Magic In You

By VVyMeU

32.3K 3.1K 154

Sejak mata ini pertama kali melihatmu, kamu berhasil menyita perhatianku. Kala itu, kalau kamu masih ingat, k... More

Beginning
1. First Sight
2. Ramen Susu Keju
3. Amplop Putih
4. Damn! She's So Stylish
5. I Need You
6. Hanya Kamu
7. Idola
8. Sengatan Itu
9. Don't Touch?
10. Ara Bertanya
11. Aku Bukan Malaikat
12. Unexpected Offer
13. Angel Or Butterfly
14. Malam Tadi
15. Sosok Setengah Dewa
16. Sendu Merindu
17. Aku Ingin Disini
18. Kembali tersenyum
19. Blok Mahakam
20. Just Be Yourself
21. Little Einstein
22. I 💗 U, My Thomas
23. Haters Gonna Hate
24. Anka
25. Mencintai Sangat Dalam
26. Tell Me Everything
27. He'll Be Okay
28. Perhatian Yang Menyenangkan
29. Sakit.. Perih..
30. 12 April 2003
31. Doa yang terjawab
32. Surprise
33. Tempramen
34. Tetapkan Keyakinan
35. Kissing Her
36. Bugs & Panda
37. Don't Ever Leave Me
38. Kembali Berjumpa
39. Weekend
40. No Choice
41. I Won't Give Up / So Do I
43. Anka & Kirana
44. I Love You, Always
Pesan Untuk Kirana
Bio dan Q&A

42. Clement

406 54 3
By VVyMeU

KHATA'S POV

I know your reputation.” (Aku tau reputasimu)

What reputation?” (Reputasi apa?)

That you sleep with many girls.” (Kalo kamu tidur dengan banyak perempuan)

And? It’s not uncommon.” (Dan? Itu nggak jarang.)

But I’m not one of those girls.”  (Tapi aku bukan salah satu perempuan itu)

So? You are here! Not in my bedroom! And we are not having sex.” (Lalu? Kamu di sini! Tidak di kamar tidurku! Dan kita tidak sedang melakukan seks!)

Aku menutup mataku rapat-rapat dan menangkap udara sebanyak yang aku mampu. Listrik kecil itu kembali menyerangku bertubi-tubi. Aku segera menyesali tidak memakai lengan panjang malam ini. Tempat ini sama sekali bukan tempat di mana orang tidak menyentuh satu sama lain, bukan.

Come on, you’re already in here! At least you have to dance.” (Ayolah, kamu sudah di sini! Paling tidak kamu harus berdansa.)

Mataku memandang pelan seluruh ruangan. Ruangan di tengah penuh dengan mereka yang sedang berdansa, mengikuti musik yang sama sekali bukan favoritku. Aku memandang Clement, dia balas dengan senyum yang mungkin dia pikir dengan itu bisa meyakinkanku.

No. You dance. I’m gonna sit right here.” (Tidak. Kamu berdansa. Aku akan duduk di sini)

“Oh, come on, you are the one who ask me to invite you.” (Oh, ayolah, kamu sendiri yang memintaku untuk mengundangmu ke sini.)

“Yeah, for going into club not to dance on the floor.” (Yeah, untuk pergi ke club, bukan berdansa)

Oh, girl. You wear so pretty dress and put some make up to what? Drink a soda?” (Kamu mengenakan dress yang bagus dan memakai make up untuk apa? Minum soda?)

“Yes. Something wrong with that?” (Ya, ada yang salah dengan itu?)

It’s tottaly wrong. You are here to lose yourself a bit. Just a bit. Nothing gonna out  of  your own control.” (Itu sangat salah. Kamu di sini untuk melepaskan dirimu sedikit. Cuma sedikit. Tidak akan ada sesuatu yang di luar kontrolmu)

Im gonna sit here and you can dance, or anything else.” (Aku akan duduk di sini dan kamu bisa berdansa atau apa pun)

“Oh, Khata! Ayo keluar. My mood is ruin now.

Dia kemudian menggandeng tanganku dan membawaku keluar dari club itu menuju basement. Tanganku yang menahan sakit itu akhirnya dia lepaskan ketika kami sampai di depan mobilnya. Tidak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Dia hanya menyalakan mobil dan keluar dari parkiran mobil mall itu.

“Sori ya udah ngerusak malam minggumu.”

“It’s okay.”

Jalanan malam itu dibasahi hujan rintik. Clement melajukan mobilnya pelan, seakan seirama dengan hujan. Aku mengambil nafas panjang lagi. Kali ini bau yang aku rasakan lebih baik, aroma interior mobil Clement.

“Kamu mau ke mana?”

“Anterin kamu pulang.”

“Hmm, bisa nggak kita liat drag race?”

“Ha?” Clement menghentikan mobilnya ke tepi jalan. Dia memandangku dengan  - yang aku tebak kaget, cahaya dari luar mobil tidak membantuku untuk melihat wajahnya lebih detail–

“Kamu kenapa? Ta, mending bilang aja deh. Ini bukan kamu sama sekali. First, you wanna go to club, now you wanna go to see drag race.” (Pertama, kamu mau ke club, sekarang kamu mau melihat drag race)

“Aku lagi nggak pingin pulang ke rumah.”

Well, there’s many option then. We can always go to 24 hours restaurant.” (Kalo begitu, banyak pilihan. Kita selalu bisa pergi ke restaurant 24 jam)

No, I need situation change” (Tidak, aku butuh pergantian situasi)

“Ok, maybe I know the right place.” (Ok, mungkin aku tau tempat yang tepat)

Tidak lebih dari tiga puluh menit kami sampai di sebuah restaurant dengan bangunan seperti warehouse aku rasa. Dia datang dan langung memesan beberapa menu. Aku tidak mengerti apa maksud Clement. Sudah sangat lama aku tidak berada di kawasan ini, membangkitkan beberapa memori masa lalu sewaktu rumahku berada di daerah sini.

“Kenapa ke sini?”

“Aku punya tebakan kamu kenapa.”

“Emang aku kenapa?”

“Patah hati. Hahaha.”

“Eh, nggak lah, patah hati sama siapa juga!”

“Yang jelas bukan mbek aku. Ngerebut hatimu aja belum apa lagi matahin. Hahaha”

“Dih, Clement! Lagi pula dapet kesimpulan dari mana kamu aku patah hati?”

“Kamu berkali-kali ngambil nafas panjang, itu tuh artinya kamu lagi patah hati. Hahahaha”

“Apa hubungannya? Ngaco!”

“Adalah, dihubungin aja biar ada. Udah ngaku aja lah biar cepet.”

“Terserah! Terus apa hubungannya sih patah hati sama nih tempat? Kamu sering ke sini emang?”

“Yah, seriusan kamu nggak tau? Ini dulu restaurant namanya kunang-kunang. Dulu waktu kita kecil kan kamu pernah bilang pengen banget makan di sini kalo nanti udah sukses. Ya, sekarang juga udah bisa dibilang sukses kan.”

“Hmm, ya aku inget. Lalu apa hubungannya sama patah hati?”

“Kita di sini cuma makan sedikit kok, habis ini kita pindah. Obat sakit hati paling mujarab itu, makan banyak Ta. Percaya deh, aku tuh masternya lek berhubungan sama patah hati. Sering ditolaknya.”

“Dih, masa? Aku pikir kamu tuan bikin sakit hati. Lagi pula ya, teori dari mana lagi tuh makan banyak obat sakit hati, ngaco.”

“Ah kamu. Kamu pikir karena aku sixpack, ganteng, dompet tebel gitu terus bisa membuat semua cewek jatuh cinta? Kalo kayak gitu mah aku udah jadi Arjuna kali.”

“Astaga, narsis banget sih nih orang. Bukannya pacar kamu banyak ya Cle? Menurut informasi yang akurat sih begitu.”

“Dih, siapa nih yang nyebar gossip kayak gini? Si Ara gosong itu pasti ya? Dan buat konfirmasi ya mbak wartawan, bedain lah cewek yang berhubungan, you know what I mean, tanpa perasaan sama cewek yang bisa bikin aku jatuh cinta.”

“Oh, jadi ada juga cewek yang bisa bikin kamu jatuh cinta?”

“Ada, sayangnya selalu ditolak dan enggak pernah ditanggapin serius.”

“Cup. Cup. Kasihan deh Clement. Oh ya, abis ini kita mau kemana lagi sih.”

“Habisin aja dulu makanannya, oke? Nanti kan kamu juga tau.”

Clement meneguk red wine nya. Dia kemudian menawariku untuk mencoba, tentu saja aku menolak. Aku sendiri sudah memesan mocktail untukku. Dua menu yang, menurutku sih sedikit, tersaji di depan kami. Dua piring itu habis dalam waktu singkat, yang sebagian besar masuknya ke perutku. Setelah membayar, Clement langsung mengajakku untuk pergi.

Tempat ke dua yang kami kunjungi adalah ice cream shop. Aku tahu kenapa dia memilih mengunjungi tempat ini. Dulu kami sering sekali minta untuk ke sini. Bahkan beberapa ulang tahun kami juga dirayakan di sini.

“Kamu masih inget?”

“Maksudnya? Pastilah aku masih ingat. Bukan cuma kamu anak satu-satunya yang suka makan ice cream di sini.”

“Duduk di tempat itu yuk? Tempat favorit dulu Cle.”

“Iya, ayok. Dulu kenapa ya kita suka banget duduk di sini? Oh, iya, biar bisa gangguin waitress nya ya. Hahaha.”

“Iya, dan kamu yang paling semangat.”

“Nggak salah? Kamu lah! Enak aja.”

“Eh kamu mau pesen apa?”

“Aku noodle aja deh.”

Aku kemudian memesan pesanan kami pada salah satu pegawai. Dia kemudian segera pergi setelah mencatat pesanan kami. Clement ijin padaku untuk ke kamar mandi. Sialnya, sendiri tanpa ada yang menyibukkan pikiran membuatku berpikir tentang perempuan itu.

Aku mengecek jam di HPku. Sudah siang di sana. Apa dia sudah makan ya? Apa dia makan teratur? Apa Anka merepotkannya?

Sial, kenapa hanya semenit saja aku tak bisa berpikir selain dia. Kapan aku bisa membunuh pikiran ini? Membiarkan dirinya pergi dari pikiranku. Dirinya terlalu memenuhi, terlalu crowded di dalam otak. Aku ingin dia pergi dari otak dan hatiku.

“Hoi, bengong aja. Baru juga ditinggal lima menit.”

“Ih, apa sih Cle.”

“Kamu masih sering jogging?”

“Hmmm, yah, pagi biasanya. Kamu sendiri?”

“Iya hahaha. Mungkin karena sudah kebiasaan ya kita? Berapa kali kita dulu wajib lari pagi?”

“Emm, delapan?”

“Bukan deh, dua puluh kayaknya. Delapan itu kalo sore.”

“Oh iya, dua puluh buat cowok, delapan belas buat cewek. Terus lanjut masuk kolam seribu speciality, seribu butterfly.”

“Dan kalo nggak masuk kemarin sorenya dua ribu butterfly sampe jelek.”

“Hahaha. Iya! Inget ga yang kita pernah sorenya dapet butterfly tiga ribu sama dua ribu? Terus paginya seribu butterfly abis itu kita berdua di sekolah masuk UKS gara gara pingsan waktu ceremony?”

“Ah, iya inget banget! Sampe teachers manggil our parents kan? Hahaha.”

“Yeah! Yeah! Ah, old time.”

“Yeah, old time. I miss it a lot.”

Me too.” 

Sekilas kembali ke masa lalu membuatku mengenang banyak hal. Orang tua, Anka, sekolahku, kegiatanku. Sungguh malam ini rasanya aku sangat melankolis. Sebanyak itu ternyata diriku sudah melangkah, sudah berubah.

“Ta? Jangan bengong lagi. Tuh es krim kamu leleh lho.”

“Eh, iya, iya.”

Aku menghabiskan es krim dengan diselingi bercanda bersamanya. Aku tidak tahu mengapa, sampai sekarang dia tidak mengungkit atau menanyakan masalahku. Tidak mungkin dia tidak penasaran. Dia orang yang sangat penasaran. Up date dengan gossip terbaru.

“Udah?”

“Uh, udah. Kalo besok aku nambah sekilo kamu tanggung jawab ya.”

“Iya, iya nanti aku tanggung jawab kok. Naik BB aja udah kayak mau punya anak segala pake tanggung jawab.”

“Ih, kamu. Beda ya sama cowok, cewek itu lebih susah jaga keseimbangan BB.”

“Yaudah, besok kita lari pagi aja gimana?”

“Boleh. Aku yakin aku pasti lebih kuat dari pada kamu!”

“Haahaha! Nggak mungkin sama sekali.”

“Oke, besok kita buktikan!”

“Siapa takut!”

“Lho Cle, kok kita nggak ke arah rumah sih?”

“Emang belum waktunya pulang ah. Masih ada satu tempat lagi.”

“Astaga aku udah kenyang lho Cle.”

“Sejam lagi juga udah nggak kenyang, lagi pula kopi aja kok.”

Aku diam saja membiarkan dia untuk membawaku ke tempat mana pun. Dia parkir di sebuah café lagi kali ini. Tidak ada yang spesial, interiornya pun biasa menurutku.

“Oke, ini café punya temanku. Biar aku cari dulu.”

Aku mengikuti Clement yang berjalan ke arah belakang. Di depannya, sang pegawai café mengantarkan kami dengan sigap. Seorang lelaki kemudian berbincang dan dia kemudian kembali ke bagian utama café dan membuka ruang khusus.

Lets drink some coffee!” (Ayo minum kopi!)

Can I have hot chocolate?” (Bisa aku minum cokelat panas?)

No, no, no. coffee. So you can tell me whats your problem.” (Tidak, kopi agar kamu cerita padaku masalahmu)

Well, okay then.” (Ok kalo begitu.)

Aku memesan kopi dengan lebih banyak campurannya, bukan kopi asli seperti yang dipilih Clement. Dia memang penggemar kopi. Dia bisa mengetahui kopi itu berasal dari mana hanya dengan menyeruputnya. Ya, seorang coffee addict.

“Aku nggak tau kalo kamu hmm in relationship with someone.”

“Hahaha. Engga. It’s complicated.”

“Hooo. Kenapa? Cowok orang? Suami orang?”

“Dih engga. Sama sekali engga.”

“Lalu?”

It’s complicated.”

“Hmmm. Oke, jadi sekarang kamu kenapa?”

“Entah hmm. Dia pergi, Aku sih yang minta. Nggak minta juga sih, tapi kayak membuat kepergiannya itu sesuatu yang mungkin dan sangat bisa dan aku seperti membuat keadaan dia harus pergi.”

“So dia pergi karena kamu. Ya, kalo dia cinta pasti akan balik ke kamu dong. Cinta nggak akan pergi ke mana-mana. Kalo memang dia mencintaimu seperti kamu mencintainya, dia pasti akan kembali ke kamu.”

“Dia hmmm. Ada orang lain yang sayang sama dia juga.”

“Lalu? Kayak yang aku bilang tadi, kalo memang cinta dia pasti nggak semudah itu tergoyahkan.”

“Masalahnya bukan di situ, Aku tau kalo dia bener-bener sayang sama aku. Dia bilang ke aku sebelum pergi. Dan aku tau dia nggak akan semudah itu tergoyahkan. Tapi masalahnya jauh lebih rumit dari itu Cle.”

“Kenapa? Jelasin ke aku.”

“Gini Cle. Orang yang sayang sama dia itu belum pernah sayang sama orang lain sampai seperti itu. Aku melihat rasa sayangnya itu memang tulus sekali.”

“Lalu? Duh Khata, masa bodoh dong. Maksudku, kamu nggak bisa membahagiakan setiap orang.  Kamu seharusnya tau itu dengan baik.”

“Aku tau, tapi masalahnya aku juga sangat dekat dengan orang ini. Aku ingin memberi dia kesempatan yang fair, tapi bahkan bila bisa aku mau ngorbanin bahagia untuk bersama orang yang bener-bener aku cintai itu untuk kebahagiaan dia. Karena buat aku jalan aku dan orang yang aku cintai ini nggak ada. Sekedar ilusi semata.”

“Hhhhhhhh. Khata, Khata. Sekalinya ada orang yang mampu buat kamu jatuh cinta sampe head over heels malah complicated begini. Di luar sana kalo ada yang tau nih, orang yang kamu cintai ini bakal dihujat habis-habisan.”

“Eh? Kok gitu? Jangan dong. Apa salah dia?”

“Aduh Khata, kamu tau berapa cowok yang selama ini pengen banget nge-date sama kamu sejak kamu masih ingusan, masih item, masih kucel banget nggak?”

“Emm Nggak.”

“Susah ya. Singkatnya begini ya. Kamu punya dua gelombang cowok yang suka sama kamu. Pertama sebelum kamu berenti renang, kedua setelah berenti renang..”

“Ketika sebelum kejadian orang tuaku meninggal dan sesudahnya…”

“Iya. Bener. Sebelum kejadian yang menimpa keluargamu, kamu cewek supel yang suka jailin para cowok-cowok yang meski masih kecil udah suka banget ngomong pacaran sama ini sama itu, karena masih kecil gelombang cowok ini kecil, tapi setelah kejadian itu, kamu jadi serba misterius. Kamu memang kelihatan kayak dulu, masih tetep ceria dan supel. Tapi semua yang tau tentang kejadianmu itu tentu bertanya-tanya dong. Dari situ para cowok-cowok mulai penasaran sama kamu, terus kamu berenti renang kan, kamu makin putih, terus prestasimu banyak. Yaudah nih gelombang kedua luarrrr biasa banyaknya. Itu teori gelombang cowok yang ngarep pengen jadi pacar kamu.”

“Hahahaha apaan sih Cle teori ngaco!”

“Eh, ini teori beneran keabsahannya. Enggak percaya nih?”

“Nggggaak.”

It’s a secret ya. Dulu sebelum aku pindah ke Singapura tuh aku gabung grup anak-anak cowok namanya The Wolf. Nah isinya tuh, ini beneran rahasia lho Ta, bisa mampus reputasi aku kalo nyebar.”

“Iyaaa, cepet ngomong.”

“Isinya tuh sharing foto cewek-cewek sexy dan cantik di Surabaya-Bali-Jogja-Jakarta-Bandung plus bio nya. Eh, jangan emosi dulu. Aku nggak ikutan sharing cuma passive aja di grup itu. Nah, taunya ada foto kamu plus bio. Tapi bionya juga ga lengkap. Waktu itu kamu masih SMP, padahal biasanya yang di share di situ anak-anak SMA kuliahan. Segitu cantiknya kamu lho Ta, sampe terkenal gitu.”

“Astaga apaaan deh. Nggak beneeeeeer.”

“Kamu tau nggak yang komentarin kamu tuh banyak tau. Cantik, pinter, potensial, stok calon istri, banyak deh pokoknya.”

“Kok aku nggak merasa seneng ya Cle? Hmm? Serius deh. Mana aku bangga masuk grup begituan.”

“Jangan focus di grupnya sih. Fokus di berapa banyak cowok yang mengagumimu Khata.”

“Tetep engga merasa kepuji.”

“Tau ah, intinya, banyak yang naruh hati sama kamu nona.”

“Lah terus? Apa hubungannya sama aku jatuh cinta sama dia?”

“Duh, kadang-kadang lemot dan oon mu itu nggak ketulungan ya. Ya berhubungan lah. Kalo kamu suka orang pasti berharapnya suka balik dong, bukan malah orang itu suka sama orang lain yang bisa matahin hatinya.”

“Hooo, iya, iya.”

“Hmm, jadi kamu engga berniat untuk ngomong apa-apa ke dia dong? Kamu udah bilang ke dia kamu cinta dia?”

“Hmmm, no, I never told her. She never hear a word from me. But, She know that I love her. She belive it.

She?”

“Uh Um he, I mean he, not she.”

Crap. Clement memandangiku dengan diam, seakan sedang menyusun puzzle di dalam kepalanya. Seakan sedang berpikir keras. Seperti… hendak mempercayai sesuatu yang susah dipercaya.

Tentu saja mukanya seperti itu. Ah ini kebodohanku sendiri. Kenapa orang orang yang dekat denganku sungguh gampang membaca soal percintaanku sih. Dulu Ara, sekarang Clement.

Oh my God. I know who’s the one that make you fall in love.” (Oh Tuhan, Aku tau siapa yang membuatmu jatuh cinta)

No! Don’t you dare say any name!” (Tidak, jangan berani-berani kamu sebut namanya!)

I know for sure. I am certainly 100% sure!” (Aku tau dengan pasti. Aku benar benar yakin 100%)

“Urggh.”

Can I say an initial? You don’t have to nod or give me a signal that it is true.” (Bisakah aku memberimu inisial? Kamu tidak harus mengangguk atau memberi sinyal bahwa itu benar)

Not a chance that you will leave me alone about this aren’t you?” (Kamu tidak akan meninggalkanku sendiri tentang ini ya?

Im sorry, not a chance.” (Maaf, tidak.)

Ok sure go ahead.” (Oke kalo begitu silahkan)

The one who you fall in love is K and the one that in love with K is A.” (Yang membuatmu jatuh cinta adalah K dan yang mencintai K adalah A)

Aku menutup mata dan menghela nafas panjang. Semoga Tuhan tak mencatat ini sebagai satu lagi dosaku yang tak termaafkan.

“Aku sangat mencintainya kamu tau. Aku sangat mencintai K. Tapi tidak ada satu jalan pun yang bisa menjadi pilihan terbaik Cle.”

“Ya, aku tau, cinta seperti itu dengan keadaanmu sekarang yang harus mengemban banyak tanggung jawab, aku rasa memang tidak mudah.”

“Dan, bagaimana aku rela untuk merebut satu satunya orang yang bisa membuat A nyaman seperti aku membuatnya nyaman, pergi dari dirinya? Aku tau dengan benar. Aku mengenalnya dengan baik. Aku mengerti apa yang dia rasakan bahkan sebelum dia merasakannya. aku tau yang dia akan ucapkan bahkan sebelum dia mengucapkannya. Aku nggak mampu merampas K dari A, Cle. Sama saja aku mencabik-cabik batinku.”

“Dan kamu memberinya kesempatan untuk mampu bersaing mendapatkan K?”

“Iya Cle. Aku nggak bisa memikirkan cara lain.”

“Ini sama saja pertarungan yang nggak fair dari awal. Maksudku, kalo sudah begini jelas kamu akan mengalah. Kamu akan angkat tangan dan pergi meski kamu engga mau.”

“Rasanya aku ingin nyerah, Cle. Aku nggak pernah ngerasa sebahagia ini sejauh aku hidup. Aku bahagia banget waktu sama dia. Dia orang yang bisa buat aku lupa sama banyak luka, buat aku ngerasa orang paling bahagia di dunia, kayak aku engga butuh apa-apa lagi selain dia Cle. Gimana kamu bisa mengikhlaskan orang seperti itu, Cle?”

“Aku nggak punya jawab apa-apa buat kamu. Aku tau kamu juga sayang sama A.”

“Iya, aku sangat sayang sama A. Dia menjadi arti aku hidup setelah kejadian itu. Aku kayak sekarang ya berjuang untuk dia, siapa lagi.”

“Kamu yakin A memang sayang dalam arti lebih ke K?”

“Aku kakaknya. Aku yang selalu lebih tau duluan dari kakek nenek kalo dia kenapa-kenapa. Aku tau dia Cle.”

“Nggak bisa kamu menikmati waktu sama K aja? maksudku, apa pun nanti yang terjadi, ya pikirkan nanti aja.”

“Nggak bisa. Itu sama aja kayak nusuk A dari belakang. Aku nggak bisa melakukan itu. Aku nggak pingin apa yang ada diantara aku dan K berlarut. Aku takut semakin engga bisa kembali. Kamu tau aku Clement. Itu terlarang. Dan dia, huh, aku benar-benar lumpuh kalo soal dia.”

“Lalu, kamu pernah mikir kalo sampe mereka berdua akhirnya bersatu gimana?”

“Entah. Aku nggak bisa mikir apa-apa lagi. Semua pertemuanku sama dia itu kayak engga ada artinya sekarang. Aku cuma pengen egois sebentar aja dan bener, aku mendapat keegoisanku sebentar. Sesingkat itu. Kamu nggak tau seberapa dia berharganya buat aku. Dia bener-bener kayak obat buat semua penyakitku, Cle. Aku bener-bener cinta dia. Dan hati ini bener bener sakit rasanya harus relain dia pergi sama A, meluk dia di bandara kemarin. Aku nggak rela. Aku pingin dia buat aku. Aku pingin cium bibir dia lagi. Aku pingin meluk dia setiap malem. Kenapa Tuhan kasih dia cuma buat siksa aku kaya gini sih? Aku nggak tau gimana harus ngelanjutin hidup Cle. Aku ngerasa sangat terpuruk “

“Ssst. Tenang.”

“Aku lelah banget. Aku lelah hidup. Aku lelah harus pura-pura kuat dan tegar, Cle. Tuhan nggak pernah adil buat aku. Aku hidup hanya untuk di siksa. Untuk jadi orang yang merasakan secuil manisnya bahagia dan hidup di kubangan siksaan. Aku pingin kaya orang lain. Jatuh cinta dan hidup selamanya bersama orang yang di cintainya. Kenapa aku nggak bisa? Kenapa Tuhan buat aku kayak gini?”

“Biarin waktu yang menjawab semuanya, Khata. Biarin waktu berjalan. Tuhan selalu punya rencana”

Continue Reading

You'll Also Like

74.5K 3.5K 28
Harapanku adalah dirinya. she is my hope Tidak ada lagi hal di dunia ini yang aku inginkan selain dirinya. Poros hidupku terus-terusan berpusat pad...
72.3K 5.1K 50
INTELLIGENCE, not because you think you know everything without questioning, but rather because you question everything you think you know. First Pub...
6M 314K 73
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
Can We ? By

Fanfiction

35.5K 3.9K 31
can you love me ? can you be honest with me? can we ?