"Love Begins With From The Pa...

By LiiTaRiii

139K 6.1K 875

New Deskripsi Ini sebenarnya cerita ke-2 aku di Wattpad. Tapi aku nobatkan menjadi cerita ke-1 aku di Wat... More

Perkenalan Tokoh
☆ Ramon ☆ "Chapter 1" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 2" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 3" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 4" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 5" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 6" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 7" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 8" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 9" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 10" ☆
☆ •••"Attention please"••• ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 11" ☆
☆ Ramon "Chapter 12" ☆
☆ ..."All Cast"... ☆
☆ Ramon "Chapter 13" ☆
☆ Ramon "Chapter 14" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 15" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 16" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 17" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 18" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 19" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 20" ☆
☆ Ramon ☆ "Chapter 21" ☆
☆ Ramon "Chapter 22" ☆
☆Ramon☆"Chapter 23"☆
♥Ramon "Chapter 24"♥
♥Ramon "Chapter 25"♥
♥Ramon "Chapter 26" ♥
♥Ramon "Chapter 27"♥
♥Ramon "Chapter 28"♥
♥Ramon "Chapter 29"♥
♥Ramon "Chapter 30"♥
♥Ramon "Chapter 31"♥
♥Ramon "Chapter 33"♥
♥Ramon "Chapter 34"♥
♥Ramon "Chapter 35"♥
♥Ramon "Chapter 36"♥
♥Ramon "Chapter 37♥
♥ Ramon "Chapter 38"♥
♥ Ramon "Chapter 39" ♥
♥Ramon "Chapter 40"♥
♥Ramon "Chapter 41"♥
♥Ramon "Chapter 42"♥
♥Ramon "Chapter 43"♥
♥Ramon "Chapter 44"♥
♥Ramon "Chapter 45"♥
♥Ramon "Chapter 46"♥
♥Ramon "Chapter 47"♥
♥Ramon "Chapter 48♥

♥Ramon "Chapter 32"♥

766 97 22
By LiiTaRiii

"Mama..." gumam Raya begitu lirih.

"Sayang, aku disini. Kamu mau apa?" tanya Mondy sambil mengusap kepala Raya pelan.

"Kamu ngapain disini?"

"Aku mau mama, bukan kamu."

       Mondy terperangah mendengar kata-kata Raya.

"Ray, aku disini. Aku panggil dokter dulu." ucap Mondy langsung menekan tombol yang sudah disediakan.

"Mama aku mana?" tanya Raya lagi dengan tatapan bingung.

"Ada kok. Mama kamu ada di luar." jawab Mondy menenangkan.

"Tolong panggil mama. Aku mau ngomong sama mama." ucap Raya lemah.

"Ray, kamu inget aku kan?" tanya Mondy was-was.

"Aku mau mama." bukan menjawab pertanyaan Mondy. Tapi Raya tetap fokus pada permintaannya.

"Oke. Aku panggilin mama kamu." akhirnya Mondy mengalah. Demi kesembuhan Raya dulu, akan ia ke sampingkan rasa cemas sekaligus rindunya pada Raya.

     Mondy membuka pintu ruang ICU dan langsung ditatap bingung oleh orang yang menunggu di luar ruangan.

"Kenapa, Mon?" tanya mama Mondy bingung.

"Raya udah sadar." jawab Mondy pelan.

     Semua mata berbinar dan langsung serentak mengucapkan Alhamdulillah dan memanjatkan rasa syukur mereka masing-masing.

"Tapi....dia cuma mau ketemu mamanya aja. Dia gak mau Mondy. Dia cuma mau mamanya." ucap Mondy lemah. Dia memilih duduk di kursi ruang tunggu.

"Loh? Kenapa memang?" tanya mama Mondy heran.

"Gak tau. Tante, coba masuk aja. Tadi Mondy juga udah sempet manggil dokter." ucap Mondy dengan tampang miris dan pasrah.

      Saat itu seorang dokter dan suster juga datang dan langsung masuk ke dalam. Mama Raya juga menyusul mereka.

"Kamu yakin Raya gak mau ketemu kamu?" tanya mamanya prihatin.

"Aku gak tau, ma. Dia sadar dan langsung manggil mamanya. Aku udah bilang ada aku disini. Tapi dia gak perduli dan cuma mau mamanya." jawab Mondy lelah dan sedih.

"Mama yakin Raya cuma masih syok aja. Makanya dia butuh mamanya dulu. Nanti kalau udah mendingan, Raya pasti mau kok ketemu kamu." mamanya tampak menenangkan dan meyakinkan Mondy.

"Mondy gak taulah, ma. Yang Mondy takutin cuma satu. Raya lupa sama Mondy. Raya amnesia, karena jatuh dari tangga." ujar Mondy walaupun sedikit berat mengucapkan satu fakta itu.

      Mama dan papa Mondy kompak saling menatap. Mereka seperti satu pemikiran.

"Gue rasa sih ngak. Gue yakin Raya pasti inget lo, inget kita semua. Lo cuma harus bersabar sedikit lagi. Kasih waktu Raya tenang dulu. Gue rasa Raya pasti ngerasain syok banget. Secara dia diculik, baru juga mau bebas eh dia kecelakaan. Gue gak tau sih seberapa syok dia. Yang pasti itu bakalan membekas diingatan dia." Kila juga coba menepis fakta itu dari kepala Mondy. Walaupun dia juga merasakan kecemasan dan ketakutan akan fakta itu.

"Iya. Lo harus lebih berusaha ngejaga Raya supaya dia gak syok ataupun nanti drop. Yang lebih dikhawatirkan, Raya itu mengalami trauma akibat penculikan dan kecelakaan yang terjadi bergantian ini. Gue sih yakin banget dia gak bakal amnesia. Apalagi sampai lupa sama orang dia cinta." Ifan juga ikut meyakinkan Raya.

"Bener kata Kila dan Ifan. Kamu sabar dikit lagi. Raya pasti nanti nyariin kamu." ucap mamanya merangkul Mondy. Membawa sang anak ke dalam dekapannya.

      Mondy hanya bisa menghela nafas pasrah dan memilih diam.

*****

      Di dalam ruang ICU, dokter yang sudah selesai memeriksa kondisi Raya akhirnya menampakkan senyum lega.

"Ada apa, dok? Kenapa dokter senyum-senyum?" tanya mama Raya heran.

"Alhamdulillah, bu. Anak ibu sudah melewati masa komanya. Dan sekarang kondisinya berangsur membaik. Pasien sudah dapat dipindahkan ke ruang rawat inap." jawab dokter itu menjelaskan.

"Alhamdulillah." mama Raya bukan main senyumnya. Dia bahkan langsung memeluk anaknya.

"Kamu gak papa kan, sayang?" tanya mamanya dengan was-was. Mengingat tadi Mondy tampak lesu.

"Bu, kami permisi dulu. Sebentar lagi Raya akan kami pindahkan ke ruang rawat." ucap dokter itu lalu keluar dan diikuti oleh susternya.

"Aku gak papa, ma." jawab Raya tersenyum.

"Kamu tadi kenapa gak mau sama Mondy? Kamu inget Mondy kan?" tanya mamanya was-was.

      Bukannya menjawab, Raya malah tersenyum manis.

"Kamu kok senyum-senyum gitu sih?" tanya mamanya heran.

"Mama gak kangen aku? Aku diculik beberapa hari, terus kecelakaan. Masa mama gak kangen sih sama aku." ujar Raya dengan wajah pura-pura cemberut.

      Mamanya mengernyit heran. Pasalnya sikap Raya tidak seperti biasanya. Raya yang biasanya cenderung lebih cuek dan tidak suka caei perhatian. Tapi sikapnya kali ini, mengingatkan mamanya tentang-...

"Mama. Kok bengong sih." teguran Raya langsung membuat lamunan mamanya buyar.

"Eh, iya, Nak. Tentu saja mama kangen banget sama kamu. Udah pasti mama kangen banget." mamanya mencoba mengabaikan perubahan sikap Raya dan langsung memeluk anaknya lagi.

"Bukan cuma mama yang kangen sama kamu loh." ucap Mamanya dengan senyuman meledek.

"Raya tau. Pasti papa juga kangen kan sama Raya?" tanya Raya bangga.

"Bukan cuma papa." jawab mamanya masih tetap tersenyum meledek.

"Raya tau, ma. Semua temen-temen Raya pasti juga kangen sama Raya." ujar Raya kesenengan.

"Ada satu orang spesial yang pastinya kangen banget sama kamu." ucap mamanya memancing Raya.

"Siapa, ma?" tanya Raya dengan antusias.

"Masa kamu gak tau?" tanya mamanya balik dengan heran.

"Emang siapa?" Raya melontarkan pertanyaan balik.

      Mamanya makin was-was. Dia tidak ingin Raya kembali mengalami masa-masa seperti dua tahun lalu. Dia tidak mau anaknya harus kehilangan ingatan.....(lagi).

"Permisi. Pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat sekarang." seorang suster masuk dan mengintrupsi percakapan mereka.

*****

        Melly, Megan, Oky, Cindy, dan Haikal masih menemani Iyan di dalam ruang rawatnya. Iyan sudah mendapat tranfusi darah dan berhasil melalui masa kritisnya. Bahkan sekarang dia sudah sadar dan dapat tertawa gaje lagi.

"Beb, kamu beneran gak papa kan?" tanya Melly sedikit cemas melihat Iyan yang tampak masih pucat.

"Gak papa lah. Cuma nunggu luka jahitan aku kering kan, beb. Abis itu aku pasti dibolehin keluar dari rumah sakit." jawab Iyan dengan senyuman senang.

      Sebenarnya ia tersenyum bukan karena memang tidak sakit, tapi karena tidak ingin membuat Melly khawatir.

"Tau lo. Cepet sembuh kali. Gue gak enak banget liat muka lo oas sakit. Pas sehat aja muka lo biasa aja apalagi pas sakit, makin anjur dah." ledek Oky tidak serius. Hanya ingin memecahkan aura kesemasan dari Melly sendiri.

"Bener, Mel. Lo kayak gak tau pacar lo ini punya 9 nyawa tau." Megan ikut-ikutan.

"Lah emangnya gue kucing." ucap Iyan tidak terima.

"Emang lo kucing kan. Kucing garong." balas Cindy dengan santainya.

"Gitu lo semua. Mentang-mentang gue lagi gak bisa bangun buat ngegetok kepala lo pada. Jadinya gue di bully. Liat aja nanti pas gue udah sehat, segar, bugar. Gue bales lo semua." tekad Iyan dengan wajah dibuat kesal.

"Ya udah. Kita tunggu deh lo sehat, lo segar bugar. Gue tunggu, yan." ucap Oky tidak memperdulikan ancaman Iyan.

"Oke. Awas aja lo nanti. Gue bejek-bejek muka lo yang gak seberapa itu." ancam Iyan main-main.

"Mendingan muka gue kali." balas Oky santai dan bangga.

"Yee, muka lo mending karena ada unsur bulenya aja. Kaya gue nih, lokal. Gue cinta wajah kelokalan gue." Iyan tak mau kalah kalau urusan berdebat, walaupun sekiranya dia sedang sekarat. Pasti yang namanya debat dia nomor satu.

"Udah kali. Ntar kalo lo terlalu semangat jahitan lo kebuka gimana? Sekarat lagi nanti lo." Haikal yang sedari tadi fokus pada hpnya akhirnya mengeluarkan suara.

"Kamu ngomong juga. Aku kira masih sibuk sama hp kamu tuh. Ada apaan sih? Chat dari cewek baru?" tanya Cindy dengan wajah sinis.

"Ya ampun, sayang. Aku tuh lagi liat chat dari grup SMA kita. Tentang hasil UN kita." jawab Haikal sambil mengelus kepala Cindy dengan sayang karena dia tau Cindy orangnya cemburuan.

"Masa sih? Kok aku gak percaya." Cindy masih tetap sinis.

"Kamu gak percaya?" tanys Haikal.

"Gak." jawab Cindy jutek.

"Tapi kamu percaya kan kalau aku cuma cintanya sama kamu?" tanya Haikal sambil menatap wajah jutek Cindy.

      Ditatap seperti itu, Cindy tak kuasa menahan senyum dan wajah memanasnya.

"Gak juga tuh." tapi dia masih keukeuh dengan juteknya walaupun sambil menahan senyum dan memalingkan muka menghindari tatapan Haikal.

"Ya udah. Nanti aku buktiin ya, kalau aku itu beneran cinta dan sayang sama kamu." tekad Haikal.

"Kenapa gak sekarang aja?" tanya Cindy heran.

"Karena sekarang aku mau kasih tau tentang berita kelulusan dulu." jawab Haikal sambil merangkul mesra Cindy.

"Gimana beritanya?" tanya Megan antusias walaupun jantungnya seperti ingin copot.

"Ada berita bagus sama berita buruk." jawab Haikal dan saat mengucapkan buruk, dia melirik Iyan, membuat perasaan Iyan makin tak enak.

"Berita bagusnya?" tanya Melly tak sabaran.

"Kita lulus." jawab Haikal datar.

"Berita buruknya?" tanya Oky lagi tetap belum senang dengan berita bagus itu.

"Berita buruknya ini tentang Iyan." jawab Haikal dengan wajah sok lesu dan menatap sedih Iyan.

"Kenapa?" tanya Iyan was-was.

"Sangat disayangkan-.." Haikal sengaja menggantung ucapannya.

"Apaan?" tanya Iyan tak sabaran.

"Gue sih gak nyangka banget, gak tau kalau kalian gimana." jawab Haikal belum ingin to the point.

"Gue serius. Berita gue kenapa? Jangan bilang gue sendiri yang gak lulus?" tanya Iyan dengan takut.

     Wajah Haikal langsung semakin sedih dan membuat Iyan bertambah lesu.

"Lo-....."

     (Mau tau jawabannya? Tanya langsung sama bebep Iyan 😌😉 *langsungditabokmelly)

*****
  
         Raya kini sudah ada di ruang rawatnya. Namun, dia masih tetap hanya ditemani oleh mamanya dan papanya. Sebenarnya? Ada apa dengan Raya?

*****

Terima kasih,
Penulis

* * * * * * * * * *

Holla Haiii!!!

I'm comeback again.
*sokinggris

Aku udah update lagi nih. Jangan bosan-bosan buat baca ya. Karena dukungan kalian itu buat aku jadi seneng dan semangat mau lanjut. Jadi jangan lupa untuk selalu kasih dukungan buat aku. Bukan cuma aku sih, tapi pastinya semua penulis bakalan seneng dan makin semangat, kalau setiap cerita dia selalu mendapat dukungan baik.

Kali ini gak ada note apa-apa sih. Jadi, silahkan dibaca ya. Jangan lupa vote dan commentnya.

Lopyu gaes

V&C Please

* * * * * * * * * *

Continue Reading

You'll Also Like

143K 23.6K 44
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
193K 16.4K 87
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
161K 16.5K 65
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
910K 75.6K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...