Beautiful Curve

Oleh OnlyHye

147K 11.7K 320

Apa deskripsi wanita cantik? Tinggi, seksi, bentuk badan bak gitar spanyol, kulit yang cerah dan mulus tanpa... Lebih Banyak

Prolog
-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-7-
-8-
-9-
-10-
-11-
-12-
-13-
-14-
-15-
-16-
-17-
-18-
-19-
-20-
-21-
-22-
-23-
-24-
-25-
-26-
-27-
-28-
-29-
-31-
-32-
-33-
-34-
-35-
-36-
-37-
-38-
-39-
-40-
-41-
-42-
-43-
Bonus Chapter

-30-

2.2K 180 2
Oleh OnlyHye

Aku terbangun dipagi hari dengan kepala yang terasa sangat berat dan seperti dihantam oleh palu godam. Semalam suntuk aku terjaga dan tidak bisa tertidur sekeras apapun aku mencobanya. Aku hanya tertidur setelah Davin meneleponku dan menenangkanku sekitar jam 5 pagi. Dia berusaha meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja dan dia akan membantuku menyelesaikannya. Aku bahkan tidak bertanya bagaimana dia tahu bahwa aku masih terjaga saat itu. Atau sekedar bertanya kenapa dia masih terjaga di jam itu. Aku tahu dia pasti sangat mengkhawatirkanku setelah kejadian itu. Sejak hari itu dia tidak berhenti mengingatkanku untuk segera bertindak dan mengecek keadaanku setiap satu jam sekali. Davin juga datang kerumah setiap hari, tahu bahwa aku akan terus mengurung diri dirumah dan tenggelam dalam pikiran burukku sendiri jika tidak ada orang yang mengalihkan pikiranku dari kejadian itu.

Masih segar diingatanku, enam hari yang lalu saat salah seorang followersku mengirimkan direct message ke akun instagramku. Sebuah berita atau lebih tepatnya gosip tentangku yang dianggap menjalin hubungan spesial dengan Nando, di akun gosip instagram. Aku juga masih ingat caption postingan beritanya seperti ini, "cekrek cekrek! Dedek Nando ketangkep hengpong jadul lagi kencan berdua sama cewe nih di cafe. Ada yang tau sesembaknya itu siapa?" Kira-kira seperti itu captionnya. Bahkan saat itu aku menertawakan gosip itu yang bagiku sangat tidak masuk akal.

Foto yang diambil adalah fotoku dengan Nando sedang berdua di cafe tempat kami meeting sebelum syuting MV. Kupikir pasti foto diambil saat Gisel sedang pergi kekamar mandi, karena kami hanya terlihat berdua. Tapi dilihat dari manapun dalam foto itu terlihat jelas bahwa kami hanya berteman. Bahkan jarak kami agak jauh, pasangan tidak mungkin menjauh seperti itu. Sayangnya di foto kedualah yang dipermasalahkan. Foto kedua menunjukkan aku yang memasuki mobil Nando, seakan membenarkan bahwa kami hanya berdua saja. Padahal waktu itu ada Gisel, dan Nando hanya berbaik hati menawarkan tumpangan.

Dihari berita itu masuk ke DM ku, aku sedang bersama Davin. Aku menunjukkan padanya tentang berita yang muncul itu. Aku juga menjelaskan padanya bahwa ada tiga orang, dan Nando hanya mengantar pulang karena kasihan melihatku. Aku tidak ingin Davin salah paham, tapi ternyata dia malah tertawa melihat beritanya. Dia bilang selamat karena aku viral. Kami sama sekali tidak tahu jika hal yang kami tertawakan sebelumnya berubah menjadi lebih serius dan bisa menyakitiku seperti ini.

Dimulai ketika keesokan harinya salah seorang yang mengenaliku dari cover majalah, berkomentar di akun gosip dan men-tag akunku. Dalam sekejap aku mendapatkan begitu banyak notifikasi orang orang yang memfollow akunku, berkomentar di postingan fotoku, ataupun mencoba mengirimkan DM padaku. Aku tidak pernah menyetel settingan akun instagramku menjadi private, karena kupikir aku ingin semua orang bisa melihat karyaku. Tapi kurasa itu pilihan yang kurang tepat.

Saat aku bangun dengan ratusan notifikasi dari instagram, aku membukanya tanpa berpikir sesuatu telah terjadi. Tapi ternyata aku salah, begitu banyak komentar jahat yang kuterima. Begitu banyak komentar menghakimi yang kubaca baik diakun gosip ataupun di akun pribadiku. Mereka tak hanya menghinaku, tapi juga karya-karyaku.

"Jauh-jauh dari Nando lo bitch"

"Ya ampun kok mau-maunya ya Nando yang ganteng banget sama cewek model gini"

"Si gendut ini gak tau diri banget sih"

"Baru juga jadi model sekali aja udah sok-sok an deketin yang sekelas Nando"

"Pake jampi-jampi apa neng? Bagi-bagi rahasia dong"

"Masa sih pacarnya Nando jelek banget gitu? Babunya kali."

Seperti itu bunyi beberapa komentar yang kubaca di akun gosip. Aku bahkan tidak pernah mengikuti akun gosip seumur hidupku, tapi untuk pertama kalinya aku membuka akun gosip kenapa seperti ini? Awal aku hanya merasakan kemarahan yang memuncak, kemarahan yang tidak bisa kutahan lagi. Ingin aku membalas komentar mereka satu persatu dan memaki mereka yang sudah berani menjudge ku tanpa mengenalku terlebih dahulu. Tapi aku lebih tahu dari apapun kalau meladeni komentar jahat diinternet hanya akan membuatmu semakin dihina lebih lagi.

Saat itu dengan segala kemampuanku, aku mencoba untuk bersabar dan berhenti membaca komentar itu. Aku mencoba menghubungi pihak manajemen Nando, bahkan Nando pribadi. Tapi semua nomor mereka sedang sibuk. Apakah mereka mengalami kesulitan yang sama? Mereka akan bisa menghandle nya dengan baik kan? Lagipula memang tidak ada apa-apa antara Nando denganku. Untuk sementara biar Nando dan manajemennya yang bergerak. Aku tidak punya kuasa disini. Aku meminta Davin untuk datang kerumah, dan kami melakukan sparing tinju tanpa batas waktu. Aku meluapkan semua emosiku pada setiap pukulan yang kuarahkan pada Davin. Aku menyadari bahwa Davin semakin lihai mengelak, mungkin dia terus berlatih untuk mengalahkanku selama ini.

Puas menghabiskan seluruh tenagaku, aku memberikan handphoneku pada Davin. Aku memintanya membaca semua komentar yang ditujukan padaku. Aku berharap dia bisa memberiku nasehat seperti biasanya. Tapi saat itu yang dia katakan hanyalah, "Let's take it to the police. Ayo kita laporkan, kita ajukan gugatan."

Aku sangat paham kenapa dia menyarankan hal itu. Ini sudah termasuk dalam tindak cyber bullying. Tapi aku tidak yakin, apakah harus aku membawanya keranah hukum? Aku bahkan belum bisa berkomunikasi dengan pihak Nando. Jadi saat itu aku menolaknya. Dengan alasan pihak Nando akan menyelesaikan kesalah pahaman ini.

Tapi kenyataan yang terjadi, sampai hari ketiga setelah foto itu tersebar tak ada seorangpun dari pihak Nando yang menghubungiku untuk memberikan kejelasan. Davin memarahiku, karena aku membiarkannya berlarut-larut. Dia ingin aku bertindak jika pihak Nando tidak bertindak, karena disini akulah korbannya. Semakin hari cacian dan makian semakin menjadi karena tidak ada konfirmasi dari pihak manapun.

"Gabut banget ya isi akunnya gambar pemandangan semua"

"Foto-fotonya jelek aja pake dipajang segala"

"Soalnya dia jelek jadi gak pasang fotonya sendiri"

"Kok bisa ya yang begini jadi model"

"Nyuap ya biar bisa jadi model"

"Palingan dapet rekom dari kakaknya, kakaknya kan model"

"Kakaknya cantik banget kok adiknya begini ya, pasti orang tua lo malu waktu lo lahir"

"Nando lagi pingin nyoba jajan yang murah kali guys, namanya juga cowok"

"Nando pingin ayam kampus kali"

"Ayam bule guys"

"Bule kampungan"

Hari itu rasa sakit yang kutahan selama tiga hari terakhir memuncak. Tanpa kusadari air mata menetes begitu saja dipipiku. Dadaku terasa sesak. Sakit. Aku tidak ingin membacanya sungguh. Tapi aku ingin tahu apa yang mereka katakan tentangku. Aku ingin tahu apakah mereka sudah berhenti menghinaku. Mungkin aku masokis, aku cenderung membuat diriku sendiri menderita. Davin yang melihatku menangis langsung merebut ponselku dan mengunci akunku. Dia mematikan mobile dataku sehingga tidak ada jaringan internet yang masuk. Setelah menghapus airmataku dia memelukku dan mengelus punggungku.

"Im done with this shit Kara. Ayo aku anter ke kantor manajemen artisnya, kita minta mereka rilis berita bahwa kamu hanya bersama Nando untuk projek lagu baru, untuk video klip. Kalo nggak ada itikad baik dari mereka kita bawa ke kantor polisi. Kita tuntut semua akun yang menghina kamu." Ucapnya masih memelukku. Semenjak Davin resmi menjadi pacarku, dia bersikap sangat berbeda dengan sebelumnya. Dia lebih memperhatikanku, lebih menjagaku, dia protektif padaku. Selain sahabat, kini dia memberiku sosok kakak laki-laki yang tidak pernah kumiliki sebelumnya. Dia mampu memberiku kenyamanan seperti seorang ayah yang telah lama tidak ada disampingku.

"Oke. Tomorrow." Balasku pasrah. Aku sudah tidak bisa melawan Davin lagi saat keadaan semakin tidak berpihak padaku. Walaupun sebenarnya dengan aku datang ke manajemen Nando, bisa saja pemberitaan akan semakin besar. Itu hal terakhir yang kuinginkan. Aku berharap pihak Nando segera menghubungiku selagi Davin masih menuruti permintaanku untuk terus menunda membawa masalah ini keranah hukum.

Keesokan harinya, aku mencari berbagai alasan untuk kembali bilang "besok." Besok menjadi lusa, dan disanalah Davin untuk pertama kalinya membentakku.

"Kalo kamu nggak mau pergi, biar aku yang urus semua sendiri!" Serunya keras berdiri dari sofa. Aku terkejut dibuatnya.

"He is right Ra. Udah waktunya bertindak tegas." Kak Bella menimpali. Kak Bella tahu tentang hal ini, tapi aku melarangnya memberi tahu mama. Mama akan sangat khawatir jika tahu. Aku tidak ingin menambah beban pikiran mama.

"Oke kita datengin kantornya sekarang. Jangan marah.." aku menggenggam tangan Davin dan menatapnya lembut. Mencoba mengurangi amarahnya.

"Now." Tegasnya. Aku mengangguk dan berdiri dari sofa. Davin merangkul pundakku dan membawaku kemobilnya.

Disinilah kami saat ini. Didepan kantor manajemen Nando. Terdapat beberapa wartawan yang berdiri disekitar pintu kantornya dengan kamera moncong panjangnya. Tidak banyak, hanya tiga atau empat orang saja. Tapi berhasil membuatku kembali ragu untuk keluar dari mobil. Aku mencoba menghubungi nomor Nando sekali lagi, tapi sama seperti sebelumnya tidak aktif. Nomor Nando tidak aktif sudah berhari-hari setelah beberapa kali aku meneleponnya dan terus sibuk.

"Its okay.. I'll protect you." Davin menenangkanku, seakan dia tau apa yang ada dalam pikiranku. Dia keluar dari mobilnya dan berputar untuk membukakan pintu untukku. Hal itu menjadi rutinitas semenjak kami berpacaran. Awalnya aku keberatan, tapi Davin memaksa, dia bicara tentang menjadi gentleman or something like that.

Davin melepas topinya dan memakaikannya padaku. Dia mengulurkan tangannya yang kuterima dengan ragu-ragu. Kami berjalan perlahan kearah pintu gedung perkantoran. Debaran jantungku tidak teratur, tapi Davin merangkul pinggangku dengan erat dan menghilangkan jarak antara kami berdua. Dia bersikap sangat protektif.

Beberapa wartawan yang ada didepan pintu melihat kedatanganku dan dalam sekejap menyadari siapa aku. "Eh eh itu cewek yang sama Nando. Foto-foto!" Kamera terus berbunyi dan flash mengarah pada wajahku. Aku terus menunduk dan setengah berlari masuk kedalam gedung. Tidak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para wartawan.

"You okay?" Tanya Davin setelah kami ada didalam gedung. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan ringan.

"Tell me again, kenapa aku harus kesini?" Tanyaku setelah menghela nafas panjang.

"Karena mereka harus merilis pernyataan yang sebenarnya" jawab Davin singkat.

"Kenapa mereka harus peduli?"

"Karena mereka akan mendapatkan dampak buruk jika aku membawa ini keranah hukum. Orang lain akan berpikir dua atau tiga kali untuk bekerja sama dengan Nando kedepannya melihat ketidak mampuan manajemen Nando untuk menyelesaikan masalah ini." Jelasnya lagi.

"Okay.. lets go" aku mendatangi resepsionis. "Mbak apa saya bisa bertemu dengan pak Imanuel?" Pak Imanuel adalah salah satu perwakilan dari manajemen artis ini, yang saat itu juga datang dalam meeting.

"Apa anda sudah membuat janji?" Tanyanya balik. Orang harus belajar menjawab pertanyaan dengan benar, bukan menjawabnya dengan pertanyaan lain.

"Belum. Tapi saya ada kepentingan dengan pak Imanuel, urgent." Jawabku.

"Maaf untuk saat ini pak Imanuel tidak dapat ditemui. Apa saya bisa sampaikan pesan anda?"

"No. I need to meet with him personally. Bukan hanya meninggalkan pesan. Cepat katakan padanya Mia Cara datang mencarinya." Paksaku.

"Tidak bisa bu. Pak Imanuel sedang sibuk saat ini."

"Kara?" Sebuah suara familiar memanggilku dari arah kiriku. Aku, Davin, dan resepsionis serempak menoleh kearah sumber suara. Aku menghela nafas lega saat melihat Nando berdiri disana. Lega karena jika aku tidak bisa menemui seorangpun disini, Davin akan benar benar kekantor polisi. Aku tidak ingin memperumit masalah. Nando menatapku dengan tatapan.. menyesal?

Aku meninggalkan resepsionis dan berjalan kearah Nando. "Nando.." sapaku. "We need to talk"

"Ya. Ayo kita cari tempat." Nando menggiring kami kesebuah ruangan kosong yang hanya berisi sofa-sofa dan meja dengan air mineral diatasnya.

Setelah aku duduk dan Davin disebelahku masih menggenggam tanganku, aku membuka topik pembicaraan. "Nando, ini bukan yang aku bayangin waktu aku nerima kerja sama, sama kamu. Kenapa kalian semua nggak ada yang bisa dihubungi. Apa kalian mau ngebiarin aku mati gila karena kelakuan fans-fans kamu dan netizen? Aku tau aku bukan siapa-siapa buat kalian, tapi kenapa kalian tidak bertindak sama sekali selama satu minggu terakhir? Apa kalian sengaja mau nyiksa aku? Aku pikir setidaknya kamu lebih baik dari ini." Cercaku sedikit menyudutkannya.

"Bukan kaya gitu Ra. Gue juga pingin ngelurusin berita ini. Dan gue minta maaf banget sama lo karna gara-gara gue lo dibully sampe kaya gitu. Gue juga baca, dan gue merasa berslaah banget sama lo." Jawab Nando kemudian menundukkan kepalanya.

Davin seperti akan membalas ucapan Nando, tapi aku meremas tangannya, menghentikannya dari apapun kalimat yang akan dia keluarkan. "Kalo kamu merasa bersalah harusnya kamu bilang dong kalo kita nggak ada hubungan apa-apa. Sebenernya lewat instagram aja kan juga cukup. Pasti bakal diposting sama akun gosip. Tapi kamu malah ngilang gak bisa dihubungi, kamu yakin kamu nyesel?" Balasku tajam.

"Sorry Ra, gue gak bisa bantu lo."

Davin menggeram kesal. Dia berdiri dan meraih kerah Nando, menarik paksa Nando agar berdiri tetap didepannya. Aku terkesiap dan ikut berdiri disamping Davin memegangi tangan kanan Davin yang menarik Nando. Kemarahan tertulis jelas diwajahnya.

"Lo!" Tangan kiri Davin melayang diudara. Siap untuk dihantamkan kewajah tampan Nando yang tidak kalah terkejutnya denganku.

"DAVIN NOOO..."

------------

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

43.2K 5K 27
Bagaimana perasaanmu jika kamu dijebak oleh istrimu dan dibihongi habis-habisan? Hal itulah yang terjadi pada Bara Paramudya Setiaji yang dijebak ole...
42.6K 4.6K 25
[Komedi Absurd dan Gaje] Aurel Latuconsina punya dua kriteria calon suami, yaitu tajir dan hot. Namun, Andika Saputra, cowok tajir incarannya malah m...
1.3M 118K 31
Seperti perempuan pada umumnya, Sheren Callista Winata memimpikan kisah romantis yang berakhir dengan mengucapkan janji suci bersama di depan altar...
886K 86.4K 79
Ratri harus pulang saat saudara sepupunya menikah. Masalahnya dia barusan putus dengan Ergi, cowoknya yang doyan selingkuh. Terlebih, Mbak Windi mema...