Little Baby (Tamat)

By Alaita23

8M 332K 4K

Sebuah insiden membuat Clara harus kehilangan masa depannya. Gadis yang memiliki sifat baik hati dan juga tid... More

Part 1🌺
Part 2🌺
Part 3 🌺
Part 4 🌺
Part 5 🌺
Part 6 🌺
Part 7 🌺
Part 8 🌺
Part 9 🌺
Part 10 🌺
Part 11 🌺
Part 12 🌺
Part 13 🌺
Part 14 🌺
Part 15 🌺
Part 16 🌺
Part 17 🌺
Part 18 🌺
Part 19 🌺
Part 20 🌺
Part 21 🌺
Part 22 🌻
Part 23 🌻
Part 25 🌻
Part 26 🌻
Part 27 🌻
Part 28 🌻
Part 29 🌻
Part 30🌻
Part 31🌻
Part 32 🌻
Part 33 🌻
Part 34 🌻
Part 35 🌻
Part 36 The End🌼
Ekstra Part πŸ•Š
Ekstra Part2 πŸ•Š
Info sekuel ~

Part 24 🌻

173K 7.2K 99
By Alaita23

Yang tidak suka sama ceritanya tidak papa :)

Author POV

"Tidak usah Ra, biar saya tidur di sini saja." Sambil menata karpet yang diberikan oleh Nenek. Ya walaupun Valdo sedikit kesusahan saat menata karpet tersebut.

Clara sedikit ragu untuk ini. "Tapi..."

"Tidak papa Clara, itu untuk si kucing jantan ini yang akan tinggal di sini." Yuli berjalan ke arah mereka dengan mengatakan kalimat yang sungguh menusuk Valdo. Kenapa mamanya sangat tega kepada anaknya sendiri, hello, selama ini Valdo tidak pernah melakukan itu.

"Tapi saat malam hari udara di sini akan sangat dingin." Clara tak tega melihat Valdo yang akan tidur di ruang tamu dengan beralasan karpet.

Udara dipedesaan terkenal sangat dingin saat malam hari, itu membuat warga tidak membutuhkan ac untuk mereka jika ingin merasa dingin. Bahkan kadang akan ada angin yang terlalu kencang menghantam rumah-rumah wargga sehingga menimbulkan bunyi deritan diatap-atap rumah. Orang kota mana tau hal yang seperti itu.

Valdo tersenyum lembut mendengar betapa khawatirnya Clara kepada dirinya. "Iya Ra, itung-itung ini untuk latihan."

"Latihan untuk?" Clara menatap Valdo dengan tanda tanya.

"Yaaa gitulah."

"Sudah-sudah, ini sudah malam sekarang kalian tidur."

Valdo memang terpaksa harus tidur di sana karena kamar rumah ini hanya berjumlah dua saja. Clara tidur dengan Yuli serta Putri sedangkan nenek tidur dengan Fira. Jika tidak ada ruangan terpaksa harus tidur diruang tamu dengan ditemani beberapa nyamuk.

Hari sudah semakin larut namun Clara masih belum bisa tidur. Dia memikirkan apakah Valdo bisa tidur sedangkan seumur hidupnya, dia tidak pernah tidur di lantai.

Clara mengambil jaket dan pergi melihat Valdo. Ia berjalan perlahan agar tidak ada orang yang di ganggunya.

Saat sudah sampai di ruang tamu Clara tak melihat Valdo di sana. Clara melihat sekeliling ruangan untuk mencari Valdo. Dan mendengar suara orang yang dicari-cari dari arah belakang.

"Apa kamu sudah sangat merindukanku?" Tiba-tiba Valdo sudah ada di depan Clara. Clara langsung kaget dan memegangi dadanya karena keterkejutan itu. Dia seperti sedang kepergok melakukan sesuatu.

"Astaga tuan saya kira siapa."

Mendengar itu Valdo ingin sedikit menggoda Clara. "Memang kamu kesini mau apa? Ingin tidur denganku?"

"Bukan, bukan itu maksud saya. Apa tuan tidak bisa tidur." Wajah Clara sepenuhnya sudah sangat memerah. Pikirannya entah mengapa membayangkan kegiatan beberapa tahun yang lalu, kegiatan yang masih dia ingat sepenuhnya.

Valdo berhenti menggoda dan menganggukkan kepala. "Yaa.. saya masih belum bisa tidur."

"Kalau begitu apa tuan mau secangkir teh?" Tawar Clara.

"Boleh.."

Clara berjalan ke arah dapur untuk membuatkan dua cangkir teh, untuknya dan juga Valdo. Menunggu air sampai mendidih dan memikirkan perkataan Valdo beberapa waktu yang lalu.

"Apa benar aku sudah merindukannya..." ~batin Clara.

Menepis pikirannya Clara segera membawakan teh yang sudah dia buat itu kearah Valdo yang menunggunya.

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Clara berjalan ke arah teras yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu. Dan Valdo mengikuti dari arah belakang dengan menatap punggung Clara.

"Apa kamu bahagia akan menikah dengan saya." Valdo menghampiri Clara dengan berjalan disebelahya setelah menyesap teh itu dan ditaruh diatas meja sejenak.

"Tentu saja saya bahagia, Putri juga bahagia akan memilik seorang ayah. Dia akan merasakan kasih sayang yang melimpah dari ayahnya."

Valdo memegang kedua pundak milik Clara dengan sangat erat. Mata cantik Clara otomatis menatap mata biru milik Valdo. "Apa kamu juga sangat bahagia bukan karna Putri atau yang lain?" Ini pertanyaan yang sangat serius.

"Itu..." Clara merasa pipinya memanas atas apa yang di tanyakan oleh Valdo. Apakah dia akan mengatakan kalau dirinya memang bahagia bisa menikah dengan Valdo.

"Oooo jadi kalian di sini untuk berpacaran." Suara Nenek datang menghampiri mereka.

"Nenek." Ucap mereka kompak karena terkejut, apakah mereka mengganggu nenek.

"Eemm.. mungkin Putri sedang mencariku, aku pergi dulu selamat malam nenek, dan tuan Valdo." Clara segera pergi meninggalkan nenek dan juga Valdo.

Melihat Clara pergi Valdo beralih menatap Nenek dan bertanya. "Nenek belum tidur?"

"Sebenarnya nenek ingin mengambil air tapi saat melihat kalian... mungkin nenek harus menghampiri dulu sebelum kalian..."

"Kenapa tiba-tiba aku mengantuk, nenek saya mau tidur dulu. Nenek juga harus tidur supaya tidak sakit. Selamat malam nek." Valdo segera memotong perkataan Nenek dan pergi meninggalkannya dengan alasan mengantuk.

"Anak zaman sekarang."

Kini hari sudah menjelang pagi, setelah selesai sholat subuh Clara segera pergi ke arah dapur untuk memasak sarapan. Bertambahnya tiga orang dirumah membuat Clara harus bangun pagi untuk menyiapkan sarapan.

Sedangkan Valdo, dia baru bisa tidur jam tiga dini hari karena posisi yang tidak nyaman. Lantai yang keras dengan digerogoti beberapa nyamuk sialan membuat Valdo kesulitan tidur. Ini hanya demi memenangkan hati keluarga Clara.

Clara membuka kulkas yang berukuran mini didapur dan mendapati isinya tengah kosong. Bahan-bahan yang ada sudah mereka masak kemarin dan sekarang dia harus pergi kepasar jika ingin mendapatkan bahan-bahan itu.

"Kenapa Ra??" Nenek yang melihat Clara didapur berjalan dengan membawa tongkatnya untuk menghampirinya.

Clara menoleh dan berkata. "Ini nek, bahan-bahan yang ada sudah habis"

"Kalau begitu pergi kepasar dan membelinya, biar nenek yang urus sisahnya."

"Begitu ya, baiklah kalau begitu." Clara segera mengambil keranjang sayur untuk membeli bahan-bahan dan berpamitan kepada nenek.

"Ehh.. kamu mau pergi dengan siapa?" Clara berbalik setelah mendengar neneknya bertanya.

Dengan bingung Clara menjawab. "Sendiri nek, memang kenapa?"

"Tunggu..."  perintah Nenek dengan berjalan ke arah ruang tamu. Apa yang akan nenek lakukan dan ternyata. "Valdo.... Valdo." Dengan menepuk-nepuk pipi Valdo bergantian.

"Hemm..." hanya gumaman yang keluar dari mulut Valdo. Dia sangat mengantuk, bahkan membuka matanya akan sangat sulit.

"Kalau tidak segera bangun dalam hitungan ketiga nenek tidak akan membiarkan Clara ataupun Putri pergi dari rumah ini, satu.... dua..."

"Ehh nenek, sudah pagi ya, huuaaam." Mendengar itu Valdo langsung terbangun dan menguap sangat lebar. "Nenek ada apa?" Lanjut Valdo bertanya. Rasa ngantuk masih melanda diri Valdo.

"Kamu itu akan menjadi seorang suami jadi ya harus selalu ada untuk istri." Tutur Nenek yang hanya dijawab anggukkan oleh Valdo, dia masih bingung apa yang sebenarnya ingin nenek katakan.

"Nenek kenapa?" Clara menghampiri mereka dengan membawa keranjang sayurnya.

"Valdo akan menemanimu untuk belanja." Ucap nenek dan langsung dibantah oleh Clara.

"Tidak usah nek, Clara bisa sendiri." Apa jadinya jika Valdo pergi kepasar dengan dirinya.

"Maksud nenek aku harus pergi dengan Clara ke pasar?" Tanya Valdo setelah sadar sepenuhnya.

Nenek melotot kepada Valdo dan berseru. "Yaa! Kenapa, kamu tidak mau oke..."

Bukan Valdo tidak mau, setelah tidur dilantai sekarang dia harus pergi kepasar. Ini sungguh kali pertama Valdo melakukan hal-hal yang belum pernah dia lakukan sepanjang hidupnya. Bayangkan keadaan pasar yang penuh dengan lumpur, bau sayur juga ikan yang memenuhi pasar akan membuat orang merasakan mual. Apakah Valdo bisa pergi kesana, tetapi kalau dia tidak pergi bagaimana dia bisa merebut hati nenek.

Dengan cepat namun terdengar kaku Valdo membantah. "Kata siapa tidak mau, saya mau kok.. ayo Clara kita pergi sekarang juga!" Dia lelaki, keadaan pasar seperti itu tidak akan membuatnya mundur.

"Tapi anda belum mandi.."

"Tidak papa, gini-gini aku masih harum kok. Ayo kita pergi!"

"Baiklah kita pergi dulu ya nek. Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

Mereka segera pergi untuk berbelanja. Valdo hanya mencuci muka dan langsung mengelapnya. Keadaan air yang sangat dingin membuat nyalinya sangat ciut. Dan sepanjang perjalanan itu pula Valdo terus saja memegang lehernya. Memang mereka ke pasar berjalan kaki itu karna letaknya yang tidak terlalu jauh.

"Ap-apa tuan baik-baik saja?" Clara tidak tega melihat Valdo yang ke sakitan. Mungkin Valdo merasakan kebas dilehernya karena tidur dilantai.

"Saya tidak papa, hanya terasa nyeri saja." Dengan memijat lehernya perlahan

"Enn."

Saat diperjalanan mereka berpapasan dengan seorang pemuda dengan membawa sebuah domba. Pemuda itu terlihat seumuran dengan Clara, wajahnya yang eksotis dengan beberapa otot yang ada membuat orang yang melihat akan merasa kagum.

"Astaga... tolong singkirkan domba anda tuan." Valdo segera berlari ke arah Calara dan bersembunyi dibelakangnya. Sungguh, Valdo sangat membenci domba, kambing, embek dan lain-lain.

"Tuan kenapa?" Clara merasa heran melihat Valdo yang terasa takut dan bersembunyi, apakah Valdo takut dengan domba?

"Aahh tidak, saya tidak papa!" Valdo berusaha untuk berani walaupun ia sangat takut dengan domba. Dia harus menunjukkan kalau dirinya tidaklah takut apapun, bisa hilang wibawanya melihat itu.

"Apa tuan takut dengan..."

"Tidak saya tidak takut dengan domba..." dengan cepat Valdo memotong. Apakah sangat terlihat jika dia takut dengan makhluk itu.

"Tidak takut tapi tidak berani... hahaha." Clara tertawa sangat lepas karna mengetahui bahwa Valdo takut dengan seekor domba. Selama ini Valdo terlihat tegas dan dingin tetapi siapa sangka bila lelaki itu memiliki kelemahannya sendiri.

"Clara??" Ucap seseorang menghentikan tawa Clara. Di segera menoleh kearah orang itu. "Kamu, kamu Clara kan." Clara mencoba untuk mengingat. Kenapa lelaki itu tau dirinya. Dan ingatan seklebet memenuhi otak Clara.

"Kak Rama?.." dengan ragu Clara memastikan

"Aahh benar kamu Clara, bagaimana kabar kamu Ra?" Sambil berjabat tangan dengan Clara.

Rama adalah senior sekaligus tetangga Clara. Saat Clara berada disekolah, senior itu yang selalu membantunya. Tetapi kenapa Clara sedikit melupakannya, mungkin karena mereka belum pernah bertemu beberapa tahun ini.

"Saya baik kok kak, bagaimana kabar kakak dan ibu kak Rama?"

"Alhamdulillah... baik kok Ra."

"Duhh perasaan tidak enak nih."~batin Valdo. Valdo terus menatap gerak-gerik pemuda itu dengan tatapan menyelidik.

"Siapa dia Ra?" Tanya Rama saat melihat Valdo yang menatapnya begitu tajam.

"Ooo dia ini...."

"Saya suaminya." Potong Valdo dan langsung menjabat tangan Rama. Sedikit remasan Rama terima.

Jelas saja Rama sangatterkejut. "kamu sudah menikah Ra?"

"..."

"Sudah." Jawab Valdo lagi, tanpa memperdulikan Clara yang ingin berkomentar. "Kalau begitu saya dan istri saya akan pergi dulu, permisi." Langsung mengandeng tangan Clara.

"Ehhh.... kami pergi dulu kak Rama." Clara binggung dengan sikap Valdo yang berubah seperti ini.

"Apa yang sedang tuan Valdo lakukan, ap-apa dia cemburu,, tapi... tidak dia tidak akan seperti itu, kalau iya bagaimana.." batin Clara dengan senyuman di wajahnya.

Setelah berjalan beberapa waktu Valdo langsung melepas gandengan tangannya dan menatap Clara dengan tatapan introgasi.

"Ehh..." Clara binggung.

"Siapa laki-laki itu?" Tanya Valdo sambil melipat kedua tangannya didada. Dia harus secepat mungkin menghindari kemungkinan yang ada kan.

"Siapa?" Tanya Clara pura-pura tidak tau dengan menahan senyumnya. Tetapi melihat Valdo yang begitu frustasi membuatnya tidak tega. "Ooo, dia itu senior saya waktu SMA. Ibunya sangat perhatian dengan saya, dia juga sangat baik waktu pertama masuk sekolah. Kak Rama sering membantu .."

"Aku hanya bertanya dia siapa, bukan bertanya apa yang dia lakukan untuk mu." Potong Valdo.

"Haaa?"

"Sudah, ayo kita pergi." Dengan berjalan mendahului Clara. Valdo bahkan merasa bingung dengan sikapnya ini.

Sepanjang perjalanan Clara terus saja tersenyum, kini dia sudah tau kalau Valdo memang sudah menyimpan rasa untuknya. Dilihat dari kelakuan Valdo sudah membuktikan itu.

Dan tak terasa mereka sudah sampai di pasar. Pasar memang selalu ramai di pagi hari untuk warga desa ini berbelanja. Saat memasukkan beberapa sayur yang dipesan, sang penjual sayur yang merupakan kenalan Clara tiba-tiba angkat suara.
"Siapa ini Ra?"

"Dia..."

"Saya suaminya bu." Potong Valdo biasa dengan menebarkan senyumnya.

"Kamu sudah menikah Ra?" Ucap seseorang ibu-ibu lain yang entah kapan sudah berada disebelah mereka.  "Wahh pergi ke kota untuk mencari ilmu ehh dapet juga suami yang tampan, kelihatan mapan juga."

"Eemm.. kalau begitu saya pergi dulu ibu-ibu permisi."

Clara segera menyeret Valdo untuk meninggalkan pasar. Bisa-bisa seluruh pasar berkumpul untuk menanyai dia.

"Kenapa tuh pipi memerah Ra?" Tanya Valdo sambil cekikikan dengan menoel pipi Clara yang sepenuhnya berubah menjadi merah.

"Terserah...."








🌻🌻🌻



Hai hai... up double selamat membaca.... vote dan comment biar aku cepet up....

Continue Reading

You'll Also Like

5.6K 916 44
TAHAP REVISI Menceritakan seorang gadis yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas harus menjalani kehidupan yang sangat pahit, dia juga menika...
5.5M 287K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
14.7K 520 36
"Oh My Gosh dia kan mas crush gue waktu SMA? " β€’β€’β€’β€’β€’ Bagaimana jadinya jika, bossmu adalah orang yang pernah kamu suka terdahulu, suatu kebahagiaan...
1.4M 110K 35
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...