tersenyum penuh gembira, tapi tak lama. Entah kenapa ia merasa Adrian bukan orang yang tepat. Lama mengenal Adrian membuat Isna paham soal satu hal, Adrian cowok yang ramah, yang sikapnya sulit diterjemah. Takutnya apa yang selama ini Thea anggap itu perhatian, ternyata malah kebiasaan Adrian.

"Eh ada rame-rame apa tuh," seru Yuni heboh saat melihat lorong kelas yang bersebrangan. Buru-buru Thea menengok ke arah lorong kelas sebelas Ips itu.

Kelewat penasaran Ayu berjalan mendekat, bukannya mencekal Yuni malah ikut-ikutan.

"Ayu, ngapain?" omel Thea mencoba mencegat.

"Kepo gue Te, ayo lah nonton hiburan gratis kayak gini. Sekali-sekali Te," ucap Ayu tak henti-hentinya menghasut Thea.

"Ngaku kamu! Kamu nyontek ke siapa?"

"Mentang-mentang anak orang kaya kelakuan gak dijaga, seenaknya sendiri. Nyontek di google kan?"

Keinginan tak mau ikut campur mendadak luntur saat ucapan guru laki-laki itu menggema. Sekarang ketiga temannya sudah menjadi bagian dari kerumunan itu. Thea meleguh napas berat, sepasang kakinya akhirnya melangkah mendekati kerumunan itu.

"Bintang!" hardik Pak Topo di depan matanya. Jujur saja Thea sempat kaget akibat teriakannya. Pandangan Thea langsung beralih pada cowok tinggi yang sedang menundukkan kepalanya.

Bintang ketahuan nyontek? Jadi selama ini dia nyontek, bukan belajar.

Tak lama sosok yang sedari tadi menjadi tatapan orang banyak akhirnya membuka mulut. "Saya beneran belajar Pak. Saya gak nyontek seperti apa yang Bapak tuduhkan."

"Saya gak percaya! Kamu harus ngaku kamu nyontek ke siapa? Bintang!"

Melihat Bintang dibentak sekaligus dijadikan tontonan masal, yang tentu saja memalukan dirinya, Thea merasa iba. Ia rasa sumber masalahnya ialah nilai Bintang yang mendadak meningkat. Thea ingat kejadiaan beberapa waktu lalu dimana Pak Topo menghina Bintang sebagai murid terbodoh seangkatan.

"Pak Topo," panggil Thea, kepalanya ia tundukkan karena ia pastikan suaranya ini akan membuat semua pasang mata menjatuhkan pandangannya kepadanya.

Bintang yang menyadari itu suara Thea celingak-celinguk mencari keberadaan gadis itu. Thea tidak boleh kena omel karena usaha membelanya.

"Ya? Kenapa?" jawab Pak Topo yang masih dikuasai emosi.

"Bintang gak nyontek."

Thea menelan ludahnya, entah kenapa saat semuanya berkata, "Hah." kerongkongannya dadakan kering.

"Thea," panggil Bintang lirih. Thea menoleh sekilas.

"Sebenernya lo ini kenapa sih Tang? Lo diinjek-injek, dihina, dipermalukan kayak gini dan lo tetep diem? Kenapa lo gak patahkan argumen Pak Topo? Lo gak nyontek Tang, kenapa lo gak bisa bela diri lo sendiri?" seru Thea berapi-api. Bintang mengusap wajahnya mendengar pertanyaan beruntun dari Thea.

Pria yang kepalanya botak setengah itu tampak mencerna ucapan Thea. Beberapa waktu diam, kini beliau semakin tersulut emosi.

"Tau apa kamu soal dia? Kamu pacarnya?" Pak Topo mendelik. "Dia mendadak dapet nilai sembilan, padahal ulangan harian aja dapetnya tiga. Itu pasti karena dia ...."

"Dia belajar," potong Thea tak mau kalah. "Pak, kalo gak salah denger tadi Bapak bilang kelakuan Bintang seenaknya. Lalu apa ini Pak? Bapak seenaknya mempermalukan murid Bapak dengan tuduhan nyontek. Emang murid bego gak bisa jadi pinter ya Pak? Bukannya guru-guru sering bilang kalo ada kemauan pasti ada jalan. Bintang begitu karena dia ada kemauan belajar Pak." Napas Thea ngos-ngosan setelah dadakan melakukan siraman rohani.

Thea merogoh saku seragamnya, mengambil benda pipih miliknya. Dengan cepat ia membuka galeri setelah membuka polanya. Jarinya menggeser-geser deretan foto yang beberapa waktu lalu ia ambil. Di antaranya ada foto Bintang yang sedang menulis, ia memotretnya karena menurut Thea itu momen langka yang harus diabadikan.

"Liat Pak," titah Thea sembari menunjukan layar gawainya yang menyala. Nampak Bintang yang sedang fokus menulis di depan tumpukkan buku tebal. "Bintang belajar bareng sama saya. Bapak masih mau nuduh Bintang?"

"Thea lo deket sama Kak Bintang?"

Thea memutar bola matanya jengah, kenapa teman-temannya selalu menyeletuk disaat yang tidak tepat.

Pak Topo kalang kabut ditatap Thea, sekarang beliau merasa dipermalukan balik oleh anak muridnya. "Sudah sana bubar. Kalian nontonin apa sih?"

"Lho bukannya tadi Bapak yang nyuruh kita buat liat Bintang Pak," sahut salah satu teman sekelas Bintang.

Pak Topo ikut pergi saat semuanya bubar. Begitu pun dengan geng Thea yang kini hendak angkat kaki dari sana. Thea melirik lagi ke Bintang yang masih asik termenung. Kenapa Bintang tidak memanggilnya? Thea sengaja melambatkan langkahnya, takut Bintang telat sadar kalau ia mau pergi.

Satu langkah.

Dua langkah. Thea mulai geram sendiri. Kenapa Bintang tidak bilang apa-apa? Ya minimal terima kasih lah.

Tiga langkah.

Thea berdecak sebal. Ia hentak-hentakkan kakinya kasar sampai menimbulkan bunyi. Dan, bruk, Thea hampir terpelanting ke bawah saat mendapat tubrukan mendadak dari belakang. Tangan Bintang melingkar di perurnya, dagunya bertumpu di atas kepalanya. Thea mengelus lengan Bintang sekilas sambil tersenyum. Lalu dengan satu hentakkan Thea melepas pelukan Bintang.

"Lo udah bego, jangan diem aja kalo dibegoin. Dasar bego!"

TBC!

***

Yuuuhu ... Aku balik lagi bawa anak-anakku. Gimana part ini? Suka?

Kok sekarang banyak silent readers ya?

Aku bakal lanjut kalo kalian komen next atau lanjut ya. Oke gak? Oke dong.

Mau give away gak? Bulan depan aku ultah, rencananya mau kasih hadiah buat pembacaku. Gimana? Setuju?

Komen ya ...

Salam,
Tress.

Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 303K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
1.3M 58.4K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.9M 168K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
2.4M 141K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...